part 13

‘’Honey aku lapar,’’ Feng Yin kembali berucap dengan manja, nggak lupa dia menggoyang kecil  lengan kanan Lu Yuan, lalu melempar senyum smirknya pada Lin Qi.

Mantan Lu Yuan pun langsung berlalu pergi dan itu membuat Feng Yin cekikikan. Setelah itu, dia langsung melepas lengan Lu Yuan dan kembali membenarkan posisi duduknya.

‘’Aku tahu aku nggak mungkin mendapatkannya, tapi wanita sepertimu juga nggak pantas untuknya,’’ gumam Feng Yin sambil tersenyum dalam hatinya, sedangkan Lu Yuan masih duduk diam dan bingung di sampingnya.

‘’Aku lapar, kamu lapar nggak?’’ Feng Yin kembali berbicara santai. Lu Yuan mengangguk kecil, sedangkan Feng Yin langsung berdiri dari duduknya.

‘’Ada apa dengan perubahan tiba-tiba ini?’’ Lu Yuan masih bengong, tapi tiba-tiba Feng Yin menarik lengannya.

‘’Katanya kau lapar.’’

Lu Yuan pun nggak mengatakan apa-apa, pria itu ikut berdiri dari duduknya dan mereka langsung keluar untuk mencari makan malam.

*****

‘’Mau makan apa?’’ Feng Yin bertanya.

‘’Kau mau makan apa?’’ Lu Yuan malah balik bertanya.

‘’Aku belum tahu, nanti lihat menu dulu.’’

Wanita itu menampilkan senyum lebarnya, sambil mengedip-ngedipkan matanya. Langsung saja Lu Yuan membuang nafas kasar dan disertai gelengan kepala. Baru tadi pagi dia mengenal Feng Yin, tetapi dia seperti sudah mengerti akan beberapa kode dan sikap wanita mungil itu.

‘’Hhmm aku yang bayar.’’

Feng Yin langsung bersorak kesenangan dan menarik tangan Lu Yuan, untuk mempercepat langkah mereka.

‘’Aku mau ini, ini, ini, ini, ini, ini.’’ Feng Yin asal main tunjuk aja. Toh bukan dia yang akan membayar. Lagian, Lu Yuan memiliki banyak duit jadi nggak mungkin keberatan membayar semua makanan yang dipesannya.

‘’Ck dia lagi,’’ decak Feng Yin saat melihat Lin Qi dan Yang Kang masuk ke restoran.

‘’Kena -’’ Lu Yuan ingin memutar kepalanya, tapi Feng Yin langsung mencegah.

‘’Nggak usah lihat ke belakang, isinya hanya masa lalu dan masa lalu hanya untuk dikenang,’’ ucapnya dengan nada ketus.

Tanpa sadar, Lu Yuan mencubit pipi Feng Yin yang tampak menggemaskan, apalagi saat memasang wajah manyun seperti sekarang.

‘’Ini pipi, bukan bakpao.’’ Feng Yin memukul kecil tangan Lu Yuan, untuk menyingkirkan tangan pria itu.

‘’Oh ya? Kupikir bakpao. Habisnya gembil banget.’’ Lu Yuan malah kembali menarik gemas pipi Feng Yin. Kali ini bukan hanya pipi kanannya, tapi juga keduanya.

Feng Yin lantas melemparkan tatapan tajamnya. ‘’Enak aja, aku nggak gemuk ya.’’

‘’Yang bilang kamu gemuk siapa?’’

‘’Pake nanya lagi.’’

Lu Yuan tertawa kecil. Entahlah, belum sehari dia bersama dengan Feng Yin, tapi sudah berapa kali dia tertawa akan tingkah lucu dan menggemaskan wanita mungil itu. Biasanya Lu Yuan selalu memasang wajah datar, apalagi saat bersama orang asing, tapi dia merasa berbeda saat bersama dengan Feng Yin. Apa karena wanita itu terlalu lucu? Atau apa karena wanita itu tau masalahnya?

‘’Lengkap banget ya pak, tadi aku dikatain eh sekarang ditertawakan. Penghinaan banget ini mah.’’

‘’Ternyata kalian disini.’’ Xiao Nai menyapa. Pria itu melangkah mendekat, dengan Wu Qing yang berjalan di sampingnya.

‘’Loh, kalian nggak ke party?’’ sambut Feng Yin dengan ramah. Dia memperlakukan dua pria itu seperti sudah saling mengenal lama. Setidaknya, dia sedikit tau akan sosok 2 pria yang menjadi sahabat Lu Yuan itu, ya walaupun dia sempat tak mengenali mereka di awal pertemuan mereka.

‘’Baru mau pergi, tapi nggak sengaja lihat kalian disini.’’ Wu Qing yang menjawab. Keduanya lalu menarik kursi dan ikut duduk di meja yang sama dengan Lu Yuan dan Feng Yin.

‘’Kalian beneran nggak ikut?’’ Xiao Nai bertanya tentang party. Feng Yin pun hanya bisa membuang nafas kasar, sambil melihat ke arah Lu Yuan yang tampak santai mengunyah makan malamnya.

‘’Nggak ada party partian, ini udah malam.’’

‘’Ih katro banget sih. Party beginian mah memang malam, kalau pagi itu namanya sekolah.’’ Xiao Nai terkekeh saat menjawab, begitupun dengan Wu Qing dan Feng Yin.

*****

Ditengah kerumunan, Feng Yin sedang melenggak lenggokan badannya, menari mengikuti irama musik yang bergema dengan kencang. Beberapa kali dia melompat dan berteriak kesenangan. Di sampingnya, ada Lu Yuan yang hanya berdiri diam dengan wajah datarnya, sambil memperhatikan Feng Yin yang sudah seperti cacing kepanasan.

Tadi, hampir 20 menit lalu, Feng Yin, Wu Qing dan Xiao Nai terus saja memaksanya untuk mengikuti party. Dengan terpaksa, Lu Yuan menyetujui, karena Feng Yin yang terus menerus merengek seperti anak kecil. Mungkin dia bertingkah seperti itu, karena mendapat dukungan dari Wu Qing dan juga Xiao Nai.

Karena melihat Lu Yuan yang terus berdiri diam, Feng Yin langsung mengambil kedua tangan pria itu dan mengajaknya melompat-lompat kecil, tapi Lu Yuan nggak melakukannya, pria itu langsung membuang wajahnya ke samping kanan, tapi dia membiarkan Feng Yin terus menggenggam kedua tangannya.

Hampir dua jam mereka berada di party, Lu Yuan mulai kewalahan dengan Feng Yin yang sudah mulai mabuk. Entahlah, Lu Yuan sudah mengatakan padanya untuk nggak minum, tapi Feng Yin tanpa sengaja meminum segelas alkohol milik Xiao Nai. Saat itu, Lu Yuan sedang keluar sebentar, untuk menerima panggilan telepon.

Walau sangat menyukai party, tapi Feng Yin bukanlah seorang peminum hebat. Dia bahkan akan mabuk hanya dengan meminum segelas alkohol. Biasanya, saat sedang party seperti ini, para sahabatnya akan selalu menjaga dan menjauhkannya dari alkohol. Bukannya apa, tapi mereka nggak mau kewalahan saat menangani sikap Feng Yin yang tengah mabuk. Sebelas dua belaslah dengan Lu Yuan.

Feng Yin mulai berteriak dan berbicara nggak jelas. Semua hal diceritakan olehnya, mulai dari dia yang adalah seorang penggemar berat Lu Yuan sampai pada kejadian putusnya hubungan Lu Yuan dan Lin Qi.

Wanita mungil itu terus saja ngerocos, Xiao Nai dan Wu Qing tertawa kecil, sambil memperhatikan dan mendengar setiap curhatan hatinya, sedangkan Lu Yuan hanya memeluk dada dan melihatnya dengan tatapan datar ala pria tampan itu.

‘’Jadi kau dan Lin Qi …,’’ ucap Xiao Nai menggantung. Lu Yuan nggak mempedulikan, pria itu malah melangkah dan mendekat pada Feng Yin, dan dalam hitungan detik, Feng Yin sudah berada dalam gendongannya.

Feng Yin yang sudah mabuk sepenuhnya, berteriak kesenangan, saat melihat wajah Lu Yuan. Dia melingkarkan tangannya dengan erat di leher Lu Yuan. Mulutnya terus bergerak, mengeluarkan setiap pujian untuk idolanya itu. Feng Yin bahkan menyebut Lu Yuan sebagai pria paling berharga dalam hidupnya, tentunya setelah papanya.

Sesampainya dikamar, Lu Yuan langsung membaringkan tubuh Feng Yin di atas ranjang. Dia kemudian masuk ke bathroom untuk mengganti pakaiannya. Setelah mengganti pakaiannya, Lu Yuan berniat kembali ke kamarnya sendiri. Tapi, tiba-tiba saja Feng Yin bangun dari tidurnya. Wanita itu lalu berdiri dan mulai melambaikan tangan dan menyanyikan salah satu lagu hits Lu Yuan.

Sehabis menyanyi, tiba-tiba wanita itu menangis, sambil menunjuk-nunjuk Lu Yuan. Bukan menangis kenapa, tapi dia sedang memparodikan salah satu drama populer yang dibintangi oleh Lu Yuan.

Lu Yuan pun mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamarnya sendiri. Pria itu malah mendudukan dirinya di sofa dan menatap Feng Yin tanpa ekspresi.

Bersambung .....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!