Tahun berganti. Setiap napas kehidupan memiliki cerita yang berbeda-beda di tiap masanya. Di tahun ini, anak-anak muda berlomba-lomba mengubah tampilan rambut ala emo dengan poni depan panjang yang menutupi sebelah mata. Setelah Facebook berhasil menggeser friendster, media sosial lainnya seperti Twitter dan YouTube mulai dikenal di negara ini. Istilah 'viral' menggaung di publik seiring kemunculan dua sosok perempuan muda yang menghebohkan jagad raya Indonesia karena mengunggah video jogednya di YouTube sambil lipsync lagu keong racun.
Aku berdiri di atas kursi plastik sambil menempelkan kolase foto-foto liburan akhir tahun yang baru saja kucetak. Liburan sudah berlalu sebulan yang lalu, tapi kebahagiaanku masih terasa hingga kini.
Di waktu yang sama, aku terhenyak ketika tubuhku terangkat tinggi-tinggi dan melayang. Rupanya, kak Evan yang baru saja tiba di kosku, langsung memeluk dari belakang dan mengangkat tubuhku yang sedang menaiki kursi.
"Kak Evan turunin, ih!" protesku kaget.
Bukannya mengikuti apa yang kumau, dia malah membuat gerakan memutar sehingga membuatku seperti menaiki wahana ontang-anting. Aku berteriak minta diturunkan. Dia lalu menurunkan aku dari gendongannya.
"Skripsi aku dah di-ACC dosen pembimbing!" bisiknya tanpa melepaskan pelukan.
Mataku melebar. "Beneran?" Aku berbalik sambil mengalungkan tanganku di lehernya. "Selamat! Moga lancar sidang skripsinya."
Dia menunjukkan satu box ayam kentaki dari restoran cepat saji ternama sambil berkata, "Kita makan bareng, yuk! Aku juga manggil Arai ke sini!"
Tak sampai lima menit, Arai datang dengan tergesa-gesa. "Gurita, aku pinjam cas kodok kau dulu! Mati nih hp aku!" ucapnya sambil melepas baterai dari ponselnya.
Aku langsung mengambil pengisi daya yang kusimpan di laci lalu menyerahkan pada Arai.
"Itu hp apa gado-gado kok dikaretin!" ledek kak Evan melihat Arai sibuk membuka ikatan karet di ponselnya.
"Ya, dikaretin biar baterai hpku ndak jatuh. Soalnya dah gelembung gini."
"Lagian gua kasih hp BB gua lo gak mau!"
"Gak biasa aku pake hp mewah, Bang. Bisa gemetar jempol aku ngetik SMS karena terlalu berhati-hati."
Aku mempersiapkan tiga piring untuk dipakai makan. Kak Evan langsung menaruh ayam goreng bagian sayapnya di piringku. Dia tahu betul aku menyukai potongan ayam bagian sayap.
Setelah mengisi daya baterainya, Arai datang bergabung di meja kami. Dengan tak sungkan, dia langsung mengambil potongan sayap ayam yang ada di piringku.
"Woah ayam goreng keepciii!" gumamnya sambil hendak menggigit.
"Jangan!" Aku dan kak Evan kompak berteriak.
Teriakan kami membuat Arai refleks melepas sayap ayamku dari tangannya. Ayam itu pun jatuh dan langsung masuk ke dalam gelas yang berisi air. Menyebalkan, memang!
***
Dua Minggu setelah itu, BEM fakultas kedokteran sibuk mempersiapkan fun walk dan kegiatan donor darah yang terbuka bagi mahasiswa dan dosen. Acara tersebut dimeriahkan oleh band papan atas, Ungu. Ini menjadi kegiatan terakhir BEM FK jelang masa jabatan kak Evan sebagai ketuanya. Selama setahun menjadi ketua BEM FK, kak Evan telah membuat gebrakan dengan aktif menyelenggarakan kegiatan sosial bertema kesehatan, menggalang dana bagi mahasiswa FK yang berduka, serta menghapus perpeloncoan FK yang paling ekstrem, yaitu mengurung Maba di kamar mayat.
Saat ini, aku sedang berjalan dengan mata yang berkeliling ke sana-sini untuk mencari Arai. Karena tahu dia akan mendonorkan darahnya, maka aku segera ke tenda PMI. Aku melihat Arai baru saja keluar dari tenda setelah mendonorkan darahnya. Aku lantas menghampirinya.
"Arai, ini susu dan telur. Cepat dimakan. Kak Evan yang suruh aku bawain buat kamu."
"Terus, mana bang Evan?" tanyanya sambil membuka cangkang telur dengan cara dipecahkan ke dahinya terlebih dahulu.
"Enggak tahu. Tadi pagi dia cuma SMS aku buat ngasih tahu itu doang. Kayaknya dia lebih perhatian sama kamu dibanding aku," keluhku dengan wajah merengut.
"Jadi kau cemburu sama aku karena aku lebih diperhatikan pacarmu?" ucapnya tergelak.
"Sebenarnya aku cuma kangen aja karena akhir-akhir ini kita gak ketemu dan jarang sms."
"Ya, wajarlah! Kau tahu sendiri, kan, seminggu ini mau ada pemilihan ketua BEM baru, belum lagi dia dah mau naik sidang skripsi."
"Kamu selalu belain dia!"
"Jadi sekarang kau cemburu sama pacar sendiri gara-gara aku lebih bela dia?" Dia tersenyum geli.
"Tahu, ah! Pikir aja sendiri," ketusku kesal.
"Perempuan ... perempuan!" Dia malah menggeleng-geleng kepala. "Ternyata benar apa yang dibilang orang-orang. Yang diinginkan cewek itu cuma satu."
"Apa?" tanyaku.
"Semuanya!" jawabnya singkat.
Aku menoleh dengan sepasang alis mengerut.
"Ya, bener, kan? Perempuan itu suka semuanya. Cinta, kasih sayang, perhatian, pengertian, pujian, sanjungan, pembelaan, bujukan, kesetiaan, kenyamanan, kelemah-lembutan, kesejahteraan, kehidupan, kesimpulan dan lain-lain. Dan lain-lainnya itu pun masih lima ratus kata lagi! Itulah sebabnya aku ndak bisa pacaran, bahasa medis aja aku ndak paham-paham apalagi bahasa perempuan!"
Di saat yang sama, Ungu telah memulai penampilannya yang sontak membuat banyak mahasiswa berkumpul di depan panggung. Lagu perdana yang mereka bawakan berjudul 'Waktu yang Dinanti'. Suara dentuman drum dan petikan gitar diiringi teriakan penonton langsung menyusup masuk di pendengaran.
Cinta yang tulus dalam hatiku
Membuang semua hasrat di mimpiku
Tuk bisa menyatakan sayang
Tuk bisa mengungkapkan semua
Pada dirimu
Tak mungkin bagiku tuk memilikimu
Segala rasa yang pasti dan mungkin
Tuk bisa kau terima semua
Tuk bisa kunyatakan rasa ku cinta kamu
Pada saat itu juga, Arai langsung menarik tanganku dan mengajakku ikut bergabung dengan penonton lainnya.
"Arai, kamu gak boleh berdiri di bawah matahari dalam waktu lama dulu!"
"Kapan lagi aku bisa nonton konser gratis," ucapnya sambil terus membawaku masuk dan menerobos barisan yang berada di depan panggung. Kami benar-benar berhadapan langsung dengan personel ungu saat ini.
Aku menutup telingaku rapat-rapat karena pengeras suara berada tepat di hadapanku. Berbeda denganku, Arai justru sibuk bernyanyi seperti penonton lainnya. Ia menghadap ke arahku sambil ikut melantunkan lirik lagu tersebut.
Ketika bunga tak bermekar lagi
Dan dunia tak mungkin berputar lagi
Saat cinta tak membakar hati ini
Kau kan tahu betapa aku mencintaimu
Betapa aku menginginkan kamu (ungu_waktu yang dinanti)
Aku terus menutup telinga rapat-rapat, sambil berteriak, "Arai, ayo kita keluar dari sini!"
"Apa?" Arai mendekatkan telinganya di mulutku.
"Ayo kita pergi! Aku gak suka!"
Karena melihatku tak nyaman, Arai pun menuruti permintaanku dengan segera keluar dari barisan penonton. Ia mengajakku singgah ke stand jajanan untuk membeli minuman dingin. Saat kami hendak berjalan, terdengar pembicaraan kakak senior yang membuat langkahku terhenti.
"Eh, gue dengar acara ini disponsori langsung sama bokapnya kak Evan, makanya bisa ngundang Ungu," ucap salah satu dari kakak senior itu.
"Oh, bokapnya kak Evan yang punya Mitra Farma, kan? Kan Evan low profile banget, ya? Padahal anak konglo, tapi gak sombong kayak anak orang kaya lainnya."
"Gimana mau sombong, orang dia cuma anak haram dari hasil selingkuhan bokapnya," ungkap perempuan pertama tadi.
"Hah? Serius?" Lawan bicaranya tampak menyangsikan.
"Iya, gue tahu banyak tentang doi. Soalnya nyokap tirinya kan langganan di salon nyokap gue. Jadi, waktu masih bayi, perempuan yang jadi selingkuhan bokapnya itu ngemis-ngemis biar dia dibesarkan bokapnya. Mungkin biar kehidupannya lebih terjamin kali, ya. Tapi bokapnya malah nyuruh suami-istri yang kerja di rumah mereka buat ngasuh dia. Cuma ... lama-kelamaan dia diakui juga sama bokapnya jadi anggota keluarga mereka, karena ternyata dia lebih cerdas dibanding anak pertama keluarga itu," jelas perempuan itu.
"Oh, gitu. Sumpah, gue baru dengar dari lo kalo dia anak haram hasil hubungan gelap bokapnya." Perempuan di sebelahnya memberi komentar dengan wajah terkejut.
"Iya, dulu kan gue sempat naksir berat sama doi, sampai gua dah tepe-tepean sama dia, tapi begitu dengar cerita nyokap gue ... langsung jadi elfeel! Soalnya dia kan lahir dari wanita gak bener," lanjutnya lagi.
Seperti perempuan satunya, aku pun tercengang mendengar penuturannya. Sampai-sampai kakiku seakan tertancap di tanah. Tak bisa kugerakkan.
Jadi, kak Evan pernah menjadi anak angkat paman dan bibi Arai sebelum mendapat pengakuan dari ayahnya? Apakah itu sebabnya dia menganggap Arai seperti saudaranya?
"Arai, semua yang dia bilang itu bener, gak?" tanyaku dengan pandangan kaku.
.
.
.
Like dan komeng
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
novita setya
anda kepedean nonaaaa
2024-12-05
0
✨️ɛ.
Evannya juga blom tentu mau ama elu..
2024-11-23
0
dyul
Si Arai.... kayak cinta sendirian.....
Apa salahnya anak haram?...
yg haramkan perbuatan ibu bpknya?....
2024-10-13
0