KEKUATAN MURNI

Avery menoleh ke arah sarah yang terlihat semakin fokus menyetir. Karena selain hujan, kabut tebal pun turun sehingga menutupi jalan. Pada saat ini Sarah melajukan mobil hanya dengan menggunakan penglihatan tajamnya.

Tangan Avery semakin mengepal erat, telapak tangannya terasa panas. Tapi, dia tidak bisa berteriak, lidahnya kelu, mulutnya tertutup rapat. Pita suaranya seperti bisu sesaat. Sementara itu, di bukit karang bebatuan, tangan Vlad Lucas terasa dingin. Bahkan pedang Drac pun membeku karena dilapisi es.

Drac mencabut dirinya sendiri dari tanah, Memaksa Vlad Lucas mengangkat tangganya lalu bangun dan membuka sayapnya. Tangan Kanan yang memegang Drac tiba-tiba terangkat sendiri. Terlihat seperti sedang menantang si Lubang Hitam.

Vlad Lucas, mendongak ke atas. Dia melihat seperi ada sebuah tameng yang menjalar ke tangannya lalu menyelubungi semua tubuhnya. Dia pun tersenyum menyeringai, tubuhnya telah bebas dari magnet penghisap dari Lubang Hitam yang ingin menariknya.

“Saatnya menutup lubang hitam ini selamanya!” gumam Vlad Lucas seraya mengepakan sayapnya yang berwarna hitam kemerahan di setiap ujung-ujung sayapnya, dia pun melesat terbang.

Vlad Tepes melihat itu dengan tidak percaya sedikit tertawa menghina, “Apa dia begitu bodoh malah mendatangi si Lubang Hitam!”

Hal tidak disangka malah terjadi, Vlad Lucas dengan mudahnya membelah si lubang hitam. Pedang Drac akan menghisap si lubang hitam tanpa sisa. Vlad Tepes langsung ikut terbang, ingin mematahkan apa yang sedang dilakukan Drac pada si lubang hitam ciptaannya.

Vlad Lucas melepaskan Drac dari genggaman tangannya, lalu dia berbalik melawan Vlad Tepes dengan tangan kosong. Yang harus dilakukannya adalah bertahan sampai Drac menyelesaikan misinya, menaklukan si lubang hitam.

Dengan Brutal Vlad Tepes mulai menyerang Vlad Lucas tanpa ampun. Pada saat ini senjata yang dia punya hanyalah tubuhnya untuk menahan serangan dari musuh yang menyerang dengan membabi buta.

“Drac! teriak Lucas dengan lantang. Mendengar panggilan Tuannya, dengan tiba-tiba Drac pun langsung berputar dua kali cepat untuk menggulung si lubang hitam, menghisapnya sampai habis tiada bersisa.

Di ujung bibir pantai, Xander mengikuti intuisinya. Dia berlari di laut yang terngah terbelah itu. Sementara itu, Vlad tepes melihat si lubang hitam sudah hancur. Dia pun pergi meninggalkan Vlad Lucas yang terjatuh ke dasar laut yang masih terbelah.

Vlad Tepes mengepakan sayapnya untuk terbang lebih tinggi. Lalu dia menghancurkan kalung liontin yang berisi air mata putri duyung berusia 1000 tahun yang menjadi penopang air laut agar tetap terbelah. Suara deru pun terdengar, Air laut perlahan mulai tertutup lagi.

Xander langsung saja memapah tubuh Tuannya, yang terluka karena menahan serangan Vlad Tepes dengan tubuhnya. Dia membawa Tuannya lari dengan kecepatan penuh maksimal yang bisa dia lakukan. Tepat ketika mereka mencapai ujung bibir pantai, laut pun tertutup.

Xander kehilangan kalung liontin berharga milik keluarganya, tapi setidaknya dia masih memiliki Tuannya. Lucas berdiri tegak memandangi bukit karang bebatuan yang semakin tenggelam ditelan oleh laut. Sementara itu, 12 penyihir meja bundar terpental secara bersamaan ketika meja mereka terbelah tepat di hexagram, Bintang bersudut enam.

“Tidak terbakar!” imbuh salah satu dari merekam, Dimitrov, ketua 12 penyihir meja bundar.

Ketua penyihir itu pun berkata, “Kekuatan murni telah datang, dia melindungi kita semua dan dunia yang lain itu!”

“Keduanya?” tanya Tod kepada Dimitrov.

“Ya kekuatan murni itu tidak memilih-memilih ketika melindungi!” jawab Dimitrov seraya berkata lagi, “Sebelum dia memilih Tuannya maka kekuatan Murni itu akan menaungi siapa saja. Entah itu jahat atau baik!”

“Kekuatan itu hanya menjalankan tugasnya, menyeimbangkan segalanya tanpa menghancurkan!” jelas Dimitrov lagi.

“Semesta telah memilihnya, tapi kita tidak tahu siapa orangnya!” tambah kata Dimitrov sembari meligat Bintang bersudut enamnya terbelah dua.

“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Tod.

“Menemukan kekuatan murni itu, dan melindunginya! Hubungi semua sekutu kita,” perintah Dimitrov.

Ke-12 penyihir pun memahami tugas mereka. Dengan cepat mereka segera berpencar dan kembali ke posisi area masing-masing. Kekuatan murni ini tidak lahir dari dunia sihir, mistik. Itu artinya di luar dari kelompok mereka. Ini menjadikan di dalam mencari itu, akan menjadi sesuatu yang tidak mudah. Sementara itu, langit mulai nampak cerah. Sarah bisa bernapas lega.

Deras hujan dan kabut telah pergi. “Kau kenapa?” tanya sarah kepada Avery, ketika dia menoleh sesaat dan melihat Avery bergeming.

“Hei, kau kenapa?” tanya sarah sambil menggoyangkan bahu Avery dengan satu tangannya.

“Ah aku baik-baik saja… hanya saja aku menghilangkan helaian bunganya!” jawab Avery sedikit limbung.

“Bunga!” imbuh sarah. Lalu berkata lagi, “Ah bunga yang itu! Ah itu tidak terlalu penting. Biarkan saja!”

Avery mengangguk sambil tetap memandangi bunga yang tadi menghilang dari tangannya seraya berkata, “Ya biarkan saja, kita biarkan saja!”

Sarah mengantar Avery kembali ke Mansion Edwards. Alih alih masuk dari pintu depan, Avery lebih memilih masuk dari pintu belakang. Di dapur dia melihat Marry, dan langsung memeluknya dari belakang.

“Oh astaga hatiku!” imbuh Marry sambil sedikit mencubit lengan Avery yang sedang memeluknya.

“Marry jangan pelit, biarkan aku memelukmu sebentar!” pinta Avery karena ingin menghilangkan ketakutannya.

“Apa mau bercerita ada apa?” tanya Marry dengan lembut.

Di tanya seperti ini, Avery pun merasa gugup. Dia pun melepaskan pelukannya. Marry membalikan badannya, hatinya sedikit terkejut karena melihat raut yang sama yang pernah dia lihat diraut wajah Nyonya Edwards dulu.

“Apa kau yakin tidak apa-apa?” tanya Marry lagi.

“Ya, aku tidak apa-apa, hanya saja… eum, hanya lelah sedikit!” jawab Avery seraya pergi meningalkan Marry dan daerah kekuasannya itu.

“Nyonya Edwards!” gumam pelan Marry yang mengingat itu adalah raut wajah yang mengubah segalanya di rumah ini, ketika dulu yang juga langsung mengubah sikap Tuan Lynch pada Nyonya Edwards.

“Apa dia akan seperti Nyonya Edwards… apa dia akan mati?” pikir Marry dengan sedikit bersandar kepada dinding dapur.

Avery segera berlari pergi ke kamarnya. Tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh Nyonya Stela. “Kau pikir dirimu ini siapa?”

Nyonya Stela tersentak ketika melihat raut limbung di wajah Avery. Dia pun menghempaskan pegangan tangannya. “Apa kau diijinkan pergi main sesuka hatimu! Pergi keluar ke mana kau suka!”

“A-aku.. aku!” imbuh limbung Avery.

Marry yang sedari tadi merasa khawatir, memutuskan mengejar Ave. Tapi, malah melihat gadis malang itu ditindas lagi oleh Nyonya Stela. “Nyonya! Tuan tidak menentukan waktu jam kerja bagi Avery. Jadi selama pekerjaannya sudah selesai, maka kita tidak bisa melarang haknya!”

Nyonya Stela memandang marah kepada Marry yang selalu melindungi gadis tengik yang dia benci itu. Tapi. Karena suaminya begitu menghormati wanit tua itu, maka dia pun menahan diri untuk tidak ribut-ribut.

********

Jangan Lupa ya :

Vote

Like

Komen

Subscribe [tekan tanda love, untuk berlangganan buku]

Nilai Bintang 5

Tonton iklannya

Beri poin

Terpopuler

Comments

Khubaib Sultan

Khubaib Sultan

sangat seru jalan ceritanya...
goodluck

2024-02-17

0

Nurhidaya Aya

Nurhidaya Aya

wahhhh seru banget bacanya... seperti karya2 mu yg lain kak Nita selalu b8sa membawa pembaca ngerasain apa yg mrk baca good job love banyak2

2024-02-14

0

Biva Nurhuda

Biva Nurhuda

Avery akan di buru karena kekuatan murni yang dia miliki

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!