Bab 8 : Sesuatu yang Tidak Kuketahui

Sejak saat itu, melihat kak Evan dari balkon gedung kosong, telah menjadi aktivitas favoritku di luar jam mata kuliah. Setiap hari, setiap sore, di waktu yang seperti biasa dan di tempat yang sama. Ya, hanya di sanalah aku dapat menemukannya dengan begitu mudah, sekaligus memandang sepuasnya.

Aku tidak sendirian. Tentu saja ada Arai yang menemani. Sekarang, aku semakin mengakrabkan diri dengan mahasiswa asal Belitung itu. Setiap sore kami akan bertemu di sana untuk melihat kesukaan kami masing-masing. Aku memantau kak Evan dalam diam, dan dia menunggu kedatangan senja yang mengingatkannya pada kampung halaman. Meski perkuliahan sudah mulai padat dengan tugas. Beberapa kali, kami mengerjakan tugas di tempat itu.

Di tempat itu pula, kami banyak bertukar cerita tentang latar belakang masing-masing. Ternyata Arai juga merupakan mahasiswa penerima beasiswa. Dia menjadi satu-satunya pemuda yang dikuliahkan oleh pemerintah daerahnya dan berhasil lolos di fakultas kedokteran kampus ini.

"Kau mengaku dari keluarga tak berada, tapi pakaianmu selalu bagus-bagus. Bermerek lagi!" Aku kembali melihat penampilannya yang begitu modis sesuai perkembangan fashion.

Dia mengangkat kerah bajunya sambil berkata, "Pakaian ini pemberian anak majikan aku. Banyak pakaian bekasnya dikasih ke Aku."

"Anak majikan?" Aku mengernyit.

"Ya, aku tinggal sama pamanku di sini. Dia dan istrinya bekerja puluhan tahun di Jakarta sebagai supir dan ART salah satu konglomerat yang punya perusahaan farmasi terbesar di negara ini. Aku disuruh ikut tinggal di rumah itu buat bantu-bantu mereka membersihkan taman rumah konglomerat itu. Ya ... lumayan, ndak perlu ngekos tapi malah dapat makanan enak tiap hari. Dapat upah pula!"

"Enak dong, kamu juga dapat tempat tinggal gratis."

"Ya, jelas! Mana mampulah aku ngekos di Jakarta. Buat nelepon umak aku aja, harus nunggu bonus telepon gratis tengah malam. Makanya aku ndak mau pacaran, nanti bonus telepon gratis malah kupakai buat nelepon pacar aku bukan umak."

(Umak: ibu)

Aku lantas tertawa. Aneh, aku langsung bisa mengobrol dengan Arai meski kami memiliki karakter yang bertolak belakang. Mungkin, karena kami sama-sama berasal dari perantauan luar pulau yang berhasil masuk di universitas ini lewat program beasiswa. Namun, hanya di tempat inilah aku dan dia bisa sedekat ini. Sebab, saat di kelas dia adalah milik semua orang.

Semua orang tampak senang padanya. Teman-teman menjadikannya ketua kelas yang selalu bisa diandalkan, sementara kakak senior dari berbagai fakultas selalu mengejarnya untuk menjaringnya masuk ke organisasi mereka. Dosen-dosen sendiri sering terkesan padanya karena ia sangat aktif dan juga kritis. Sementara aku, menjadikannya sebagai orang yang paling dekat denganku, tentunya selain kak Evan.

"Pujaan hatimu udah datang, tuh!" Arai menunjuk ke arah pohon mahoni yang menjadi favorit kak Evan.

Aku segera menoleh. Setelah sekian kali melihatnya di sini, kini aku tahu kapan tepatnya dia berada di sana dan juga berapa lama dia akan duduk di sana seorang diri. Ya, kehadirannya di tempat itu selalu beriringan dengan senja. Hanya sebentar, tapi mampu membuat suasana hatiku menghangat.

"Menurut kamu, kenapa kak Evan selalu duduk diam sendiri kayak gitu?" tanyaku pada Arai.

Arai menghela napas sejenak, lalu ikut memandang kak Evan yang selalu melakukan ritual rutinnya itu. Sambil mengangkat bahunya, dia berkata, "Kita ndak bisa menyimpulkan seseorang hanya dengan melihatnya saja. Kadang-kadang kita perlu menyelami kehidupannya untuk mencari tahu lebih dalam."

Ya, Arai benar. Namun, untuk ukuran pria seperti kak Evan, tentu tidak mudah masuk ke kehidupannya. Apalagi, hingga saat ini aku tak mengetahui apa pun tentangnya. Dia seperti sebuah misteri bagiku.

"Dia sudah pergi!" Ya, setelah lima belas menit duduk terdiam, pria itu akan beranjak.

Aku pamit pada Arai, meninggalkan balkon lebih dulu untuk bisa mengejar kak Evan seperti yang sudah-sudah. Saat menghampiri pria itu, aku selalu berlagak sedang berpapasan dengannya, berharap dia akan memanggilku dan berakhir dengan berjalanan beriringan seperti biasa. Skenario ini kulakukan berulang kali dan selalu berhasil.

"Mau pulang bareng?" tanya kak Evan setelah memanggilku.

Aku tak berani mengiyakan langsung. Meski begitu, bahasa tubuhku tak menunjukkan penolakan.

"Ayo!" ajaknya.

Kami berjalan pelan beriringan menuju gerbang. Beberapa kali jari-jari kami bersenggolan, menciptakan perasaan kikuk yang memberikan sengatan listrik pada jantung. Aku menikmati perasaan ini. Aku juga menyukai adegan yang berulang ini. Kubiarkan diri ini terus diselimuti emosi mewah yang mendambanya. Dan kuharap, segala kenaifan yang kulakukan ini tak akan pernah kusesali.

Dalam keheningan yang terpelihara, tiba-tiba perutku memberi sinyal borborygmus. Lebih gawatnya lagi, sinyal yang diberikan begitu nyaring bergemuruh keluar terus-menerus. Sungguh memalukan! Aku menutupi perutku dengan kedua tangan agar bunyi geraman itu tak menembus pendengarannya. Meski kutahu itu sia-sia karena dia pasti sudah mendengarnya.

(Ket. borborygmus: bising usus/perut keroncongan)

"Aku lapar! Kamu mau temani aku makan, gak?" tawar kak Evan tiba-tiba.

"Heh?" Aku tergemap. Alih-alih menanyakan 'kau lapar?' dia malah langsung mengajakku makan dengan dalih dialah yang lapar. Sama seperti waktu dia meminta nomor ponselku dengan maksud agar aku dapat menyimpan nomor ponselnya. Begitulah cara dia berkomunikasi padaku.

Kami berjalan keluar gerbang untuk pertama kalinya, menuju deretan kafe dan rumah makan yang berdekatan dengan kampus. Karena memasuki jam pulang sebagian besar mahasiswa, maka tempat-tempat makan di sekitarnya tampak penuh dan ramai. Untungnya, dia memilih sebuah rumah makan yang sepi, di mana hanya kami berdua yang menjadi pengunjung saat ini. Kami pun duduk di meja panjang paling dekat dengan jendela kaca yang besar.

"Kamu mau makan apa?"

"Terserah kak Evan aja."

"Oke ... aku pilihkan, ya!"

Senang rasanya karena hubungan tanpa status ini kini sedikit berkembang. Jika biasanya kami hanya sebatas jalan bersama hingga sampai di pintu gerbang, sekarang aku bisa duduk berhadapan dengannya sambil menyantap makanan. Tak lama kemudian, sekelompok mahasiswa yang terdiri dari tiga perempuan dan empat laki-laki masuk berbondong-bondong di rumah makan ini.

"Evan?" tegur mereka yang terkejut melihat kami berdua.

"Siapa, nih? Maba, ya?" tanya mereka sambil menatap ke arahku.

"Cie ... lagi nge-date, ya?" serbu mereka.

Kak Evan melirik ke arahku, sementara aku hanya bisa menunduk.

"Enggaklah! Ada-ada aja kalian!"

"Jangan bohong! Jangan bohong! Gue sering lihat kalian jalan berduaan!" Seorang pria berkacamata malah memaksa kak Evan mengakui hubungan kami yang memang tidak ada status. "Gue minta nih nomor hpnya kalo Lo gak mau ngaku pacaran ma nih adek," ancamnya.

Kak Evan tertawa sembari berusaha menahan tangan kawannya yang hendak menghampiriku.

"Kalo gitu kita ikut duduk di sini gak papa, kan?" tanya salah satu perempuan pada kami.

Dua cewek langsung menghampiri kami, lalu duduk di sisi kiri dan kanan kak Evan. Sementara yang lainnya ikut bergabung di meja kami, membuat posisi dudukku berada paling sudut sedikit berjauhan dari kak Evan.

Menjengkelkan! Suasana berdua antara aku dan kak Evan menjadi terganggu karena kedatangan mereka. Terhimpit keramaian seperti ini membuatku kehilangan selera makan. Apalagi, mereka malah sibuk membahas kegiatan BEM yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

Mereka terus mengobrol, saling mengejek, hingga bersorak riang. Sementara aku, hanya terdiam lesu sambil terus menundukkan kepala. Bukan salah mereka. Akulah yang bermasalah karena tidak terbiasa berkumpul dengan orang-orang.

Tiba-tiba ponselku membunyikan satu pesan masuk. Aku langsung membuka pesan yang ternyata dikirim oleh kak Evan.

Kak Evan : Membosankan, ya?

Begitu membaca pesannya, aku langsung menatapnya yang juga tengah menatap ke arahku. Dia langsung berdiri dari posisi duduknya dan berpamitan pada teman-teman.

"Kami duluan, ya!"

"Eh, dah mau pergi?" tanya kawan-kawannya.

"Iya gua mau pulang istirahat. Jangan lupa besok rapat. Kasih tahu ke ketua-ketua himpunan."

Kak Evan lalu berjalan ke posisi dudukku yang berada paling pojok. "Ayo kita balik," ucapnya sambil menggenggam tanganku dan menarikku keluar dari meja tersebut.

Dia terus menggenggam tanganku tak peduli dengan sorakan teman-temannya. Lagi-lagi, kak Evan seperti bisa menebak isi hatiku. Dia tahu aku tak nyaman berada di antara mereka. Aku jadi sedikit khawatir, jangan-jangan dia selalu menawarkan mengantarku ke gerbang, karena dia tahu aku ingin dekat dengannya. Semoga saja tidak.

Tak terasa, langit telah berubah menjadi gelap saat kami keluar dari tempat makan. Aku dan kak Evan berdiri saling berhadapan di tepi jalan. Suara bising kendaraan yang berlalu lalang sedikit memekakkan telinga.

"Aku anterin ke kos, ya?"

"E ... enggak usah, Kak. Aku ... pulang sendiri aja," ucapku sedikit gagap. Meskipun masih ingin bersamanya, tapi aku sungkan untuk diantar pulang olehnya.

"Ya, udah. Hati-hati di jalan!" Dia menepuk kepalaku dengan lembut.

Aku lantas pamit pergi. Kami berpisah tepat di depan pintu gerbang. Baru berjalan beberapa meter meninggalkannya, aku mendengar dia seperti tengah menelepon seseorang.

"Halo, udah pulang?"

Aku menghentikan langkahku seraya berbalik kembali ke arahnya. Dia masih berdiri di tempat sebelumnya dengan posisi membelakangiku sambil menelepon.

"Pulang bareng, yuk! Gue tunggu di parkiran depan, ya. Soalnya motor gue terparkir di sana ...." Setelah menutup telepon, kak Evan langsung kembali masuk ke kampus.

Siapa yang diteleponnya? Apakah perempuan? Pacarnya?

Mataku membeliak seketika. Rasa penasaranku membawa langkah ini untuk membuntutinya diam-diam. Pria itu terus berjalan menuju halaman parkir. Tiba-tiba seseorang datang dari arah samping dan langsung merangkulnya. Kak Evan pun turut membalas rangkulannya sambil terus berjalan menuju parkiran depan. Mereka terlihat begitu dekat dan akrab satu sama lain. Detik itu juga, mataku terbelalak saat melihat sosok yang berada di samping kak Evan.

"Arai?"

.

.

Terpopuler

Comments

gyu_rin

gyu_rin

gk di sangka2 arai pekerja keras dan keluarga nya bkn holang kaya. salut sih tetep gk ada takot2 nya 🤩

2025-03-26

0

Ve

Ve

dunia dalam novel memang sempit yah.. klo luas namanya dunia real 😅

2025-02-23

1

gyu_rin

gyu_rin

lah arai??? evan jangan2 anak konglomerat tempat paman nya arai kerja

2025-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menyusuri Lembaran Masa Lalu
2 Bab 2 : Semuanya Berawal dari Pertemuan itu ....
3 Bab 3: Seseorang yang Lain, Selain Dia
4 Bab 4 : Dua Pria yang Hadir di Hidupku
5 Bab 5: Menjadi Penguntit Dadakan
6 Bab 6 : Masa Puberku yang Tertunda
7 Bab 7 : Senja yang Mempertemukan Kita
8 Bab 8 : Sesuatu yang Tidak Kuketahui
9 Bab 9 : Pemandangan Berbeda di Balkon
10 Bab 10 : Punggung yang Telah Termiliki
11 Bab 11 : Momen Kecil Bersamanya
12 Bab 12 : Aku dan Dia adalah Persamaan
13 Bab 13 : Melepas Rindu
14 Bab 14 : Surga yang Kami Ciptakan
15 Bab 15 : Setelah Kejadian Itu
16 Bab 16 : Dia yang Memengaruhi Sistem Saraf di Otakku
17 Bab 17 : Momen Kebersamaan
18 Bab 18 : Untuk Dikenang
19 Bab 19 : Ternyata Banyak yang Belum Kuketahui Tentangnya
20 Bab 20 : Sepotong Jiwa yang Bersatu
21 Bab 21 : Keluarga yang Bukan Keluarga
22 Bab 22 : Menempati Posisi Terbaik di Hidupnya
23 Bab 23 : Bahagia Bersamanya
24 Bab 24 : Sebuah Insiden
25 Bab 25 : Dilindungi dan Terlindungi
26 Bab 26 : Kita yang Menabung Rindu
27 Bab 27 : Masa Depan yang Belum Terencana
28 Bab 28 : Mulai Berongga
29 Bab 29 : Genggaman Tangan dan Pelukan Hangat darinya
30 Bab 30 : Dia yang Penuh Tanda Tanya
31 Bab 31 : Rasa Manis yang Dia berikan
32 Bab 32 : Tatap Aku!
33 Bab 33 : Masih Tak Percaya
34 Bab 34 : Serba Terlalu
35 Bab 35 : Jiwa Baru Bersama Ragaku
36 Bab 36 : Awal Kehidupan Baru
37 Bab 37 : Dear Calon Anakku
38 Bab 38 : Kembali Berteman Kehilangan
39 Bab 39 : Dua Orang yang Tergabung Dalam Satu
40 Bab 40 : Hai, Masa Depan!
41 Bab 41 : Kelu!
42 Bab 42 : Kembali Bersitatap
43 Bab 43 : Selamat Tinggal
44 Bab 44 : Ini Aku yang Menyakitimu
45 Bab 45 : Keluarga Top 1%
46 Bab 46 : Revolusi Hidup
47 Bab 47 : Seseorang yang Didatangkan Untukku
48 Bab 48 : Kehadiranmu di Batas Senja
49 Bab 49 : Kita yang Saling Menemukan dan Ditemukan
50 Bab 50 : Aku dan Kau yang Menjadi Kita
51 Bab 51 : Rindu yang Mencekikku
52 Bab 52 : Kau Adalah Pijar Terang Bagiku
53 Bab 53 : Meski Kita Saling Menginginkan
54 Bab 54 : Kehadirannya
55 Bab 55 : Dari Sini
56 Bab 56 : Pertemuan Dua Keluarga
57 Bab 57 : Sesuatu yang Tidak Kuduga
58 Bab 58 : Aku yang Terhimpit
59 Bab 59 : Ketika Dilanda Dilema
60 Bab 60 : Ini Caraku Mencintaimu
61 Bab 61 : Jejak Lipstikmu di Bibirku
62 Bab 62 : Nol Persen
63 Bab 63 : Kehidupan Baru
64 Bab 64 : Hal yang Tertinggal
65 Bab 65 : Akulah yang Ditinggalkan
66 Bab 66 : Manusia dan Penyesalannya
67 Bab 67 : Yang Tak Lagi Sama
68 Bab 68 : Mungkin Sudah Tepat
69 Bab 69 : Lini Masa
70 Bab 70 : Kalau Saja ....
71 Bab 71 : Yang Selalu Menuju Ke arahku
72 Bab 72 : Cemburu yang Tak Semestinya
73 Bab 73 : Sudah Waktunya, kah?
74 Bab 74 : Tenanglah!
75 Bab 75 : Orang-orang yang Tahu
76 Bab 76 : Bersama tapi Tak Bersama
77 bab 77 : Senja Terindah
78 Bab 78 : Kau yang Dekat, tapi Tak bisa Kudekap
79 Bab 79 : Aku yang Tertohok
80 Bab 80 : Tuntutan Keluarga
81 Bab 81 : Dari Tempat Persembunyianku
82 Bab 82 : Setangkai Bunga Mawar
83 Bab 83 : Dari Balik Tirai
84 Bab 84 : Kepada Waktu ....
85 Bab 85 : Bodohnya Aku
86 Bab 86 : Sembunyi
87 Bab 87 : Perasaan yang Masih Berkutat
88 Bab 88 : Ke mana dia?
89 Bab 89 : Foto Bersama
90 Bab 90 : Demi Satu Hal
91 Bab 91 : Kebersamaan Kita
92 Bab 92 : Mari Jadikan Penantian
93 Bab 93 : Jaga Jarak
94 Bab 94 : Apa yang Harus Kulakukan?
95 Bab 95 : Panggil Namaku!
96 Bab 96 : Di Luar Dugaan
97 Bab 97 : Aku Memang Bukan Dia, Tidak Seperti Dia ....
98 Bab 98 : Mantan Terindah
99 Bab 99 : Seseorang yang Jadi Tujuanku
100 Bab 100 : Memulai Perang
101 Bab 101 : Yang Sengaja Kurahasiakan
102 Bab 102 : Mengatur Pertemuan
103 Bab 103 : Kuakui, Aku cemburu
104 Bab 104 : Panggilan yang Mendebarkan
105 Bab 105 : Di Tengah Rinai
106 Bab 106 : Aku Bisa Apa?
107 Bab 107 : Kita Hanyalah Sebuah Koma
108 Bab 108 : Inikah Waktunya?
109 Bab 109 : Bagaimana Mungkin ....
110 bab 110 : Kebohongan yang Terbongkar
111 Bab 111 : Harimau tidak Memakan Anaknya?
112 Bab 112 : Situasi Rumit
113 Bab 113 : Menyambung Kisah
114 Bab 114 : Lebih dari Seorang Teman
115 Bab 115 : Sang Pemilik Senyum Merenyuhkan
116 Bab 116 : Si Pemilik Pelukan Terhangat
117 Bab 117 : Yang Baru Kuketahui
118 Bab 118 : Terlalu Sulit Untuk kupahami
119 Bab 119 : Sebuah Permintaan
120 Bab 120 : Aku Tak Menyukai Perasaan Ini
121 Bab 121 : Kami Tak Mungkin Bersama
122 Bab 122 : Catatan Darinya
123 Bab 123 : Catatan Terakhir Darinya
124 Bab 124: Aku Tak Cukup Jauh Mengenalnya
125 Bab 125 : Aku Pernah Sebahagia Itu
126 Bab 126 : Reset Kehidupan
127 Bab 127 : Cinta yang Merumpun
128 Bab 128 : Alam yang Menyatukan Kebersamaan
129 Bab 129 : Sebuah Keputusan
130 Bab 130 : Pengagum Rahasia
131 Bab 131 : Selangkah Demi Selangkah
132 Bab 132 : Semoga Berjalan Mulus
133 Bab 133 : Genggam Tanganku
134 Bab 134 : Hal yang Tertunda
135 Bab 135 : Melepas Rindu yang Mendayu
136 Bab 136 : Seonggok Jiwa yang Layak Bahagia.
137 All About Novel Ini
138 Novel Baru Yu Aotian
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Bab 1 : Menyusuri Lembaran Masa Lalu
2
Bab 2 : Semuanya Berawal dari Pertemuan itu ....
3
Bab 3: Seseorang yang Lain, Selain Dia
4
Bab 4 : Dua Pria yang Hadir di Hidupku
5
Bab 5: Menjadi Penguntit Dadakan
6
Bab 6 : Masa Puberku yang Tertunda
7
Bab 7 : Senja yang Mempertemukan Kita
8
Bab 8 : Sesuatu yang Tidak Kuketahui
9
Bab 9 : Pemandangan Berbeda di Balkon
10
Bab 10 : Punggung yang Telah Termiliki
11
Bab 11 : Momen Kecil Bersamanya
12
Bab 12 : Aku dan Dia adalah Persamaan
13
Bab 13 : Melepas Rindu
14
Bab 14 : Surga yang Kami Ciptakan
15
Bab 15 : Setelah Kejadian Itu
16
Bab 16 : Dia yang Memengaruhi Sistem Saraf di Otakku
17
Bab 17 : Momen Kebersamaan
18
Bab 18 : Untuk Dikenang
19
Bab 19 : Ternyata Banyak yang Belum Kuketahui Tentangnya
20
Bab 20 : Sepotong Jiwa yang Bersatu
21
Bab 21 : Keluarga yang Bukan Keluarga
22
Bab 22 : Menempati Posisi Terbaik di Hidupnya
23
Bab 23 : Bahagia Bersamanya
24
Bab 24 : Sebuah Insiden
25
Bab 25 : Dilindungi dan Terlindungi
26
Bab 26 : Kita yang Menabung Rindu
27
Bab 27 : Masa Depan yang Belum Terencana
28
Bab 28 : Mulai Berongga
29
Bab 29 : Genggaman Tangan dan Pelukan Hangat darinya
30
Bab 30 : Dia yang Penuh Tanda Tanya
31
Bab 31 : Rasa Manis yang Dia berikan
32
Bab 32 : Tatap Aku!
33
Bab 33 : Masih Tak Percaya
34
Bab 34 : Serba Terlalu
35
Bab 35 : Jiwa Baru Bersama Ragaku
36
Bab 36 : Awal Kehidupan Baru
37
Bab 37 : Dear Calon Anakku
38
Bab 38 : Kembali Berteman Kehilangan
39
Bab 39 : Dua Orang yang Tergabung Dalam Satu
40
Bab 40 : Hai, Masa Depan!
41
Bab 41 : Kelu!
42
Bab 42 : Kembali Bersitatap
43
Bab 43 : Selamat Tinggal
44
Bab 44 : Ini Aku yang Menyakitimu
45
Bab 45 : Keluarga Top 1%
46
Bab 46 : Revolusi Hidup
47
Bab 47 : Seseorang yang Didatangkan Untukku
48
Bab 48 : Kehadiranmu di Batas Senja
49
Bab 49 : Kita yang Saling Menemukan dan Ditemukan
50
Bab 50 : Aku dan Kau yang Menjadi Kita
51
Bab 51 : Rindu yang Mencekikku
52
Bab 52 : Kau Adalah Pijar Terang Bagiku
53
Bab 53 : Meski Kita Saling Menginginkan
54
Bab 54 : Kehadirannya
55
Bab 55 : Dari Sini
56
Bab 56 : Pertemuan Dua Keluarga
57
Bab 57 : Sesuatu yang Tidak Kuduga
58
Bab 58 : Aku yang Terhimpit
59
Bab 59 : Ketika Dilanda Dilema
60
Bab 60 : Ini Caraku Mencintaimu
61
Bab 61 : Jejak Lipstikmu di Bibirku
62
Bab 62 : Nol Persen
63
Bab 63 : Kehidupan Baru
64
Bab 64 : Hal yang Tertinggal
65
Bab 65 : Akulah yang Ditinggalkan
66
Bab 66 : Manusia dan Penyesalannya
67
Bab 67 : Yang Tak Lagi Sama
68
Bab 68 : Mungkin Sudah Tepat
69
Bab 69 : Lini Masa
70
Bab 70 : Kalau Saja ....
71
Bab 71 : Yang Selalu Menuju Ke arahku
72
Bab 72 : Cemburu yang Tak Semestinya
73
Bab 73 : Sudah Waktunya, kah?
74
Bab 74 : Tenanglah!
75
Bab 75 : Orang-orang yang Tahu
76
Bab 76 : Bersama tapi Tak Bersama
77
bab 77 : Senja Terindah
78
Bab 78 : Kau yang Dekat, tapi Tak bisa Kudekap
79
Bab 79 : Aku yang Tertohok
80
Bab 80 : Tuntutan Keluarga
81
Bab 81 : Dari Tempat Persembunyianku
82
Bab 82 : Setangkai Bunga Mawar
83
Bab 83 : Dari Balik Tirai
84
Bab 84 : Kepada Waktu ....
85
Bab 85 : Bodohnya Aku
86
Bab 86 : Sembunyi
87
Bab 87 : Perasaan yang Masih Berkutat
88
Bab 88 : Ke mana dia?
89
Bab 89 : Foto Bersama
90
Bab 90 : Demi Satu Hal
91
Bab 91 : Kebersamaan Kita
92
Bab 92 : Mari Jadikan Penantian
93
Bab 93 : Jaga Jarak
94
Bab 94 : Apa yang Harus Kulakukan?
95
Bab 95 : Panggil Namaku!
96
Bab 96 : Di Luar Dugaan
97
Bab 97 : Aku Memang Bukan Dia, Tidak Seperti Dia ....
98
Bab 98 : Mantan Terindah
99
Bab 99 : Seseorang yang Jadi Tujuanku
100
Bab 100 : Memulai Perang
101
Bab 101 : Yang Sengaja Kurahasiakan
102
Bab 102 : Mengatur Pertemuan
103
Bab 103 : Kuakui, Aku cemburu
104
Bab 104 : Panggilan yang Mendebarkan
105
Bab 105 : Di Tengah Rinai
106
Bab 106 : Aku Bisa Apa?
107
Bab 107 : Kita Hanyalah Sebuah Koma
108
Bab 108 : Inikah Waktunya?
109
Bab 109 : Bagaimana Mungkin ....
110
bab 110 : Kebohongan yang Terbongkar
111
Bab 111 : Harimau tidak Memakan Anaknya?
112
Bab 112 : Situasi Rumit
113
Bab 113 : Menyambung Kisah
114
Bab 114 : Lebih dari Seorang Teman
115
Bab 115 : Sang Pemilik Senyum Merenyuhkan
116
Bab 116 : Si Pemilik Pelukan Terhangat
117
Bab 117 : Yang Baru Kuketahui
118
Bab 118 : Terlalu Sulit Untuk kupahami
119
Bab 119 : Sebuah Permintaan
120
Bab 120 : Aku Tak Menyukai Perasaan Ini
121
Bab 121 : Kami Tak Mungkin Bersama
122
Bab 122 : Catatan Darinya
123
Bab 123 : Catatan Terakhir Darinya
124
Bab 124: Aku Tak Cukup Jauh Mengenalnya
125
Bab 125 : Aku Pernah Sebahagia Itu
126
Bab 126 : Reset Kehidupan
127
Bab 127 : Cinta yang Merumpun
128
Bab 128 : Alam yang Menyatukan Kebersamaan
129
Bab 129 : Sebuah Keputusan
130
Bab 130 : Pengagum Rahasia
131
Bab 131 : Selangkah Demi Selangkah
132
Bab 132 : Semoga Berjalan Mulus
133
Bab 133 : Genggam Tanganku
134
Bab 134 : Hal yang Tertunda
135
Bab 135 : Melepas Rindu yang Mendayu
136
Bab 136 : Seonggok Jiwa yang Layak Bahagia.
137
All About Novel Ini
138
Novel Baru Yu Aotian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!