Bab 17 : Momen Kebersamaan

Libur semester tiba setelah ujian akhir semester usai. Sebagian besar mahasiswa rantauan menggunakan libur panjang ini untuk pulang ke kampung halaman mereka. Namun, itu tidak berlaku untukku dan juga Arai. Karena mahalnya biaya transportasi antar pulau membuat kami memilih menetap di Jakarta.

Apalagi, ibuku memang sudah mengatakan agar aku tetap di sini, karena mereka tak cukup uang untuk membayar tiket pesawatku. Lebih tepatnya, mereka tengah memprioritaskan keuangan untuk persiapan pesta pernikahan kakakku. Ibu bilang, mereka akan membiayai kepulanganku saat acara pernikahan kakakku tahun depan nanti. Tentunya, demi kebutuhan foto keluarga di pesta nanti.

Kos-kosan yang kuhuni, menjadi sangat sepi karena banyak yang pulang kampung. Jika aku tak berpacaran dengan kak Evan, mungkin aku akan sangat sedih menghabiskan masa liburku di kamar kos di saat semua teman-teman kembali pada orangtuanya. Namun, liburan ini justru membuat kami memiliki banyak waktu untuk bersama.

Aku dan dia berbaring bersebelahan dalam posisi tengkurap di lantai kamar kosku. Di hadapan kami ada sebuah kertas yang dipakai untuk menyusun rencana liburan akhir tahun yang tinggal beberapa hari lagi.

"Kamu mau kita liburan ke mana? Ke Bandung, Jogja, Bali atau ...."

Aku menggeleng. "Aku cuma liburan ke tempat yang dekat-dekat aja."

Jujur, dibanding nama-nama kota yang disebutkan kak Evan, aku memilih untuk pulang ke kampung halaman. Aku merindukan suasana damai kota kecilku yang tak terlalu padat. Namun, mana mungkin aku meminta kak Evan membayarkan tiket pulangku. Ibu juga pasti akan curiga kalo aku bisa pulang.

"Terus, kamu mau ke mana?"

"Emmm ...." Lama aku berpikir.

Tahu kalau aku tak akan memberi jawaban yang jelas, dia lantas berkata, "Aku hitung sampai lima. Kalo gak milih, aku kasih bom ciuman sekarang juga. Satu ... dua ... tiga ...." Dia mulai menghitung hingga membuatku panik.

"Tunggu! Aku cuma pengen ke tempat yang suasananya mirip kota aku," kataku cepat.

Suaranya terhenti tepat di hitungan keempat. "Kayak gimana suasana kota kamu?"

"Enggak seramai Jakarta, sih, tapi ... damai dan banyak ikan segar yang melimpah."

"Jadi kamu pengen makan ikan segar?" tanyanya dengan menunjukkan wajah antusias.

Aku mengangguk sungkan. Ya, selama berada di Jakarta, aku belum pernah menyantap beraneka ragam ikan segar seperti yang ada di kotaku.

Kak Evan tampak berpikir. "Kalo gitu, kita ke mana, ya?"gumamnya, "Ah, aku ingat. Ada tempat yang cocok kita kunjungi, tapi lumayan jauh. Besok kita ke sana, yah!"

"Besok?" Aku tersentak.

"Ya, besok." Kak Evan mengelus kepalaku dengan semangat hingga rambutku teracak-acak tak keruan.

Di saat aku sibuk memperbaiki rambutku yang kusut karena ulahnya, dia malah berpangku kepala, sambil memandang ke arahku dengan senyum yang mengembang. Ditatap tak berkedip seperti itu, tentu membuatku malu. Aku lantas menutup wajahnya dengan telapak tanganku.

"Ya, udah, Kak Evan pulang aja! Udah malam, nih!"

"Jadi kamu ngusir aku?"

"Enggak, kan kita besok mau liburan juga!"

"Oke-oke ... tapi aku gak mau pulang sia-sia," ucapnya sambil mendekat ke arahku.

Tahu apa yang akan dia lakukan, aku lantas berteriak kecil sambil segera menyembunyikan wajahku karena dia pasti akan memberi ciuman bertubi-tubi. Dia semakin bersemangat dengan naik ke belakang tubuhku sambil menahan kedua tanganku yang berusaha melindungi sisi kiri dan kanan wajahku.

"Kalo gak mau pulang, nih!" cetusnya tertawa sambil terus mencari wajahku.

Setelah berlagak tak mau, aku pun menyerahkan diri dengan mengangkat wajahku dan menoleh ke arahnya. Serbuan ciuman langsung mendarat di dahi, alis, kelopak mata, pipi, hidung, dagu dan berakhir di bibirku. Kakiku yang tadinya meronta-ronta, kini melemah seperti tak bertulang menerima sapuan hangat sesapan bibirnya di bibirku. Genggaman tangannya di pergelangan tanganku pun melembut. Dia mengakhiri ciumannya dengan sebuah gigitan dan tarikan kecil pada ujung bibir bawahku.

Dia menjauhkan bibirnya dari bibirku sambil berbisik di telingaku, "Aku pengen banget nerkam kamu malam ini. Tapi, aku takut kamu bakal kecapean."

Dia lalu berdiri, mengambil jaketnya dan pulang meninggalkan aku yang sebenarnya masih ingin dalam dekapannya.

***

Pergantian waktu terjadi begitu cepat. Matahari belum sepenuhnya bersinar, tetapi aku sudah berdiri di pinggir jalan depan kos-kosan dengan memakai mini dress sebatas lutut dan tas selempang. Kak Evan memang memintaku bersiap pagi-pagi sekali agar kami bisa terhindar dari macet.

Tak lama kemudian, sebuah mobil mewah berwarna merah menyala berhenti tepat di hadapanku. Aku terkejut ketika mobil itu membunyikan klakson. Jendela mobil terbuka, menampakkan kak Evan yang ternyata sebagai pengendaranya.

"Ayo masuk!"

Aku sempat tertegun sejenak. Ini pertama kali kak Evan mengajakku keluar dengan menggunakan mobil. Apakah mungkin karena perjalanan yang cukup jauh? Aku langsung membuka pintu mobil dan bergegas masuk.

"Duaaaarr!" Suara Arai mengejutkanku. Ternyata dia duduk di jok belakang pengemudi.

"Arai!" Aku menyebut namanya dengan intonasi tinggi sambil memegang dadaku karena kaget.

Kak Evan ikut tertawa sambil berkata, "Aku ngajak dia soalnya kasihan dia sendiri di rumah. Gak papa, kan?"

Arai bergeser ke tengah dengan menyandarkan kedua tangannya di bahu kursiku dan kursi kak Evan. "Kata Abang Evan, kau pengen makan ikan segar, kalo gitu mending ke kampungku aja. Di kampungku banyak macam ikan segar, semua nama-nama ikan ada. Cuma ikan duyung yang ndak ada!"

Celetukan Arai membuatku tertawa kecil. Pasalnya, dia berkata dengan penuh antusias.

"Kenapa Lo gak bilang dari awal biar kita bisa liburan ke kampung halaman Lo!" cetus kak Evan sambil menyetir.

"Memangnya orang kota mau injak kampung?"

Kak Evan mulai menyetel musik untuk menemani perjalanan kami. Sebuah lagu yang disebut-sebut menjadi lagu paling romantis setahun terakhir ini, mengalun lembut di pendengaran.

Tak `kan pernah ada yg lain di sisi

Segenap jiwa hanya untukmu

Dan tak `kan mungkin ada yg lain di sisi

Ku ingin kau di sini tepiskan sepiku bersamamu... (Hingga akhir waktu_Nine balls)

Di tengah lagu yang bersenandung lembut itu, sebelah tangan kak Evan merambat ke tanganku, menggenggam tanganku dengan hangat. Kami saling memandang dengan sunggingan senyum yang terpatri di wajah masing-masing. Seolah lagu itu benar-benar mewakili perasaan kami. Tiba-tiba Arai ikut bernyanyi dengan suara falsnya.

"Tak kan pernah ada yang lain di sisi ....." Ia melafalkan potongan lirik tersebut dengan suara yang melengking tepat di telinga kak Evan, sehingga tautan tangan kami spontan terlepas karena terkejut.

"Arai, Sialan! Bisa diam gak? Lo merusak lagu favorit gua!" ketus kak Evan.

Arai terkekeh dan tampak sengaja melakukannya. "Aku juga pengen belajar romantis!" celetuknya.

"Makanya cari pacar sana! Biar lo bisa nyanyiin lagu romantis di kuping pacar lo!" kata kak Evan.

"Aku tuh belum mau pacaran, Bang. Tunggu sampai aku mau nikah. Soalnya, kalo pacaran cuma sekedar ngingatin mandi, makan, sama tidur ... aku juga bisa ingat sendiri ndak perlu pakai bantuan orang lain!"

Kak Evan menginjak pedal rem mendadak, hingga suara decitan mobil terdengar. Tubuh kami langsung terantuk ke depan.

"Ada apa?" tanya Arai setelah tubuhnya sempat maju ke depan.

Aku melihat deretan mobil yang macet di depan sana, diikuti beberapa orang yang berkumpul tepat di satu titik depan sana.

"Sepertinya ada kecelakaan," jawabku dengan wajah sedikit tegang.

.

.

Terpopuler

Comments

My MINE😌

My MINE😌

mungkin karena ga ada topik pembuka yg di bahas ya, jd ujung nya bosan kek gini.

2024-09-06

0

🥑⃟Ꮶ͢ᮉ᳟•ᾰ𝕣ຣ𝑦𝐀⃝🥀⏤͟͟͞͞🧸👻ᴸᴷ

🥑⃟Ꮶ͢ᮉ᳟•ᾰ𝕣ຣ𝑦𝐀⃝🥀⏤͟͟͞͞🧸👻ᴸᴷ

duhh rai jangan jujur" amat lah 🤣

2024-08-28

0

🥑⃟Ꮶ͢ᮉ᳟•ᾰ𝕣ຣ𝑦𝐀⃝🥀⏤͟͟͞͞🧸👻ᴸᴷ

🥑⃟Ꮶ͢ᮉ᳟•ᾰ𝕣ຣ𝑦𝐀⃝🥀⏤͟͟͞͞🧸👻ᴸᴷ

sejak kapan ada ikan duyung 😆😂🤣

2024-08-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menyusuri Lembaran Masa Lalu
2 Bab 2 : Semuanya Berawal dari Pertemuan itu ....
3 Bab 3: Seseorang yang Lain, Selain Dia
4 Bab 4 : Dua Pria yang Hadir di Hidupku
5 Bab 5: Menjadi Penguntit Dadakan
6 Bab 6 : Masa Puberku yang Tertunda
7 Bab 7 : Senja yang Mempertemukan Kita
8 Bab 8 : Sesuatu yang Tidak Kuketahui
9 Bab 9 : Pemandangan Berbeda di Balkon
10 Bab 10 : Punggung yang Telah Termiliki
11 Bab 11 : Momen Kecil Bersamanya
12 Bab 12 : Aku dan Dia adalah Persamaan
13 Bab 13 : Melepas Rindu
14 Bab 14 : Surga yang Kami Ciptakan
15 Bab 15 : Setelah Kejadian Itu
16 Bab 16 : Dia yang Memengaruhi Sistem Saraf di Otakku
17 Bab 17 : Momen Kebersamaan
18 Bab 18 : Untuk Dikenang
19 Bab 19 : Ternyata Banyak yang Belum Kuketahui Tentangnya
20 Bab 20 : Sepotong Jiwa yang Bersatu
21 Bab 21 : Keluarga yang Bukan Keluarga
22 Bab 22 : Menempati Posisi Terbaik di Hidupnya
23 Bab 23 : Bahagia Bersamanya
24 Bab 24 : Sebuah Insiden
25 Bab 25 : Dilindungi dan Terlindungi
26 Bab 26 : Kita yang Menabung Rindu
27 Bab 27 : Masa Depan yang Belum Terencana
28 Bab 28 : Mulai Berongga
29 Bab 29 : Genggaman Tangan dan Pelukan Hangat darinya
30 Bab 30 : Dia yang Penuh Tanda Tanya
31 Bab 31 : Rasa Manis yang Dia berikan
32 Bab 32 : Tatap Aku!
33 Bab 33 : Masih Tak Percaya
34 Bab 34 : Serba Terlalu
35 Bab 35 : Jiwa Baru Bersama Ragaku
36 Bab 36 : Awal Kehidupan Baru
37 Bab 37 : Dear Calon Anakku
38 Bab 38 : Kembali Berteman Kehilangan
39 Bab 39 : Dua Orang yang Tergabung Dalam Satu
40 Bab 40 : Hai, Masa Depan!
41 Bab 41 : Kelu!
42 Bab 42 : Kembali Bersitatap
43 Bab 43 : Selamat Tinggal
44 Bab 44 : Ini Aku yang Menyakitimu
45 Bab 45 : Keluarga Top 1%
46 Bab 46 : Revolusi Hidup
47 Bab 47 : Seseorang yang Didatangkan Untukku
48 Bab 48 : Kehadiranmu di Batas Senja
49 Bab 49 : Kita yang Saling Menemukan dan Ditemukan
50 Bab 50 : Aku dan Kau yang Menjadi Kita
51 Bab 51 : Rindu yang Mencekikku
52 Bab 52 : Kau Adalah Pijar Terang Bagiku
53 Bab 53 : Meski Kita Saling Menginginkan
54 Bab 54 : Kehadirannya
55 Bab 55 : Dari Sini
56 Bab 56 : Pertemuan Dua Keluarga
57 Bab 57 : Sesuatu yang Tidak Kuduga
58 Bab 58 : Aku yang Terhimpit
59 Bab 59 : Ketika Dilanda Dilema
60 Bab 60 : Ini Caraku Mencintaimu
61 Bab 61 : Jejak Lipstikmu di Bibirku
62 Bab 62 : Nol Persen
63 Bab 63 : Kehidupan Baru
64 Bab 64 : Hal yang Tertinggal
65 Bab 65 : Akulah yang Ditinggalkan
66 Bab 66 : Manusia dan Penyesalannya
67 Bab 67 : Yang Tak Lagi Sama
68 Bab 68 : Mungkin Sudah Tepat
69 Bab 69 : Lini Masa
70 Bab 70 : Kalau Saja ....
71 Bab 71 : Yang Selalu Menuju Ke arahku
72 Bab 72 : Cemburu yang Tak Semestinya
73 Bab 73 : Sudah Waktunya, kah?
74 Bab 74 : Tenanglah!
75 Bab 75 : Orang-orang yang Tahu
76 Bab 76 : Bersama tapi Tak Bersama
77 bab 77 : Senja Terindah
78 Bab 78 : Kau yang Dekat, tapi Tak bisa Kudekap
79 Bab 79 : Aku yang Tertohok
80 Bab 80 : Tuntutan Keluarga
81 Bab 81 : Dari Tempat Persembunyianku
82 Bab 82 : Setangkai Bunga Mawar
83 Bab 83 : Dari Balik Tirai
84 Bab 84 : Kepada Waktu ....
85 Bab 85 : Bodohnya Aku
86 Bab 86 : Sembunyi
87 Bab 87 : Perasaan yang Masih Berkutat
88 Bab 88 : Ke mana dia?
89 Bab 89 : Foto Bersama
90 Bab 90 : Demi Satu Hal
91 Bab 91 : Kebersamaan Kita
92 Bab 92 : Mari Jadikan Penantian
93 Bab 93 : Jaga Jarak
94 Bab 94 : Apa yang Harus Kulakukan?
95 Bab 95 : Panggil Namaku!
96 Bab 96 : Di Luar Dugaan
97 Bab 97 : Aku Memang Bukan Dia, Tidak Seperti Dia ....
98 Bab 98 : Mantan Terindah
99 Bab 99 : Seseorang yang Jadi Tujuanku
100 Bab 100 : Memulai Perang
101 Bab 101 : Yang Sengaja Kurahasiakan
102 Bab 102 : Mengatur Pertemuan
103 Bab 103 : Kuakui, Aku cemburu
104 Bab 104 : Panggilan yang Mendebarkan
105 Bab 105 : Di Tengah Rinai
106 Bab 106 : Aku Bisa Apa?
107 Bab 107 : Kita Hanyalah Sebuah Koma
108 Bab 108 : Inikah Waktunya?
109 Bab 109 : Bagaimana Mungkin ....
110 bab 110 : Kebohongan yang Terbongkar
111 Bab 111 : Harimau tidak Memakan Anaknya?
112 Bab 112 : Situasi Rumit
113 Bab 113 : Menyambung Kisah
114 Bab 114 : Lebih dari Seorang Teman
115 Bab 115 : Sang Pemilik Senyum Merenyuhkan
116 Bab 116 : Si Pemilik Pelukan Terhangat
117 Bab 117 : Yang Baru Kuketahui
118 Bab 118 : Terlalu Sulit Untuk kupahami
119 Bab 119 : Sebuah Permintaan
120 Bab 120 : Aku Tak Menyukai Perasaan Ini
121 Bab 121 : Kami Tak Mungkin Bersama
122 Bab 122 : Catatan Darinya
123 Bab 123 : Catatan Terakhir Darinya
124 Bab 124: Aku Tak Cukup Jauh Mengenalnya
125 Bab 125 : Aku Pernah Sebahagia Itu
126 Bab 126 : Reset Kehidupan
127 Bab 127 : Cinta yang Merumpun
128 Bab 128 : Alam yang Menyatukan Kebersamaan
129 Bab 129 : Sebuah Keputusan
130 Bab 130 : Pengagum Rahasia
131 Bab 131 : Selangkah Demi Selangkah
132 Bab 132 : Semoga Berjalan Mulus
133 Bab 133 : Genggam Tanganku
134 Bab 134 : Hal yang Tertunda
135 Bab 135 : Melepas Rindu yang Mendayu
136 Bab 136 : Seonggok Jiwa yang Layak Bahagia.
137 All About Novel Ini
138 Novel Baru Yu Aotian
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Bab 1 : Menyusuri Lembaran Masa Lalu
2
Bab 2 : Semuanya Berawal dari Pertemuan itu ....
3
Bab 3: Seseorang yang Lain, Selain Dia
4
Bab 4 : Dua Pria yang Hadir di Hidupku
5
Bab 5: Menjadi Penguntit Dadakan
6
Bab 6 : Masa Puberku yang Tertunda
7
Bab 7 : Senja yang Mempertemukan Kita
8
Bab 8 : Sesuatu yang Tidak Kuketahui
9
Bab 9 : Pemandangan Berbeda di Balkon
10
Bab 10 : Punggung yang Telah Termiliki
11
Bab 11 : Momen Kecil Bersamanya
12
Bab 12 : Aku dan Dia adalah Persamaan
13
Bab 13 : Melepas Rindu
14
Bab 14 : Surga yang Kami Ciptakan
15
Bab 15 : Setelah Kejadian Itu
16
Bab 16 : Dia yang Memengaruhi Sistem Saraf di Otakku
17
Bab 17 : Momen Kebersamaan
18
Bab 18 : Untuk Dikenang
19
Bab 19 : Ternyata Banyak yang Belum Kuketahui Tentangnya
20
Bab 20 : Sepotong Jiwa yang Bersatu
21
Bab 21 : Keluarga yang Bukan Keluarga
22
Bab 22 : Menempati Posisi Terbaik di Hidupnya
23
Bab 23 : Bahagia Bersamanya
24
Bab 24 : Sebuah Insiden
25
Bab 25 : Dilindungi dan Terlindungi
26
Bab 26 : Kita yang Menabung Rindu
27
Bab 27 : Masa Depan yang Belum Terencana
28
Bab 28 : Mulai Berongga
29
Bab 29 : Genggaman Tangan dan Pelukan Hangat darinya
30
Bab 30 : Dia yang Penuh Tanda Tanya
31
Bab 31 : Rasa Manis yang Dia berikan
32
Bab 32 : Tatap Aku!
33
Bab 33 : Masih Tak Percaya
34
Bab 34 : Serba Terlalu
35
Bab 35 : Jiwa Baru Bersama Ragaku
36
Bab 36 : Awal Kehidupan Baru
37
Bab 37 : Dear Calon Anakku
38
Bab 38 : Kembali Berteman Kehilangan
39
Bab 39 : Dua Orang yang Tergabung Dalam Satu
40
Bab 40 : Hai, Masa Depan!
41
Bab 41 : Kelu!
42
Bab 42 : Kembali Bersitatap
43
Bab 43 : Selamat Tinggal
44
Bab 44 : Ini Aku yang Menyakitimu
45
Bab 45 : Keluarga Top 1%
46
Bab 46 : Revolusi Hidup
47
Bab 47 : Seseorang yang Didatangkan Untukku
48
Bab 48 : Kehadiranmu di Batas Senja
49
Bab 49 : Kita yang Saling Menemukan dan Ditemukan
50
Bab 50 : Aku dan Kau yang Menjadi Kita
51
Bab 51 : Rindu yang Mencekikku
52
Bab 52 : Kau Adalah Pijar Terang Bagiku
53
Bab 53 : Meski Kita Saling Menginginkan
54
Bab 54 : Kehadirannya
55
Bab 55 : Dari Sini
56
Bab 56 : Pertemuan Dua Keluarga
57
Bab 57 : Sesuatu yang Tidak Kuduga
58
Bab 58 : Aku yang Terhimpit
59
Bab 59 : Ketika Dilanda Dilema
60
Bab 60 : Ini Caraku Mencintaimu
61
Bab 61 : Jejak Lipstikmu di Bibirku
62
Bab 62 : Nol Persen
63
Bab 63 : Kehidupan Baru
64
Bab 64 : Hal yang Tertinggal
65
Bab 65 : Akulah yang Ditinggalkan
66
Bab 66 : Manusia dan Penyesalannya
67
Bab 67 : Yang Tak Lagi Sama
68
Bab 68 : Mungkin Sudah Tepat
69
Bab 69 : Lini Masa
70
Bab 70 : Kalau Saja ....
71
Bab 71 : Yang Selalu Menuju Ke arahku
72
Bab 72 : Cemburu yang Tak Semestinya
73
Bab 73 : Sudah Waktunya, kah?
74
Bab 74 : Tenanglah!
75
Bab 75 : Orang-orang yang Tahu
76
Bab 76 : Bersama tapi Tak Bersama
77
bab 77 : Senja Terindah
78
Bab 78 : Kau yang Dekat, tapi Tak bisa Kudekap
79
Bab 79 : Aku yang Tertohok
80
Bab 80 : Tuntutan Keluarga
81
Bab 81 : Dari Tempat Persembunyianku
82
Bab 82 : Setangkai Bunga Mawar
83
Bab 83 : Dari Balik Tirai
84
Bab 84 : Kepada Waktu ....
85
Bab 85 : Bodohnya Aku
86
Bab 86 : Sembunyi
87
Bab 87 : Perasaan yang Masih Berkutat
88
Bab 88 : Ke mana dia?
89
Bab 89 : Foto Bersama
90
Bab 90 : Demi Satu Hal
91
Bab 91 : Kebersamaan Kita
92
Bab 92 : Mari Jadikan Penantian
93
Bab 93 : Jaga Jarak
94
Bab 94 : Apa yang Harus Kulakukan?
95
Bab 95 : Panggil Namaku!
96
Bab 96 : Di Luar Dugaan
97
Bab 97 : Aku Memang Bukan Dia, Tidak Seperti Dia ....
98
Bab 98 : Mantan Terindah
99
Bab 99 : Seseorang yang Jadi Tujuanku
100
Bab 100 : Memulai Perang
101
Bab 101 : Yang Sengaja Kurahasiakan
102
Bab 102 : Mengatur Pertemuan
103
Bab 103 : Kuakui, Aku cemburu
104
Bab 104 : Panggilan yang Mendebarkan
105
Bab 105 : Di Tengah Rinai
106
Bab 106 : Aku Bisa Apa?
107
Bab 107 : Kita Hanyalah Sebuah Koma
108
Bab 108 : Inikah Waktunya?
109
Bab 109 : Bagaimana Mungkin ....
110
bab 110 : Kebohongan yang Terbongkar
111
Bab 111 : Harimau tidak Memakan Anaknya?
112
Bab 112 : Situasi Rumit
113
Bab 113 : Menyambung Kisah
114
Bab 114 : Lebih dari Seorang Teman
115
Bab 115 : Sang Pemilik Senyum Merenyuhkan
116
Bab 116 : Si Pemilik Pelukan Terhangat
117
Bab 117 : Yang Baru Kuketahui
118
Bab 118 : Terlalu Sulit Untuk kupahami
119
Bab 119 : Sebuah Permintaan
120
Bab 120 : Aku Tak Menyukai Perasaan Ini
121
Bab 121 : Kami Tak Mungkin Bersama
122
Bab 122 : Catatan Darinya
123
Bab 123 : Catatan Terakhir Darinya
124
Bab 124: Aku Tak Cukup Jauh Mengenalnya
125
Bab 125 : Aku Pernah Sebahagia Itu
126
Bab 126 : Reset Kehidupan
127
Bab 127 : Cinta yang Merumpun
128
Bab 128 : Alam yang Menyatukan Kebersamaan
129
Bab 129 : Sebuah Keputusan
130
Bab 130 : Pengagum Rahasia
131
Bab 131 : Selangkah Demi Selangkah
132
Bab 132 : Semoga Berjalan Mulus
133
Bab 133 : Genggam Tanganku
134
Bab 134 : Hal yang Tertunda
135
Bab 135 : Melepas Rindu yang Mendayu
136
Bab 136 : Seonggok Jiwa yang Layak Bahagia.
137
All About Novel Ini
138
Novel Baru Yu Aotian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!