"Aku baru tahu kalau berdiri di sini kita memang bisa melihat sunset dengan jelas," ucap kak Evan.
Dia seakan mengetahui kehadiranku meski dengan mata terpejam. Karena sudah tak mungkin menghindar atau pun berbalik, aku lantas berjalan menghampirinya lalu berdiri bersebelahan dengannya.
"Kak Evan suka sunset?" tanyaku pelan.
Dia membuka matanya dengan perlahan lalu memandang ke depan.
"Bukan aku, tapi temanku," jawabnya, "di hari pertama Maba ngumpul di kampus, aku nungguin dia di bawah pohon itu. Tapi kamu lebih dulu datang dengan wajah bingung dan panik. Makanya aku tawarin diri buat anterin kamu. Pas aku balik lagi ke sini, aku lihat dia berdiri di balkon ini sambil mandang langit. Dia bilang, akhirnya dia nemu tempat yang tepat buat lihat sunset. Dan itu karena dia bingung nyari aku," kenang kak Evan sambil tergelitik.
"Yang kak Evan maksud itu Arai, ya?" tebakku dengan hati-hati.
"Hum ...." Dia menoleh ke arahku sambil melebarkan senyum. "Kamu satu kelas ma dia, kan?"
Aku mengangguk kecil. Ternyata benar, Kak Evan dan Arai sangat dekat. Bahkan, aku merasa kak Evan sangat menyayanginya. Sekali lagi, aku iri pada Arai yang selalu berhasil mengambil hati orang-orang.
Kami sama-sama bergeming sembari menatap langit yang berpendar keemasan. Ada beberapa detik kosong sebelum terdengar suara pelan nan berat yang memanggil namaku.
"Ita ...."
Aku menoleh ke arahnya. Sementara dia menatapku dengan lamat.
"Apa ... kamu ... suka aku?"
Mataku melebar seketika. Namun, tak sampai sedetik, bola mataku langsung bergerak tak tentu arah, berusaha untuk tak bersitatap dengannya. Di saat yang sama, kak Evan menggeser langkahnya dan mulai mendekat ke arahku.
"Kamu suka aku?" tanyanya lagi.
"Ke–kenapa .. mikir kayak gitu," ucapku dengan bibir gemetar.
"Aku cuma pengen tahu," balasnya.
Jangan-jangan ... dia sudah mengetahui perasaanku yang terpendam. Apakah Arai yang mengatakannya? Ataukah sudah terbaca olehnya sendiri?
"Jadi, kamu suka aku?" Dia mengulang pertanyaan yang sama dengan terus menyeret langkahnya.
Jantungku sungguh tak aman saat ini. Kukira dia akan mengungkapkan perasaannya semacam mengatakan 'aku suka kamu', ternyata kata itu justru yang dia tanyakan padaku. Secara spontan, kakiku bergerak mundur ke belakang di saat dia terus mendekat ke arahku. Aku sampai menjatuhkan kresek berisi minuman yang seharusnya akan kuberikan pada Arai. Minuman itu keluar dari kantong plastik dan tergelinding ke tangga.
"Aku ... kurang ... ngerti maksud kak Evan."
Setiap kata kulontarkan dengan kaku. Aku mendadak gagap, rikuh hingga tak tahu harus berbuat apa. Bahkan kini tubuhku terjebak di sudut balkon ketika dia terus mendekat ke arahku.
"Aku ulangi lagi, kamu suka aku, gak?"
Dia semakin dekat, sementara aku semakin tersudut. Ujung sepatu kami yang saling bertabrakan, menandakan seberapa dekat dirinya denganku saat ini. Aku memundurkan setengah badanku ke belakang di saat napas kami saling membaur. Pada waktu yang sama, dia memblokir pergerakanku dengan menempatkan tangannya di masing-masing sudut pembatas balkon. Membuatku tak bisa ke mana-mana.
"Pertanyaan ini, sudah lama ingin aku tanyakan sama kamu. Aku perlu mencocokkan isi hatiku dengan perempuan yang kusukai, karena aku gak bisa ajak seseorang buat menjalin hubungan kalo dia gak punya perasaan yang sama kayak aku. Jadi, aku ingin tahu perasaanmu lebih dulu," ucapnya dengan mata yang terus menancap di mataku.
Seluruh tubuhku gemetar saat kak Evan terus mengancing pandanganku dengan tatapan matanya sayu.
"A–aku ...."
Sambil mencondongkan badannya ke arahku, dia kembali berkata, "Cukup jawab Ya atau Tidak."
Sempat terdiam beberapa saat, aku pun mengangguk kaku. "Ya ...."
Senyum langsung tersemat di bibirnya.
"Mau dengar isi hati aku?" Dia melepaskan earphone yang menggantung di lehernya, kemudian memasangkan ke telingaku. Pada waktu itu juga, sebuah lagu indah menjamah lembut di pendengaranku.
Bila engkau menerima cintaku
Aku akan selalu jujur untukmu
Karena dirimu yang selama ini di hati
Bila engkau menerima cintaku
Aku akan setia kepadamu
Karena dirimu yang selama ini kucari (Flanella_bila engkau)
Lagu itu terus mengalir indah di pendengaranku. Aku hanya bisa terpaku menatap wajah kak Evan yang semakin mendekat ke arahku. Angin yang bertiup di sekitar, menerpa wajahku diiringi sinar matahari yang terbenam sepenuhnya. Mataku terkulai rapat karena tak tahan dengan pendaran cahaya itu.
Dan suasana romantis pun bergerak ke arahku, kala kurasakan sesuatu yang lembut menekan bibirku dengan halus. Hanya sebentar. Namun, mampu membuat seluruh urat syaraf melemah. Hubungan asmara kami resmi dimulai tepat saat senja terbaring di pangkuan malam. Dan balkon ini, menjadi saksi ciuman pertamaku telah dirampas olehnya.
Sore itu, Arai benar-benar tak datang ke balkon. Namun, ketika aku dan kak Evan hendak pulang dengan menuruni anak tangga, aku menemukan minuman untuknya yang sempat jatuh terguling itu, kini ada di sudut tangga dalam posisi telah terbuka dan hampir habis. Mungkinkah Arai sempat datang ke sini dan melihat kami?
Ternyata memang benar, Arai datang ke sana dan sempat melihat kami berbicara. Itu pengakuannya saat aku bertemu dengannya keesokan hari. Dia mengucapkan selamat untuk hubunganku dan Kak Evan yang baru saja terjalin.
"Kau harus traktir aku nanti buat merayakan hari jadi kau dan bang Evan!"
"Ssttt!" Aku meminta Arai menurunkan suaranya agar tak terdengar oleh teman-teman sekelas. "Gimana dengan kamu sendiri?"
"Aku? Emangnya kenapa dengan aku?" tanya Arai.
"Apa kamu gak mau cari pacar?"
"Ndaklah! Aku kan ke Jakarta buat kuliah bukan cari pacar. Aku mau fokus mengejar cita-citaku sebagai dokter agar bisa membantu orang-orang di kampungku yang masih kekurangan tenaga medis."
Aku langsung terdiam. Terasa tertohok dengan perkataannya.
Arai tampak seperti tahu aku tersinggung. Dia cepat-cepat berkata, "Ini prinsipku sendiri. Ndak perlu memaksakan diri untuk seragam dengan prinsip hidup orang lain."
Setelah mata kuliah terakhir berakhir, aku mengecek ponselku. Ternyaya terdapat satu pesan masuk dari kak Evan.
^^^Sayang^^^
^^^Sudah selesai?^^^
Aku
Sudah, barusan.
^^^Sayang^^^
^^^Oke. Siap-siap aku culik.^^^
Hah? Aku terbelalak membaca balasan pesannya. Kepalaku pun spontan menoleh ke kiri-kanan. Ada rasa khawatir dia tiba-tiba muncul di hadapanku di saat teman-temanku masih berlalu lalang. Tepat ketika aku memutuskan berjalan lurus, seseorang dengan slayer yang menutupi wajahnya tiba-tiba menarik tanganku dari arah samping, lalu menyeretku berlari dengannya. Hanya dengan melihat matanya, aku sudah bisa tahu sosok yang tengah mengajakku berlari ini.
Dia terus membawaku berlari dengan tangan yang saling bertautan erat. Kami berhenti tepat di depan motor besar yang terparkir begitu saja di depan gedung fakultas. Dia memakaikan helm berwarna hitam di kepalaku dengan hati-hati.
"Ayo naik!" ajaknya sambil menaiki motornya.
"Kita mau ke mana?" tanyaku kebingungan.
"Jalan-jalan," jawabnya sambil tersenyum.
Aku pun naik ke atas motornya.
"Pegang yang erat!"
Aku memegang ujung jaket kulitnya dengan ragu-ragu. Namun, dia justru menarik kedua tanganku agar melingkar penuh di pinggangnya. Ia pun mulai menghidupkan mesin motornya kemudian mulai melaju, melintasi beberapa ruang kelas fakultas kedokteran yang masih dipadati banyak mahasiswa.
"Itu Evan!
"Gila, Evan bareng cewek!"
Suara kakak-kakak tingkat ramai bersorak meneriakinya. Sedang aku yang berada di belakangnya, hanya bisa bersembunyi di balik punggungnya tanpa berani menunjukkan wajahku.
"Peluk aku lebih erat!" pintanya sambil menoleh ke arahku.
"Hah?"
Belum sempat kulakukan, dia sudah menambah kecepatan laju motornya sehingga membuat badanku merapat penuh di badannya, dan kepalaku tersandar di punggungnya. Sejak awal melihatnya, aku sudah menyukai punggungnya. Sebab, hanya dengan melihat punggung itu, aku bisa menatapnya tanpa perlu berhadapan dengannya. Kini, punggungnya tak hanya sekadar kutatap dari kejauhan, melainkan bisa kujadikan tempat bersandar ternyaman.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
✨️ɛ.
ini yg agak susah..
maunya kita punya tujuan hidup sendiri, tapi keluarga, tetangga, lingkungan masyarakat memaksa kita utk mengikuti jalur mainstream..
2024-11-23
0
✨️ɛ.
lagu jaman² request di radio trus kirim² salam pakek kartu.. siniin dikit salam²nya pakek sms.. oh, time flies so fast..
2024-11-23
0
Ve
ikut seneng bacanya
2025-02-23
1