MEMATAHKAN MITOS

“Jika membela harga diri, tapi malah membahayakan hidupmu. Lebih baik diam saja, tidak usah membangkang!” nasihat Marry kepada Avery.

“Mana bisa begitu!” imbuh protes Avery, lalu melanjutkan perkataannya, “Tidak ada masalah, itu artinya mati!”

Marry hanya bisa menggelengkan kepalanya. Pada saat ini seorang pelayan masuk ke dalam kamar Avery. “Nyonya Stela bilang, ini adalah seragam yang harus Avery pakai!”

Marry mengambil seragam itu seraya berkata, “Nona… Nona Avery!”

Pelayan itu memutar kedua bola matanya sembari keluar dari kamar itu, “Sebaiknya kau pakai ini sebelum di usir lagi!” imbuh Marry.

Avery pun mengambil seragam itu, lalu memakainya, Hari ini Harper ingin menumpahkan kemarahannya kepada Avery karena telah mempermalukan Alden di depan banyak orang, Untuk mempersulit pekerjaan adik tirinya itu, dia sengaja memberikan Avery tugas membersihkan semua kaca jendela di Mansion mereka.

Jendela di Mansion Edwards memilliki tinggi sekitar tiga meter, dan Avery hanya diberi sebuah tangga dan peralatan sekadarnya untuk membersihkan kaca-kaca jendela itu. “Ah benar-benar sial!” Avery merutuki keadaan saat ini. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Baru setengah membersihkan, Harper membawa Alden menyapa Avery. Dari kejauhan mereka terlihat berjalan mendekati. Avery menggigit bibir bawahnya, pada saat ini dia merasa benar-benar kalah telak. Pertunangan batal, tidak diakui oleh keluarga, bahkan sekarang telah menjadi seorang pelayan di rumahnya sendiri.

“Apa kau sudah gila!” kalimat pertama yang Alden ucapkan setelah hart pemutusan pertunangan.

“Apa? Karena telah memutuskan pertunangan?” tanya Sarkas Avery,

“Kau baru saja memutuskan Kerjasama bisnis yang telah terjalin dari generasi ke generasi!” imbuh Alden tidak percaya dengan kebodohan yang baru saja dilakukan Avery.

“Bukankah kau memiliki Harper?” jawab sarkas Avery.

“Kenapa? Apa dia bukanlah Wanita yang bisa kau nikahi!” imbuh Avery dengan sedikit tertawa sarkas.

Harper mengeratkan rangkulan tangannya di lengan Alden, meski saat ini dia tinggal dan diakui menjadi keluarga Edwards, namun dia tetap orang luar, karena tidak memiliki darah keturunan dari keluarga Edwards.

Keluarga Edwards dan keluarga Anselm sudah melakukan ritual perjodohan ini, menurut mitos keluarga mereka pernikahan politik antar keluarga seperti ini sangat mendatangkan keuntungan bagi Kerajaan bisnis mereka. Tapi, sekarang Avery mematahkan mitos itu, Jika bukan karena Marry maka saat ini Avery pasti sudah tidur di jalanan.

Melihat wajah tidak senang keduanya, Avery melemparkan perkataan sarkas lagi kepada Alden. “Apa kau takut jatuh miskin… ha ha ha, kau begitu lemah!”

Tidak ingin berbagi udara yang sama dengan kedua orang itu, Avery pun memiliih pergi meninggalkan mereka. Sementara, Harper yang baru saja merasa tersinggung dengan perkataan Avery dia pun segera menarik tangan adik tirinya itu. “Tunggu dulu!”

“Aw, apa yang kau lakukan?” Hardik marah Harper Ketika baju bagusnya tersiram air bekas membersihkan kaca jendela tadi.

“Ups, maaf itu bukan salahku, tapi salahmu sendiri!” ujar sarkas Avery dengan acuh tidak acuh seray berlalu pergi dengan cepat.

“Avery!” terika marah Harper dengan nada melengking tinggi.

“Hah dasar Drizella!” umpat Avery dalam hati yang baru saja menjuluki Harper dengan nama adik tiri Cinderella.

Di dapur, Avery bertemu dengan Marry. “Kau kenapa?

“Baru saja bertemu hantu!” Imbuh Avery dengan sedikit bersungut.

“Hantu… tidak ada hantu di rumah ini!” imbuh Marry mengkoreksi perkataan Avery.

Avery menyesap air putih, lalu menghela napas. “Apa Tuhan sedang menghukumku?”

Marry langsung memukul kepaka Avery dengan seikat daun bawang yang sedang dipegangnya. “Bodoh, jangan berpikir seperti itu!” imbuh Marry menasehati Nona Mudanya itu,

“Ketika Tuhan ingin memberikanmu sesuatu yang besar, sudah sepantasnya dia mengujimu agar pada akhirnya kau mampu dan pantas menerima berkatnya!” Marry menambahkan nasihat bijaknya lagi.

“Tapi, mengapa aku dibuat sedih seperti ini?” imbuh Avery dengan nada sedikit terseguk.

“Percayalah apa yang terlihat buruk untukmu, belum tentu buruk akibatnya untukmu, dan apa yang terlihat baik belum tentu baik akibatnya bagimu Dan untuk hal ini hanya Dia yang paling tahu!” ujar Marry menjelaskan tentang sedikit konsep scenario Tuhan dalam hidup manusia.

“Hmm kau benar-benar biarawati teladanku!” imbuh Avery dengan tertawa sambil sedikit menjulurkan lidahnya,

Marry pun tertawa sambil bersedekap, jika saja Nyonya Edwards dulu sedikit saja memiliki keceriaan seperti Avery, maka bisa jadi Lynch Edwards tidak akan berpaling darinya. Teringat Avery baru saja lulus, Marry pun bertanya. “Apa kau akan mendaftar kuliah?”

“Eum… entahlah!” jawab Avery.

“Kau ini pintar mengapa tidak cari cara lain untuk mendapatkan biaya kuliah!” imbuh Marry lagi.

“Beasiswa?” imbuh tanya Avery.

Marry mengangguk sambil memotong-motong daun bawang yang baru saja selesai dia cuci. Avery memperhatikan lalu berkata, “Marry kenapa kau masih saja memasak, bukankah ada koki di rumah ini?”

“Masakannya tidak sesuai dengan selera lidahku, lagipula kau yang selalu menghabiskan masakanku!”

Avery pun sedikit terbahak, berpikir ada benarnya juga perkataan Marry, bahkan dia mengambil lebih banyak dari Marry. Tawa kepala pelayan itu terhenti Ketika Avery berkata, “Ceritakan bagaimana ibuku meninggal?”

Waktu itu Avery baru saja berusia lima tahun Ketika diberi tahu jika ibunya telah meninggal dan keesokan harinya Nyonya Stela dan Harper masuk ke Mansion Edwards menggantikan posisi ibunya sebagai Nyonya utama.

“Tidak baik mengungkit hal yang sudah lama terkubur!” nasihat Marry lagi.

Avery menggigit bibir bawahnya, selama ini dia bertahan di rumah tapi versi neraka baginya, semuanya hanya karena ibunya. Semenjak Nyonya Stela datang, dia menyingkirkan semua foto atau barang-barang yang berkaitan dengan ibunya,

Selama ini dia mencoba mencari tapi tidak menemukannya, salah satu pelayan bilang itu semua sudah dibakar, tapi dia percaya itu masih ada di satu tempat di dalam Mansion ini. Karena itu dia lebih memilih bertahan di Mansion Edwards.

Pada saat ini ponsel Avery berdering, “Hei, mengapa sulit sekali dihubungi?”

“Ah itu aku hanya sedang melakukan kerja paruh waktu saja!” jawab Avery kepada Sarah.

“Aku jemput ya!” imbuh temannya itu,

Avery langsung menolak dan berkata, “Kita bertemu di tempat biasa saja.”

Setelah menutup sambungan ponselnya, Avery pun bertanya kepada Marry. “Apa aku boleh bermain sebentar!”

“Eum Tuan tidak menyebutkan jam kerja, jadi seperti bisa selama pekerjaanmu telah selesai!”

“Ok, tinggal beberapa kaca jendela saja, akan segera aku kerjakan!” imbuhnya seraya bergegas menyelesaikan pekerjaannya.

Ketika sudah selesai, Avery pun bergegas pergi. Tapi, lagi-lagi dia bertemu dengan Alden. “Kau mau pergi ke mana?”

“Apa urusanmu?” tanya Avery dengan nada sarkas. Lalu dia berkata lagi, “Eum… jika aku bilang aku akan pergi berkencan, apa kau akan melarangku?”

“Apa dengan pria itu?” tanya Alden dengan rasa ingin tahu tingkat tinggi.

********

Jangan Lupa twbar semangatnya untuk Author :

Subscribe

Vote

Bintang 5

Like

Komen

Terpopuler

Comments

🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️

🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️

lanjut Thor ❤️❤️❤️

2024-04-11

1

Salim ah

Salim ah

semangat thor
aq komen lho😁

2024-02-23

0

Elminar Varida

Elminar Varida

hi thor. aku ikut nyimak karyamu loh..
semangat up nya dong..

2024-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!