Informasi Mengejutkan

Hari ini, Asyifa dan juga Adelia disibukkan dengan rancangan desain yang harus mereka buat. Hoshi sudah mengirimkan gambar yang dibuat langsung oleh Bastian sebagai seorang arsitektur.

Bukan rancangannya saja, tapi Bastian juga mengirimkan semua konsep proyeknya kali ini.

Asyifa mengerutkan keningnya saat sedang membaca seluruh email yang dikirimkan padanya.

Apa ini email pribadi Bastian?

Asyifa segera memeriksa seluruh email, sepertinya memang benar. Semua konsep yang dikirim padanya dikirimkan langsung oleh Bastian.

“Cih, sibuk apanya? Dia bahkan masih memiliki waktu mengirimkan semua konsepnya sedetail ini.”

Asyifa kembali melihat rancangan yang dibuat Bastian. “Aku akui, sebagai seorang arsitek, dia memang sangat berbakat,” pujinya tanpa sadar.

Mengingat Bastian kembali, Asyifa mulai sadar kalau sudah hampir lima hari ini, tidak ada satu pun pesan yang dikirimkan pria itu. Padahal, biasanya Bastian akan mengirimkan pesan setengah jam sekali padanya.

“Akhirnya dia menyerah juga,” gumamnya seraya mengangkat tangan setinggi wajahnya. “Cincin yang dibelikan Bang Abi ternyata berguna juga.”

Asyifa masih berpikir kalau cincin yang dikenakannya saat ini adalah pemberian kakaknya. Ia sangat bersyukur dengan hal itu.

“Fa, ponselmu berdering terus!” seru Adelia yang baru masuk ke dalam kamar dengan membawa sebuah buku gambar berukuran lumayan besar.

Asyifa yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan memangku laptopnya tersadar, dia bergegas meraih ponsel yang diletakkan di atas nakas samping tempat tidur.

“Kak Rendi?” katanya dengan senyum mengembang lebar. Asyifa segera mengangkat panggilan itu.

“Halo, Kak?”

“Halo, Fa? Kamu lagi sibuk, ga?” tanya Rendi.

“Emm ... .” Asyifa melirik ke arah Adelia yang kini sudah duduk di lantai dengan banyak kertas berserakan di sekitarnya, wanita itu sendiri sedang berkutat dengan tabletnya. Belum lagi, laptop yang menyala di sampingnya. “Masih banyak kerjaan yang harus aku selesaikan,” katanya dengan suara  yang melemah.

“Yah ... padahal, aku ingin ngajakin kamu jalan-jalan.”

Asyifa terlihat semakin kecewa karena lagi-lagi harus menolak ajakan Rendi.

Kenapa Hoshi harus ngasih kerjaan di waktu bersamaan kaya gini, sih?

“Iya, maaf, ya, Kak. Nanti kalau aku aga senggang, aku hubungi kakak. Boleh?”

“Tentu saja, boleh. Aku malah senang,” ucap Rendi, membuat Asyifa terlihat senang.

“Baiklah kalau begitu.”

Panggilan itu berakhir, Asyifa menatap layar ponselnya dengan senyum yang terkembang lebar di wajahnya. Wanita berumur hampir 22 tahun itu kembali bersemangat, membayangkan bisa jalan-jalan dengan Rendi, di luar kegiatan komunitas mereka.

Asyifa meletakkan ponselnya dan kembali fokus pada laptop yang ada di pangkuannya. Ia melihat ada satu email yang masuk dan segera membacanya.

Begitu membaca email baru itu, ekspresi wajahnya terlihat kesal. Dia langsung memegang hidungnya. “Memang dia pikir aku wanita apa? Berselingkuh? Pacaran saja ga pernah!” sungutnya setelah membaca isi dari email yang diterimanya. “Seenaknya saja dia nuduh aku selingkuh. Padahal, dia yang punya banyak cewek. Eh?”

Asyifa tersadar dengan tingkahnya yang merasa kesal setelah membaca email dari Bastian. Dia terlihat seperti seorang kekasih yang sedang dicurigai.

[Sayang, selama aku jauh dari kamu jangan berselingkuh, ya. Kalau kamu selingkuh, hidungmu panjang.]

Yang membuatnya semakin kesal adalah email keduanya.

[Tuh, kan, kamu pegang hidung. Artinya kamu selingkuh!]

Bastian seolah tahu apa yang sedang dilakukan oleh Asyifa saat ini, membuat wanita itu semakin kesal.

“Dasar!” Dia buru-buru mematikan laptopnya dan tidak lagi melihat isi  email yang dikirim Bastian padanya. Dugaannya ternyata benar, jika yang mengirimkan seluruh konsep padanya adalah Bastian, si pengganggu narsis yang sok sibuk. “Mengganggu suasana saja.” Padahal, beberapa menit yang lalu Asyifa terlihat senang karena Rendi mengajaknya untuk jalan-jalan.

***

Rupanya, sampai satu berlalu Asyifa berada di Jakarta. Bastian sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Pria itu bahkan tidak lagi mengirimi pesan padanya. Terakhir kali, saat ia mengirimkan email yang menuduhnya berselingkuh.

Entah kenapa, Asyifa merasa sedikit kehilangan, seperti beberapa bulan yang lalu saat pria itu menghilang setelah pertunangan teman dari kakaknya. Dia ingin menanyakan keberadaan Bastian pada Hoshi tapi terlalu gengsi untuk melakukannya.

Hari ini, Asyifa harus datang ke perusahaan karena akan ada rapat untuk mempresentasikan hasil kerjanya selama empat minggu ini.

“Hari ini kita akan rapat bersama bos dan juga beberapa rekan perusahaan. Saya harap kalian bisa mempresentasikannya dengan baik,” ucap Hoshi setengah jam sebelum rapat dimulai.

“Bos? Maksudnya Pak Bastian?” tanya Adelia.

Hoshi mengangguk dengan cepat. “Betul, bos akan turut serta dalam rapat kali ini karena rapatnya dihadiri rekan perusahaan dan juga beberapa investor.”

“Wah, akhirnya aku bisa lihat jajaran para bos tampan,” ucap Adelia yang berhasil membuat Hoshi tertawa dengan kepolosan gadis itu. “Ya, ya, terserah kau saja,” katanya, “tolong persiapkan semuanya, ya.”

“Siap, Bos!”

Asyifa yang sejak tadi hanya diam tanpa sadar mengembangkan senyumnya. Semua pertanyaan yang ada di pikirannya seperti tersampaikan oleh Adelia semuanya.

“Huh ... akhirnya aku harus bertemu si playboy pengganggu lagi,” ucapnya tapi ekspresi wajahnya terlihat berbinar saat mengatakan itu.

Asyifa masuk ke dalam ruang rapat dan satu persatu anggota rapat pun mulai berdatangan hingga memenuhi seluruh kursi yang ada.

Bahkan Rendi juga turut hadir dalam rapat itu. Akan tetapi, Bastian yang katanya akan hadir tak kunjung terlihat batang hidungnya.

Hah ... mana? Katanya dia akan hadir?

Asyifa kembali teringat ucapan kakaknya yang menyebut nama Cintya saat pertama kali dirinya datang ke Jakarta.

Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan pacarnya.

Sampai rapat dimulai pun, Bastian benar-benar tidak muncul, membuat Asyifa yakin kalau pria itu tidak akan pernah datang. Ia menyimak salah seorang petinggi perusahaan yang sedang menjelaskan dengan proyektor yang menyorot ke arah depan, menunjukkan banyak data yang Asyifa tidak mengerti karena itu bukan bagiannya.

“Untuk alasan, kenapa pembangunan klinik dilakukan di dekat area pintu masuk. Semuanya akan dijelaskan oleh Pak Bastian,” katanya, membuat Asyifa yang sejak tadi menunduk dan mendengarkan apa yang sedang dijelaskan langsung mengangkat kepala.

Mendengar nama Bastian disebut, Asyifa segera menoleh ke arah pintu masuk tak ada seorang pun yang masuk. Dia juga mengelilingkan pandangannya ke seluruh ruangan untuk mencari keberadaan tapi nihil. Pria itu juga tak terlihat.

Namun, saat masih mencari, sebuah suara terdengar, suara yang tidak asing baginya. Suara yang satu bulan terakhir tak terdengar kabarnya.

“Baik. Kenapa saya membangun klinik di dekat pintu masuk. Alasannya sederhana, supaya orang-orang dari luar kompleks juga bisa berobat di sana. Selain itu, di dekat sana terdapat sebuah taman bermain dan juga day care. Mereka tidak memiliki klinik yang memadai untuk antisipasi jika terjadi sesuatu pada anak-anak saat bermain. Itu sebabnya, saya memfasilitasinya.

Untuk rumah singgah sendiri, kenapa saya membangunnya di sekitar klinik? Itu adalah impian saya sejak lama. Saya pernah kehilangan seorang anak yang mengidap sakit kanker dan saya tidak mau lagi hal itu terulang. Kebetulan, sekitar 5 kilo meter dari sana ada pusat layanan kanker. Saya ingin, setiap orang yang kurang mampu berasal dari luar kota memiliki tempat untuk menginap selama masa perawatan. Tempat itu juga bisa dijadikan pusat pendataan bagi pasien yang kurang mampu, perusahaan akan memberikan bantuan biaya pengobatan.”

Bastian ternyata menjelaskan semuanya secara daring, langsung dari Australia.

Namun, alih-alih mencerna semua penjelasan Bastian, yang menjadi perhatian Asyifa adalah perkataan pria itu yang mengatakan kehilangan seorang anak.

Anak?

Apakah dia sudah pernah memiliki anak?

Apakah dia pernah menikah?

Semua pertanyaan itu memenuhi pikiran Asyifa saat ini. Entah kenapa, hal itu malah membuatnya merasa kecewa dibandingkan saat tahu kalau Bastian memiliki seorang kekasih.

 

Terpopuler

Comments

🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘

🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘

🥰🥰🥰🥰🥰

2024-11-20

0

Safiq Rahman

Safiq Rahman

bukanya pak Rendi yg mukulin Abimanyu iya ,,,

2024-03-31

1

Heny Janitasari

Heny Janitasari

🙃

2024-02-17

1

lihat semua
Episodes
1 Sang Don Juan
2 Tidak Tahu Terima Kasih
3 Jadilah Pacarku
4 Pertemuan Kembali
5 Playboy Gila!
6 Merasa Dijebak
7 Menjadi Selingkuhan
8 Dia Berbeda
9 Penerjemah Seenaknya
10 Seribu Akal
11 Bersembunyi
12 Apa Kamu Cemburu?
13 Karma Instan
14 Munculnya Saingan
15 Merasa Terancam
16 Informasi Mengejutkan
17 Calon Istri
18 Merasa Nyaman
19 Tidak Bisa Membiarkan
20 Digrebek?
21 Nikahkan Saja!
22 Keputusan Menikah
23 Sebuah Pukulan
24 Hari Pernikahan
25 Pagi Pertama
26 Gara-gara Baju
27 Tempat Tinggal Baru
28 Mendapat Ancaman
29 Dia Istriku!
30 Seperti Sampul Buku
31 Memohon
32 Bastian Punya Anak?
33 Cerita yang Sesungguhnya
34 Mengetahui Kebenaran Cincin
35 Pernyataan Cinta?
36 Bertemu Saingan
37 Meminta Aset
38 Memilih Rumah
39 Kenapa Ada Telur di Keningku?
40 Sentuhan Pertama
41 Pelukan Menenangkan
42 Mendaftarkan Pernikahan
43 Pacar Bastian
44 Bersikap Ambigu
45 Cemburu
46 Menghapus Jejak
47 Sebuah Pesan
48 Berhadapan Kembali
49 Rencana Jahat
50 Amukan Bastian
51 Tidak Bisa Membenci
52 Pria Sukses
53 Hanya Wanita Rapuh
54 Menantuku!
55 Memberikan Ganjaran
56 Tamparan Balasan
57 Merindukanmu
58 Perasaan Gundah
59 Tidak Bisa Membiarkan
60 Tuduhan Menyakitkan
61 Aku Juga Berharga
62 Tawaran Menggiurkan
63 Mengetahui
64 Jangan Menanggungnya Sendiri
65 Untuk Pertama Kalinya
66 Kegilaan di Atas Sofa
67 Noda di Leher
68 Ayo Kita Bahagia
69 Tidak Asing
70 Membutuhkan Asupan Energi
71 Cinta Segi Berapa?
72 Posesif
73 Anak Manja!
74 Balas Dendam
75 Pulang Terlambat
76 Membuang Semuanya
77 Pertengkaran
78 Pukulan yang Pantas
79 Menyadari Kesalahan
80 Panik
81 Asyifa Pingsan
82 Diusir
83 Membawa Pergi
84 Bantuan Kakak Ipar
85 Tingkah Tidak Masuk Akal
86 Menyita
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Sang Don Juan
2
Tidak Tahu Terima Kasih
3
Jadilah Pacarku
4
Pertemuan Kembali
5
Playboy Gila!
6
Merasa Dijebak
7
Menjadi Selingkuhan
8
Dia Berbeda
9
Penerjemah Seenaknya
10
Seribu Akal
11
Bersembunyi
12
Apa Kamu Cemburu?
13
Karma Instan
14
Munculnya Saingan
15
Merasa Terancam
16
Informasi Mengejutkan
17
Calon Istri
18
Merasa Nyaman
19
Tidak Bisa Membiarkan
20
Digrebek?
21
Nikahkan Saja!
22
Keputusan Menikah
23
Sebuah Pukulan
24
Hari Pernikahan
25
Pagi Pertama
26
Gara-gara Baju
27
Tempat Tinggal Baru
28
Mendapat Ancaman
29
Dia Istriku!
30
Seperti Sampul Buku
31
Memohon
32
Bastian Punya Anak?
33
Cerita yang Sesungguhnya
34
Mengetahui Kebenaran Cincin
35
Pernyataan Cinta?
36
Bertemu Saingan
37
Meminta Aset
38
Memilih Rumah
39
Kenapa Ada Telur di Keningku?
40
Sentuhan Pertama
41
Pelukan Menenangkan
42
Mendaftarkan Pernikahan
43
Pacar Bastian
44
Bersikap Ambigu
45
Cemburu
46
Menghapus Jejak
47
Sebuah Pesan
48
Berhadapan Kembali
49
Rencana Jahat
50
Amukan Bastian
51
Tidak Bisa Membenci
52
Pria Sukses
53
Hanya Wanita Rapuh
54
Menantuku!
55
Memberikan Ganjaran
56
Tamparan Balasan
57
Merindukanmu
58
Perasaan Gundah
59
Tidak Bisa Membiarkan
60
Tuduhan Menyakitkan
61
Aku Juga Berharga
62
Tawaran Menggiurkan
63
Mengetahui
64
Jangan Menanggungnya Sendiri
65
Untuk Pertama Kalinya
66
Kegilaan di Atas Sofa
67
Noda di Leher
68
Ayo Kita Bahagia
69
Tidak Asing
70
Membutuhkan Asupan Energi
71
Cinta Segi Berapa?
72
Posesif
73
Anak Manja!
74
Balas Dendam
75
Pulang Terlambat
76
Membuang Semuanya
77
Pertengkaran
78
Pukulan yang Pantas
79
Menyadari Kesalahan
80
Panik
81
Asyifa Pingsan
82
Diusir
83
Membawa Pergi
84
Bantuan Kakak Ipar
85
Tingkah Tidak Masuk Akal
86
Menyita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!