Bab 19 : Ternyata Banyak yang Belum Kuketahui Tentangnya

Tahun berganti. Setiap napas kehidupan memiliki cerita yang berbeda-beda di tiap masanya. Di tahun ini, anak-anak muda berlomba-lomba mengubah tampilan rambut ala emo dengan poni depan panjang yang menutupi sebelah mata. Setelah Facebook berhasil menggeser friendster, media sosial lainnya seperti Twitter dan YouTube mulai dikenal di negara ini. Istilah 'viral' menggaung di publik seiring kemunculan dua sosok perempuan muda yang menghebohkan jagad raya Indonesia karena mengunggah video jogednya di YouTube sambil lipsync lagu keong racun.

Aku berdiri di atas kursi plastik sambil menempelkan kolase foto-foto liburan akhir tahun yang baru saja kucetak. Liburan sudah berlalu sebulan yang lalu, tapi kebahagiaanku masih terasa hingga kini.

Di waktu yang sama, aku terhenyak ketika tubuhku terangkat tinggi-tinggi dan melayang. Rupanya, kak Evan yang baru saja tiba di kosku, langsung memeluk dari belakang dan mengangkat tubuhku yang sedang menaiki kursi.

"Kak Evan turunin, ih!" protesku kaget.

Bukannya mengikuti apa yang kumau, dia malah membuat gerakan memutar sehingga membuatku seperti menaiki wahana ontang-anting. Aku berteriak minta diturunkan. Dia lalu menurunkan aku dari gendongannya.

"Skripsi aku dah di-ACC dosen pembimbing!" bisiknya tanpa melepaskan pelukan.

Mataku melebar. "Beneran?" Aku berbalik sambil mengalungkan tanganku di lehernya. "Selamat! Moga lancar sidang skripsinya."

Dia menunjukkan satu box ayam kentaki dari restoran cepat saji ternama sambil berkata, "Kita makan bareng, yuk! Aku juga manggil Arai ke sini!"

Tak sampai lima menit, Arai datang dengan tergesa-gesa. "Gurita, aku pinjam cas kodok kau dulu! Mati nih hp aku!" ucapnya sambil melepas baterai dari ponselnya.

Aku langsung mengambil pengisi daya yang kusimpan di laci lalu menyerahkan pada Arai.

"Itu hp apa gado-gado kok dikaretin!" ledek kak Evan melihat Arai sibuk membuka ikatan karet di ponselnya.

"Ya, dikaretin biar baterai hpku ndak jatuh. Soalnya dah gelembung gini."

"Lagian gua kasih hp BB gua lo gak mau!"

"Gak biasa aku pake hp mewah, Bang. Bisa gemetar jempol aku ngetik SMS karena terlalu berhati-hati."

Aku mempersiapkan tiga piring untuk dipakai makan. Kak Evan langsung menaruh ayam goreng bagian sayapnya di piringku. Dia tahu betul aku menyukai potongan ayam bagian sayap.

Setelah mengisi daya baterainya, Arai datang bergabung di meja kami. Dengan tak sungkan, dia langsung mengambil potongan sayap ayam yang ada di piringku.

"Woah ayam goreng keepciii!" gumamnya sambil hendak menggigit.

"Jangan!" Aku dan kak Evan kompak berteriak.

Teriakan kami membuat Arai refleks melepas sayap ayamku dari tangannya. Ayam itu pun jatuh dan langsung masuk ke dalam gelas yang berisi air. Menyebalkan, memang!

***

Dua Minggu setelah itu, BEM fakultas kedokteran sibuk mempersiapkan fun walk dan kegiatan donor darah yang terbuka bagi mahasiswa dan dosen. Acara tersebut dimeriahkan oleh band papan atas, Ungu. Ini menjadi kegiatan terakhir BEM FK jelang masa jabatan kak Evan sebagai ketuanya. Selama setahun menjadi ketua BEM FK, kak Evan telah membuat gebrakan dengan aktif menyelenggarakan kegiatan sosial bertema kesehatan, menggalang dana bagi mahasiswa FK yang berduka, serta menghapus perpeloncoan FK yang paling ekstrem, yaitu mengurung Maba di kamar mayat.

Saat ini, aku sedang berjalan dengan mata yang berkeliling ke sana-sini untuk mencari Arai. Karena tahu dia akan mendonorkan darahnya, maka aku segera ke tenda PMI. Aku melihat Arai baru saja keluar dari tenda setelah mendonorkan darahnya. Aku lantas menghampirinya.

"Arai, ini susu dan telur. Cepat dimakan. Kak Evan yang suruh aku bawain buat kamu."

"Terus, mana bang Evan?" tanyanya sambil membuka cangkang telur dengan cara dipecahkan ke dahinya terlebih dahulu.

"Enggak tahu. Tadi pagi dia cuma SMS aku buat ngasih tahu itu doang. Kayaknya dia lebih perhatian sama kamu dibanding aku," keluhku dengan wajah merengut.

"Jadi kau cemburu sama aku karena aku lebih diperhatikan pacarmu?" ucapnya tergelak.

"Sebenarnya aku cuma kangen aja karena akhir-akhir ini kita gak ketemu dan jarang sms."

"Ya, wajarlah! Kau tahu sendiri, kan, seminggu ini mau ada pemilihan ketua BEM baru, belum lagi dia dah mau naik sidang skripsi."

"Kamu selalu belain dia!"

"Jadi sekarang kau cemburu sama pacar sendiri gara-gara aku lebih bela dia?" Dia tersenyum geli.

"Tahu, ah! Pikir aja sendiri," ketusku kesal.

"Perempuan ... perempuan!" Dia malah menggeleng-geleng kepala. "Ternyata benar apa yang dibilang orang-orang. Yang diinginkan cewek itu cuma satu."

"Apa?" tanyaku.

"Semuanya!" jawabnya singkat.

Aku menoleh dengan sepasang alis mengerut.

"Ya, bener, kan? Perempuan itu suka semuanya. Cinta, kasih sayang, perhatian, pengertian, pujian, sanjungan, pembelaan, bujukan, kesetiaan, kenyamanan, kelemah-lembutan, kesejahteraan, kehidupan, kesimpulan dan lain-lain. Dan lain-lainnya itu pun masih lima ratus kata lagi! Itulah sebabnya aku ndak bisa pacaran, bahasa medis aja aku ndak paham-paham apalagi bahasa perempuan!"

Di saat yang sama, Ungu telah memulai penampilannya yang sontak membuat banyak mahasiswa berkumpul di depan panggung. Lagu perdana yang mereka bawakan berjudul 'Waktu yang Dinanti'. Suara dentuman drum dan petikan gitar diiringi teriakan penonton langsung menyusup masuk di pendengaran.

Cinta yang tulus dalam hatiku

Membuang semua hasrat di mimpiku

Tuk bisa menyatakan sayang

Tuk bisa mengungkapkan semua

Pada dirimu

Tak mungkin bagiku tuk memilikimu

Segala rasa yang pasti dan mungkin

Tuk bisa kau terima semua

Tuk bisa kunyatakan rasa ku cinta kamu

Pada saat itu juga, Arai langsung menarik tanganku dan mengajakku ikut bergabung dengan penonton lainnya.

"Arai, kamu gak boleh berdiri di bawah matahari dalam waktu lama dulu!"

"Kapan lagi aku bisa nonton konser gratis," ucapnya sambil terus membawaku masuk dan menerobos barisan yang berada di depan panggung. Kami benar-benar berhadapan langsung dengan personel ungu saat ini.

Aku menutup telingaku rapat-rapat karena pengeras suara berada tepat di hadapanku. Berbeda denganku, Arai justru sibuk bernyanyi seperti penonton lainnya. Ia menghadap ke arahku sambil ikut melantunkan lirik lagu tersebut.

Ketika bunga tak bermekar lagi

Dan dunia tak mungkin berputar lagi

Saat cinta tak membakar hati ini

Kau kan tahu betapa aku mencintaimu

Betapa aku menginginkan kamu (ungu_waktu yang dinanti)

Aku terus menutup telinga rapat-rapat, sambil berteriak, "Arai, ayo kita keluar dari sini!"

"Apa?" Arai mendekatkan telinganya di mulutku.

"Ayo kita pergi! Aku gak suka!"

Karena melihatku tak nyaman, Arai pun menuruti permintaanku dengan segera keluar dari barisan penonton. Ia mengajakku singgah ke stand jajanan untuk membeli minuman dingin. Saat kami hendak berjalan, terdengar pembicaraan kakak senior yang membuat langkahku terhenti.

"Eh, gue dengar acara ini disponsori langsung sama bokapnya kak Evan, makanya bisa ngundang Ungu," ucap salah satu dari kakak senior itu.

"Oh, bokapnya kak Evan yang punya Mitra Farma, kan? Kan Evan low profile banget, ya? Padahal anak konglo, tapi gak sombong kayak anak orang kaya lainnya."

"Gimana mau sombong, orang dia cuma anak haram dari hasil selingkuhan bokapnya," ungkap perempuan pertama tadi.

"Hah? Serius?" Lawan bicaranya tampak menyangsikan.

"Iya, gue tahu banyak tentang doi. Soalnya nyokap tirinya kan langganan di salon nyokap gue. Jadi, waktu masih bayi, perempuan yang jadi selingkuhan bokapnya itu ngemis-ngemis biar dia dibesarkan bokapnya. Mungkin biar kehidupannya lebih terjamin kali, ya. Tapi bokapnya malah nyuruh suami-istri yang kerja di rumah mereka buat ngasuh dia. Cuma ... lama-kelamaan dia diakui juga sama bokapnya jadi anggota keluarga mereka, karena ternyata dia lebih cerdas dibanding anak pertama keluarga itu," jelas perempuan itu.

"Oh, gitu. Sumpah, gue baru dengar dari lo kalo dia anak haram hasil hubungan gelap bokapnya." Perempuan di sebelahnya memberi komentar dengan wajah terkejut.

"Iya, dulu kan gue sempat naksir berat sama doi, sampai gua dah tepe-tepean sama dia, tapi begitu dengar cerita nyokap gue ... langsung jadi elfeel! Soalnya dia kan lahir dari wanita gak bener," lanjutnya lagi.

Seperti perempuan satunya, aku pun tercengang mendengar penuturannya. Sampai-sampai kakiku seakan tertancap di tanah. Tak bisa kugerakkan.

Jadi, kak Evan pernah menjadi anak angkat paman dan bibi Arai sebelum mendapat pengakuan dari ayahnya? Apakah itu sebabnya dia menganggap Arai seperti saudaranya?

"Arai, semua yang dia bilang itu bener, gak?" tanyaku dengan pandangan kaku.

.

.

.

Like dan komeng

Terpopuler

Comments

novita setya

novita setya

anda kepedean nonaaaa

2024-12-05

0

✨️ɛ.

✨️ɛ.

Evannya juga blom tentu mau ama elu..

2024-11-23

0

dyul

dyul

Si Arai.... kayak cinta sendirian.....
Apa salahnya anak haram?...
yg haramkan perbuatan ibu bpknya?....

2024-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menyusuri Lembaran Masa Lalu
2 Bab 2 : Semuanya Berawal dari Pertemuan itu ....
3 Bab 3: Seseorang yang Lain, Selain Dia
4 Bab 4 : Dua Pria yang Hadir di Hidupku
5 Bab 5: Menjadi Penguntit Dadakan
6 Bab 6 : Masa Puberku yang Tertunda
7 Bab 7 : Senja yang Mempertemukan Kita
8 Bab 8 : Sesuatu yang Tidak Kuketahui
9 Bab 9 : Pemandangan Berbeda di Balkon
10 Bab 10 : Punggung yang Telah Termiliki
11 Bab 11 : Momen Kecil Bersamanya
12 Bab 12 : Aku dan Dia adalah Persamaan
13 Bab 13 : Melepas Rindu
14 Bab 14 : Surga yang Kami Ciptakan
15 Bab 15 : Setelah Kejadian Itu
16 Bab 16 : Dia yang Memengaruhi Sistem Saraf di Otakku
17 Bab 17 : Momen Kebersamaan
18 Bab 18 : Untuk Dikenang
19 Bab 19 : Ternyata Banyak yang Belum Kuketahui Tentangnya
20 Bab 20 : Sepotong Jiwa yang Bersatu
21 Bab 21 : Keluarga yang Bukan Keluarga
22 Bab 22 : Menempati Posisi Terbaik di Hidupnya
23 Bab 23 : Bahagia Bersamanya
24 Bab 24 : Sebuah Insiden
25 Bab 25 : Dilindungi dan Terlindungi
26 Bab 26 : Kita yang Menabung Rindu
27 Bab 27 : Masa Depan yang Belum Terencana
28 Bab 28 : Mulai Berongga
29 Bab 29 : Genggaman Tangan dan Pelukan Hangat darinya
30 Bab 30 : Dia yang Penuh Tanda Tanya
31 Bab 31 : Rasa Manis yang Dia berikan
32 Bab 32 : Tatap Aku!
33 Bab 33 : Masih Tak Percaya
34 Bab 34 : Serba Terlalu
35 Bab 35 : Jiwa Baru Bersama Ragaku
36 Bab 36 : Awal Kehidupan Baru
37 Bab 37 : Dear Calon Anakku
38 Bab 38 : Kembali Berteman Kehilangan
39 Bab 39 : Dua Orang yang Tergabung Dalam Satu
40 Bab 40 : Hai, Masa Depan!
41 Bab 41 : Kelu!
42 Bab 42 : Kembali Bersitatap
43 Bab 43 : Selamat Tinggal
44 Bab 44 : Ini Aku yang Menyakitimu
45 Bab 45 : Keluarga Top 1%
46 Bab 46 : Revolusi Hidup
47 Bab 47 : Seseorang yang Didatangkan Untukku
48 Bab 48 : Kehadiranmu di Batas Senja
49 Bab 49 : Kita yang Saling Menemukan dan Ditemukan
50 Bab 50 : Aku dan Kau yang Menjadi Kita
51 Bab 51 : Rindu yang Mencekikku
52 Bab 52 : Kau Adalah Pijar Terang Bagiku
53 Bab 53 : Meski Kita Saling Menginginkan
54 Bab 54 : Kehadirannya
55 Bab 55 : Dari Sini
56 Bab 56 : Pertemuan Dua Keluarga
57 Bab 57 : Sesuatu yang Tidak Kuduga
58 Bab 58 : Aku yang Terhimpit
59 Bab 59 : Ketika Dilanda Dilema
60 Bab 60 : Ini Caraku Mencintaimu
61 Bab 61 : Jejak Lipstikmu di Bibirku
62 Bab 62 : Nol Persen
63 Bab 63 : Kehidupan Baru
64 Bab 64 : Hal yang Tertinggal
65 Bab 65 : Akulah yang Ditinggalkan
66 Bab 66 : Manusia dan Penyesalannya
67 Bab 67 : Yang Tak Lagi Sama
68 Bab 68 : Mungkin Sudah Tepat
69 Bab 69 : Lini Masa
70 Bab 70 : Kalau Saja ....
71 Bab 71 : Yang Selalu Menuju Ke arahku
72 Bab 72 : Cemburu yang Tak Semestinya
73 Bab 73 : Sudah Waktunya, kah?
74 Bab 74 : Tenanglah!
75 Bab 75 : Orang-orang yang Tahu
76 Bab 76 : Bersama tapi Tak Bersama
77 bab 77 : Senja Terindah
78 Bab 78 : Kau yang Dekat, tapi Tak bisa Kudekap
79 Bab 79 : Aku yang Tertohok
80 Bab 80 : Tuntutan Keluarga
81 Bab 81 : Dari Tempat Persembunyianku
82 Bab 82 : Setangkai Bunga Mawar
83 Bab 83 : Dari Balik Tirai
84 Bab 84 : Kepada Waktu ....
85 Bab 85 : Bodohnya Aku
86 Bab 86 : Sembunyi
87 Bab 87 : Perasaan yang Masih Berkutat
88 Bab 88 : Ke mana dia?
89 Bab 89 : Foto Bersama
90 Bab 90 : Demi Satu Hal
91 Bab 91 : Kebersamaan Kita
92 Bab 92 : Mari Jadikan Penantian
93 Bab 93 : Jaga Jarak
94 Bab 94 : Apa yang Harus Kulakukan?
95 Bab 95 : Panggil Namaku!
96 Bab 96 : Di Luar Dugaan
97 Bab 97 : Aku Memang Bukan Dia, Tidak Seperti Dia ....
98 Bab 98 : Mantan Terindah
99 Bab 99 : Seseorang yang Jadi Tujuanku
100 Bab 100 : Memulai Perang
101 Bab 101 : Yang Sengaja Kurahasiakan
102 Bab 102 : Mengatur Pertemuan
103 Bab 103 : Kuakui, Aku cemburu
104 Bab 104 : Panggilan yang Mendebarkan
105 Bab 105 : Di Tengah Rinai
106 Bab 106 : Aku Bisa Apa?
107 Bab 107 : Kita Hanyalah Sebuah Koma
108 Bab 108 : Inikah Waktunya?
109 Bab 109 : Bagaimana Mungkin ....
110 bab 110 : Kebohongan yang Terbongkar
111 Bab 111 : Harimau tidak Memakan Anaknya?
112 Bab 112 : Situasi Rumit
113 Bab 113 : Menyambung Kisah
114 Bab 114 : Lebih dari Seorang Teman
115 Bab 115 : Sang Pemilik Senyum Merenyuhkan
116 Bab 116 : Si Pemilik Pelukan Terhangat
117 Bab 117 : Yang Baru Kuketahui
118 Bab 118 : Terlalu Sulit Untuk kupahami
119 Bab 119 : Sebuah Permintaan
120 Bab 120 : Aku Tak Menyukai Perasaan Ini
121 Bab 121 : Kami Tak Mungkin Bersama
122 Bab 122 : Catatan Darinya
123 Bab 123 : Catatan Terakhir Darinya
124 Bab 124: Aku Tak Cukup Jauh Mengenalnya
125 Bab 125 : Aku Pernah Sebahagia Itu
126 Bab 126 : Reset Kehidupan
127 Bab 127 : Cinta yang Merumpun
128 Bab 128 : Alam yang Menyatukan Kebersamaan
129 Bab 129 : Sebuah Keputusan
130 Bab 130 : Pengagum Rahasia
131 Bab 131 : Selangkah Demi Selangkah
132 Bab 132 : Semoga Berjalan Mulus
133 Bab 133 : Genggam Tanganku
134 Bab 134 : Hal yang Tertunda
135 Bab 135 : Melepas Rindu yang Mendayu
136 Bab 136 : Seonggok Jiwa yang Layak Bahagia.
137 All About Novel Ini
138 Novel Baru Yu Aotian
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Bab 1 : Menyusuri Lembaran Masa Lalu
2
Bab 2 : Semuanya Berawal dari Pertemuan itu ....
3
Bab 3: Seseorang yang Lain, Selain Dia
4
Bab 4 : Dua Pria yang Hadir di Hidupku
5
Bab 5: Menjadi Penguntit Dadakan
6
Bab 6 : Masa Puberku yang Tertunda
7
Bab 7 : Senja yang Mempertemukan Kita
8
Bab 8 : Sesuatu yang Tidak Kuketahui
9
Bab 9 : Pemandangan Berbeda di Balkon
10
Bab 10 : Punggung yang Telah Termiliki
11
Bab 11 : Momen Kecil Bersamanya
12
Bab 12 : Aku dan Dia adalah Persamaan
13
Bab 13 : Melepas Rindu
14
Bab 14 : Surga yang Kami Ciptakan
15
Bab 15 : Setelah Kejadian Itu
16
Bab 16 : Dia yang Memengaruhi Sistem Saraf di Otakku
17
Bab 17 : Momen Kebersamaan
18
Bab 18 : Untuk Dikenang
19
Bab 19 : Ternyata Banyak yang Belum Kuketahui Tentangnya
20
Bab 20 : Sepotong Jiwa yang Bersatu
21
Bab 21 : Keluarga yang Bukan Keluarga
22
Bab 22 : Menempati Posisi Terbaik di Hidupnya
23
Bab 23 : Bahagia Bersamanya
24
Bab 24 : Sebuah Insiden
25
Bab 25 : Dilindungi dan Terlindungi
26
Bab 26 : Kita yang Menabung Rindu
27
Bab 27 : Masa Depan yang Belum Terencana
28
Bab 28 : Mulai Berongga
29
Bab 29 : Genggaman Tangan dan Pelukan Hangat darinya
30
Bab 30 : Dia yang Penuh Tanda Tanya
31
Bab 31 : Rasa Manis yang Dia berikan
32
Bab 32 : Tatap Aku!
33
Bab 33 : Masih Tak Percaya
34
Bab 34 : Serba Terlalu
35
Bab 35 : Jiwa Baru Bersama Ragaku
36
Bab 36 : Awal Kehidupan Baru
37
Bab 37 : Dear Calon Anakku
38
Bab 38 : Kembali Berteman Kehilangan
39
Bab 39 : Dua Orang yang Tergabung Dalam Satu
40
Bab 40 : Hai, Masa Depan!
41
Bab 41 : Kelu!
42
Bab 42 : Kembali Bersitatap
43
Bab 43 : Selamat Tinggal
44
Bab 44 : Ini Aku yang Menyakitimu
45
Bab 45 : Keluarga Top 1%
46
Bab 46 : Revolusi Hidup
47
Bab 47 : Seseorang yang Didatangkan Untukku
48
Bab 48 : Kehadiranmu di Batas Senja
49
Bab 49 : Kita yang Saling Menemukan dan Ditemukan
50
Bab 50 : Aku dan Kau yang Menjadi Kita
51
Bab 51 : Rindu yang Mencekikku
52
Bab 52 : Kau Adalah Pijar Terang Bagiku
53
Bab 53 : Meski Kita Saling Menginginkan
54
Bab 54 : Kehadirannya
55
Bab 55 : Dari Sini
56
Bab 56 : Pertemuan Dua Keluarga
57
Bab 57 : Sesuatu yang Tidak Kuduga
58
Bab 58 : Aku yang Terhimpit
59
Bab 59 : Ketika Dilanda Dilema
60
Bab 60 : Ini Caraku Mencintaimu
61
Bab 61 : Jejak Lipstikmu di Bibirku
62
Bab 62 : Nol Persen
63
Bab 63 : Kehidupan Baru
64
Bab 64 : Hal yang Tertinggal
65
Bab 65 : Akulah yang Ditinggalkan
66
Bab 66 : Manusia dan Penyesalannya
67
Bab 67 : Yang Tak Lagi Sama
68
Bab 68 : Mungkin Sudah Tepat
69
Bab 69 : Lini Masa
70
Bab 70 : Kalau Saja ....
71
Bab 71 : Yang Selalu Menuju Ke arahku
72
Bab 72 : Cemburu yang Tak Semestinya
73
Bab 73 : Sudah Waktunya, kah?
74
Bab 74 : Tenanglah!
75
Bab 75 : Orang-orang yang Tahu
76
Bab 76 : Bersama tapi Tak Bersama
77
bab 77 : Senja Terindah
78
Bab 78 : Kau yang Dekat, tapi Tak bisa Kudekap
79
Bab 79 : Aku yang Tertohok
80
Bab 80 : Tuntutan Keluarga
81
Bab 81 : Dari Tempat Persembunyianku
82
Bab 82 : Setangkai Bunga Mawar
83
Bab 83 : Dari Balik Tirai
84
Bab 84 : Kepada Waktu ....
85
Bab 85 : Bodohnya Aku
86
Bab 86 : Sembunyi
87
Bab 87 : Perasaan yang Masih Berkutat
88
Bab 88 : Ke mana dia?
89
Bab 89 : Foto Bersama
90
Bab 90 : Demi Satu Hal
91
Bab 91 : Kebersamaan Kita
92
Bab 92 : Mari Jadikan Penantian
93
Bab 93 : Jaga Jarak
94
Bab 94 : Apa yang Harus Kulakukan?
95
Bab 95 : Panggil Namaku!
96
Bab 96 : Di Luar Dugaan
97
Bab 97 : Aku Memang Bukan Dia, Tidak Seperti Dia ....
98
Bab 98 : Mantan Terindah
99
Bab 99 : Seseorang yang Jadi Tujuanku
100
Bab 100 : Memulai Perang
101
Bab 101 : Yang Sengaja Kurahasiakan
102
Bab 102 : Mengatur Pertemuan
103
Bab 103 : Kuakui, Aku cemburu
104
Bab 104 : Panggilan yang Mendebarkan
105
Bab 105 : Di Tengah Rinai
106
Bab 106 : Aku Bisa Apa?
107
Bab 107 : Kita Hanyalah Sebuah Koma
108
Bab 108 : Inikah Waktunya?
109
Bab 109 : Bagaimana Mungkin ....
110
bab 110 : Kebohongan yang Terbongkar
111
Bab 111 : Harimau tidak Memakan Anaknya?
112
Bab 112 : Situasi Rumit
113
Bab 113 : Menyambung Kisah
114
Bab 114 : Lebih dari Seorang Teman
115
Bab 115 : Sang Pemilik Senyum Merenyuhkan
116
Bab 116 : Si Pemilik Pelukan Terhangat
117
Bab 117 : Yang Baru Kuketahui
118
Bab 118 : Terlalu Sulit Untuk kupahami
119
Bab 119 : Sebuah Permintaan
120
Bab 120 : Aku Tak Menyukai Perasaan Ini
121
Bab 121 : Kami Tak Mungkin Bersama
122
Bab 122 : Catatan Darinya
123
Bab 123 : Catatan Terakhir Darinya
124
Bab 124: Aku Tak Cukup Jauh Mengenalnya
125
Bab 125 : Aku Pernah Sebahagia Itu
126
Bab 126 : Reset Kehidupan
127
Bab 127 : Cinta yang Merumpun
128
Bab 128 : Alam yang Menyatukan Kebersamaan
129
Bab 129 : Sebuah Keputusan
130
Bab 130 : Pengagum Rahasia
131
Bab 131 : Selangkah Demi Selangkah
132
Bab 132 : Semoga Berjalan Mulus
133
Bab 133 : Genggam Tanganku
134
Bab 134 : Hal yang Tertunda
135
Bab 135 : Melepas Rindu yang Mendayu
136
Bab 136 : Seonggok Jiwa yang Layak Bahagia.
137
All About Novel Ini
138
Novel Baru Yu Aotian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!