NARATETAMA

Pada saat ini manajer butik datang, “Biar aku yang menangani!” imbuhnya kepada kasir mereka.

Mendengar bos sudah berbicara seperti itu, kasir pun langsung berdiri samping manajer butik. Lalu dimulailah penghitungan, Avery tidak berani melihat harganya. Manajer telah selesai menscan barcode harga baju itu.

“Mau membayar dengan tunai apa kartu!” imbuh si manajer.

“Ini, aku bayar dengan ini!” jawab Avery.

“Ok tunggu sebentar!” imbuh Manajer, lalu beberapa saat kemudian menggesek kartu. “Silakan Pin-nya?” ujar manajer butik seraya memberikan mesin edisi mereka.

Avery menekan nomor Pin. Kata mary nomornya adalah angka kelahirannya. “Terima kasih, Nona!” imbuh si manajer toko sembari mengambil mesin edisi dan meletakannya di bawah meja yang ada di bawah meja kasir, lalu dia memberikan sebuah struk kepada Avery.

“Eh itu…!” imbuh si kasir, yang langsung terdiam ketika Manajer butik itu menoleh kepadanya.

“Terima kasih Nona, semoga esok kembali berbelanja di sini!” imbuh ramah si manajer butik.

Avery bernapas lega, karena uangnya ternyata cukup untuk membeli tiga stel baju baru. “Terima kasih, akan aku pertimbangkan!” ujarnya seraya menatap kepada staff butik yang tadi baru saja merendahkannya.

Avery beranjak pergi dari butik Harods itu. Lalu Manajer itu berpaling kepada Staffnya dan berkata, “Kau dipecat.”

“Tapi, kenapa?” imbuh staff butik itu.

“Karena kau baru saja menyinggung pelanggan Naratetama kita!”

“Apa! Gadis kecil itu kedudukannya diatas naratama!” pikir si Staff butik tadi.

Seorang naratama (VIP) menerima hak istimewa yang lebih penting daripada orang-orang biasa, sedangkan seorang Naratetama (VVIP )) menerima hak istimewa terpenting, merekalah yang paling pantas didahulukan ketimbang seorang naratama.

Avery membawa tiga kantong belanja, menuju ke sepedanya yang terparkir. Meski tadi merasa tersinggung, setidaknya sepeda ini tidak dibuang oleh mereka. Dia pun segera melajukan sepedanya kembali ke Mansion Edwards.

Dia pun mengendap-endap masuk ke kamarnya. Lalu meletakan kantong belanjanya diatas kasur. Dia pun mengecek struk belanja yang tadi tidak berani dia lihat. “Oh ya ampun kepalaku, hatiku!”

Avery langsung terjatuh duduk, lalu dia menangis. “Marry maafkan aku…maafkan aku!”

Marry tadi melihat Avery masuk, dia pun ikut mengendap-endap masuk ke kamar Avery. “Kenapa menangis?”

Avery menoleh lalu mulai menangis lagi dan mengulang-ulang perkataannya, “Mary… maafkan aku, maafkan aku!”

“Maaf… minta maaf kenapa?” tanya Mary dengan suara sedikit berbisik, seraya memperingatkan Avery, “Pelankan suaramu,”

Dengan tangan yang gemetaran Avery memberikan struk baju yang tadi baru dia beli, “Ini… maaf karena telah menghabiskan banyak uangmu!” imbuh Avery sembari sesegukan

Kedua alis Marry mengernyit, “Kau benar-benar menghabiskan sebanyak ini dengan kartu yang aku berikan?” imbuh Mary dengan tidak percaya.

Avery langsung saja berlutut, dan memegangi kedua telinganya dengan kedua tangannya sambil berkata. “Seharusnya aku tidak terbawa emosi, aku sangat menyesal!”

Mary sedikit terbatuk lalu menstabilkan nada suaranya, “Apa kau benar-benar menyesal, dan telah mengambil pelajaran?” tanya Marry.

Avery menganggukan kepalanya kuat-kuat. “Iya aku benar-benar sangat menyesal, maukah kau memaafkanku. Lain kali aku akan berhati-hati dengan orang yang memprovokasiku!”

Mary pun langsung memapah Avery agar berdiri. “Bagus kalau sudah sadar, lain kali jangan berlaku nakal lagi seperti ini!”

‘Iya, iya asalkan kau memaafkan aku. lain kali tidak akan seperti ini lagi. Dan aku berjanji akan mengganti setiap sennya!” janji Avery kepada Mary.

“Eum… itu tidak perlu!” imbuh Marry sedikit canggung, karena merasa binggung. Terakhir dia mengecek rekening Tabungan yang itu, uangnya tidak sebanyak itu. Tidak menyentuh sampai ratusan juta. Sementara, baju-baju yang Avery beli tadi harganya, seharga ratusan juta lebih untuk satu saja.

Untuk mengalihkan perhatian Avery, Mary langsung berkata. “Esok kau akan pergi untuk mengurus keperluan bulanan rumah ini, Kau akan menemaniku. Jadi pikirkan cara agar mereka tidak tahu kau membawa baju baru ini keluar.”

Sebelumnya Marry sudah meminta izin kepada Tuan Lynch, Avery besok akan menemaninya pergi berbelanja. Karena ini juga termasuk tugas seorang pelayan, Maka Tuannya itu pun mengizinkan. Keesokan paginya, mereka berdua pun pergi bersama.

Marry melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan marry menceritakan hal-hal yang biasa dia lakukan selama berebelanja untuk keperluan rumah. Menceritakan dengan detail, berjaga-jaga jika tiba-tiba Tuan Lynch bertanya kepada Avery tentang pekerjaan hari ini.

“Apa kau sudah paham?” tanya Marry.

“Paham,” jawab Avery sembari menganggukan kepala dan selesai mengganti baju. Lalu dia berkata lagi. “Ok,Aku sudah siap!”

“Semoga berhasil!” doa Marry menyertai.

Avery merapikan setelan baju formalnya, lalu turun dari mobil. Dengan percaya diri dia masuk ke Karaken enterprise. “Hai, aku Avery Edwards. Aku ingin bertemu dengan Direktur. Perihal beasiswa!”

Resepsionis tersenyum ramah. “Ok, Nona Edwards, silakan ikuti aku!”

Resepsionis itu mengantarkan Avery ke ruangan Direktur, Damitrie. “Tuan, Nona Edwards telah datang!”

“Ah iya, Nona Edwards senang berkenalan denganmu!” sapa ramah Direktur Karaken enterprise.

Wawancara singkat pun berjalan lancar, “Mana dokumennya!” pinta Damitrie kepada sekretarisnya.

“Nona, silakan tanda tangan di sini!” imbuh sekretaris Tuan Damitrie.

“Bolehkan aku membacanya dulu!” pinta Avery.

Gadis itu membaca dengan perlahan, sedikit merasa aneh dia pun bertanya, “Apa ini tidak salah, tidakkah uang sakunya terlalu besar!” imbuh Avery.

“Tidak… itu tidak salah. Standar terbaru kami di angka yang tertulis itu. Jadi tidak ada yang salah!” jawab Direktur Damitrie.

“Ah begitu ya!” imbuh pelan Avery dengan wajah memerah, seraya berpikir, “Uang sakunya benar-benar dibayar seperti satu bulan gaji karyawan!”

Pertemuan pun selesai, Avery keluar dengan wajah sumringah. Langkanya terhenti sambil menunjuk kepada seorang pria, “Kau…!”

“Ya!” Lucas menjawab panggilan Avery.

“Warna baju kita sama!” imbuh Avery.

Xander yang sedang berdiri di sisi Tuannya, mati-matian menahan tawa. Tuannya ini sudah susah payah mencari baju terbaik yang senada dengan warna-warna yang dibeli oleh Avery. Bukannya dipuji dan memperhatikan Rupa Tuannya. Tapi, malah memperhatikan warna baju mereka.

Lucas sedikit berdecak, lalu dia melangkah ke arah Avery. “Apa ke sini datang mencariku?”

Pertanyaan itu pun langsung membuyarkan lamunannya. “Tidak, aku ke sini ingin mencari supervisor pembimbing. Aku baru saja mendapatkan beasiswa penuh!”

“Oh begitu ya! Siapa nama pembimbingmu?” tanya Lucas.

“Eum. Lucas Almyer!” jawab Avery dengan lancar.

Dalam hati Avery mengulang-ulang namanya, “Lucas Almyer… oh ya ampun itu adalah kau… pria di pesta waktu itu!”

“Kan sudah aku bilang, ingat namaku!” imbuh Lucas dengan senyum yang meledek.

Avery langsung marasa canggung. Di dunia yang luas ini, mengapa dia harus bertemua dengan Lucas Almyer lagi. Mengingat jika pria yang sedang berdiri di depannya ini adalah orang penting, pembimbingnya selama dia mendapat beasiswa dari Karaken Enterprise, maka Avery langsung saja memasang senyuman indangnya seraya mengulurkan tangannya.

“Tuan Lucas, senang bertemu denganmu!” sapa Avery.

*******

Jangan Lupa ya :

Vote

Like

Komen

Subscribe [tekan tanda love, untuk berlangganan buku]

Nilai Bintang 5

Tonton iklannya

Beri poin

Terpopuler

Comments

🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️

🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️

novel ini,ada tegangnya, intriknya,ada lucu nya,,,wes lengkap sudah 🤭🤭🤭😘😘😘

2024-04-11

1

Salim ah

Salim ah

Lucas akhirnya bisa ketemu kembali
senengnya aq

2024-02-24

0

Khubaib Sultan

Khubaib Sultan

perbukitan dimulai... semangag tuan lucas...

2024-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!