MEMBELA HARGA DIRI

Kedua mata Avery terbelalak, Ketika pria itu malah merangkulkan tangannya ke pinggul rampingnya. “Eh pria ini, aku hanya mengecupnya mengapa dia malam membalas dengan ciuman!”

Pria itu sedikit mengangkat tubuh Avery dengan satu tangan saja, dia merasa pinggul gadis ini begitu ramping, seakan terasa bisa dia patahkan kapan saja dengan mudah. Pria itu pun melepaskan ciumannya seraya berbisik di daun telinga Avery. “Ingat namaku adalah Lucas Aylmer.

“Hah! Untuk apa aku mengingat namanya,” pikir aneh Avery sembari melepaskan tangan Lucas.

Melihat gaun Avery yang sedikit robek, Lucas pun membuka jas nya lalu memakaikannya kepada Avery. “Sebaiknya kita pergi dari sini!”

Meski merasa sedikit canggung, Avery tetap menganggukan kepalanya lalu melempar pandangan kepada Alden Anselm sambil sedikit memutar-mutar cincing pertunangan mereka. Lalu melepasnya dan melemparkannya ke lantai.

“Ayo kita pergi!” imbuh Avery kepada Lucas, pria asing yang baru saja dia kenal.

Alden juga sama terbelalaknya dengan Avery, baru saja kakinya ingin melangkah mengejar Avery. Tapi, langkahnya di tahan oleh Harper. “Alden, biarkan saja dia pergi!”

Pria itu merasa tidak berdaya. Sementara itu, Avery langsung menanggalkan jas yang sedang dipakainya dan memberikannya kepada Lucas. “Tuan Lucas, terima kasih!”

“Hanya itu saja?” tanya Lucas sambil menaikan satu alisnya.

“Eum… memangnya apalagi?” tanya Avery terheran.

“Kau telah menciumku,” imbuh Lucas seraya berkata lagi, “Kau harus bertanggung jawab.”

Avery tidak habis pikir dengan pria yang sedang berdiri di hadapannya itu. Merasa dirinya masih terlalu muda, menikah bukanlah prioritasnya. “Ha ha ha ha!” Avery malah tertawa mendengar jawaban dari pria yang baru dia ketahui bernama Lucas itu.

“Sedang bercanda ya?” imbuh Avery lagi sambil tertawa dengan tidak percaya.

“Menurutmu?” tanya balik Lucas.

Pada saat ini, Sarah berlari dengan sedikit tergopoh ke arah Avery. “Ada apa ini?”

“Tidak ada apa-apa, sebaikanya kita pergi dari sini!” ajak Avery sembari mendorong Sarah untuk pergi juga.

Lucas bergeming memandangi kepergian Avery, sampa dengan siluet gadis itu menghilang. Menyunggingkan senyuman yang sedikit menyeringai lalu memandang ke ujung jari kelingkingnya, lalu dia pun tersenyum samar.

“Tuan…!” panggil Xander,assistennya,

Mengerti maksud perkataan dari asistennya itu, Lucas pun langsung mengangkat satu tangganya. Xander pun menganggukan kepalanya. Mengerti perintah tuannya, membiarkan Avery pergi, tidak perlu mengejarnya.

Pada saat ini Avery baru saja masuk ke dalam mobil, “Apa kau mengenal pria itu?” tanya Sarah penasaran.

“Iya… Eum maksudku baru saja kenal!” jawab Avery.

“Oh ya ampun, apa kau sudah gila. Kau baru saja mencium pria asing,” imbuh Sarah dengan sedikit putus asa tidak percaya,

Teringat tentang Alden, Sarah pun berkata lagi. “Dibanding dengan Tunanganmu, aku rasa pira asing itu lebih tampan!”

Avery memicingkan matanya sambil memandang ke Sarah. “Ya kau ada betulnya, pria asing tadi jauh lebih tampan dari Alden Anselm.

“Sudah benar kau memutuskan pertunangan. Lalar dan sampah memang pasangan yang cocok, jadi sudah benar, kau harus menjauhi mereka,” imbuh Sarah lagi sambil terus menyemangati Avery.

Sarah mengantar Avery pulang, ingin memberi waktu patah hati untuk kawan baiknya itu, Dengan sangat pengertian dia tidak meminta Avery mengundang dirinya masuk bertamu. Avery membuka pintu, berpapasan dengan.

“Apa yang terjadi?” tanya Marry yang terkejut melihat rupa Avery yang berantakan dan sedikit melihat ada memar.

“Aku baik-baik saja, jangan terlalu khawatir!” jawab Avery sambil berlalu pergi menuju ke kamarnya.

Tak berapa lama, Mary datang dengan membawa kotak obat, “Biarkan aku mengobatimu.”

“Gadis seusiamu mana bisa memiliki bekas luka,” Ujar Mary lagi seraya menarik Avery untuk duduk di kursi.

Mary dengan telaten memberi salep pada luka gores yang ada di kulit Avery sambil berkata, “Apa kau baru saja berkelahi?”

“Tidak aku tidak berkelahi,” jawab Avery sambil sedikit meringis.

“Jika tidak berkelahi, lalu dari mana luka ini datang?” ujar Mary lagi.

“Aku hanya membela harga diriku saja,” jawab Avery acuh tak acuh.

“Kalian ini para gadis muda, mudah sekali mengikuti emosi hati tapi tidak memikirkan akibatnya,” ujar Mary lagi sembari merapihkan kotak obat yang dia bawa.

“Ini simpan kotak obat ini baik-baik, kelak jika terluka lagi langsung obati sendiri,” ujar Mary seraya pergi meninggalkan kamar Avery.

Setelah kepergian Nyonya Edwards, di Mansion Edwards ini hanya Marry satu-satunya orang yang masih berpihak kepada Avery. Meski terkadang tidak mau menunjukan rasa sayang yang besar kepada Nona Mudanya itu.

Keesokan paginya, ketukan pintu terdengar keras, Avery langsung saja terbangun dari ranjang empuknya. Begitu dia membuka pintu, Nyonya Stela dan Harper langsung saja menerabas masuk. “Kau memutuskan pertunanganmu dengan Alden?”

“Ah tentang itu!” imbuh Avery sembari memandang kepada Harper lalu berkata lagi, “Terima kasih karena sudah mau mengambil sampah yang aku buang!”

“K-kau…!” Imbuh marah Harper seraya melayangkan tangannya ingin menampar wajah Avery. Namun, ditahan oleh Nyonya Stela.

“Kau sebaiknya segera pergi dari sini!” imbuh Nyonya Stela.

“Hah!” imbuh Avery yang merasa jika dia salah dengar.

“Kau sudah tidak diterima lagi di keluarga Edwards, memutuskan pertunangan dengan keluarga Anselm, itu sama artinya dengan kau melepaskan nama keluarga Edwards.”

“Hah! Apa, sejak kapan ada peraturan seperti itu?” tanya Avery dengan sedikit bingung.

“Sejak kemarin?” jawab Tuan Lynch.

“Apa Ayah yang buat peraturan baru ini!?” tanya Avery dengan sedikit menahan getar marah di nada suaranya.

Marry yang mendegar ada rebut-ribut dari kamar Avery langsung saja menerabas masuk. “Tuan… tidak bisa kah kau pertimbangkan lagi. Jika Nyonya Edwards di sini dan melihatnya dia pasti akan sangat sedih!”

“Diam kau, pelayan rendahan!” Hardik marah Nyonya Stela.

“Cukup!” bentak marah Tuan Lynch kepada Nyonya Stela, bagaimana pun juga Marry adalah termasuk prang yang ikut menjaga membesarkan dirinya.

Marry bekerja di dalam keluarga Edwards semenjak dia berusia 10 tahun, mengikuti ayah dan ibunya yang sudah belasan tahun bekerja mengabdi. Jadi bagi Tuan Lynch, Marry bukanlah pekerja biasa. Bergeming beberapa saat, pria itu pun berkata, “Kau boleh tinggal di sini, sebagai pelayan. Tidak dibayar! Perbuatanmu telah mencoreng dua nama keluarga!”

Tuan Lynch pun pergi meninggalkan kamar Avery, lalu diikuti oleh Harper dan Nyonya Stela. Marry langsung memeluk Avery dan menghiburnya. “Semua akan baik-baik saja!”

Avery sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, Ayahnya sendiri sudah tidak menginginkannya, itu sama saja seperti setengah kiamat baginya. Marry mencoba menghibur lagi, “Aku yakin Tuan Lynch hanya sedang emosi saja. Kau memutuskan pertunanganmu begitu saja, di depan orang banyak!”

“A-aku hanya membela harga diriku!” imbuh pelan Avery dengan nada suara yang mulai gemetaran.

Terpopuler

Comments

Salim ah

Salim ah

semangat Avery

2024-02-23

0

Nur Oktaviana

Nur Oktaviana

gila kereen.cerita ka Nita nggak perna gagal👍👍👍

2024-02-20

0

🐊⃝⃟ 🍒ᴾᴿᴱᴰᴬᵀᴼᴿᥴꪖꪀ𝓽𝓲𝘬ꪖꪶꫝ

🐊⃝⃟ 🍒ᴾᴿᴱᴰᴬᵀᴼᴿᥴꪖꪀ𝓽𝓲𝘬ꪖꪶꫝ

ayah Avery sepertinya sudah kemakan hasutan 🤧

2024-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!