Setelah berkendara hampir satu jam, Bastian menghentikan mobilnya di sebuah toko pakaian, membuat Asyifa merasa heran. “Kenapa kita ke sini? Kau mau belanja?”
Bastian tidak langsung menjawab, dia membuka pintu dan segera turun yang diikuti oleh Asyifa yang langsung membuka sabuk pengamannya dan ikut turun.
“Padahal aku sudah buru-buru turun untuk membuka pintu,” ucap Bastian, membantu menutup pintu. “Lain kali, kamu harus menunggu.”
“Kau berlebihan. Aku masih bisa membuka pintu sendiri.”
“Ck! Kau sungguh tidak romantis.”
Asyifa mengabaikan ucapan Bastian, ia memilih untuk memperhatikan toko yang ada di hadapannya. “Apa kau anak kecil sampai mengajak orang lain hanya untuk berbelanja.”
Bastian berdiri di samping Asyifa setelah memastikan mobilnya terkunci. “Aku tidak mengajak orang lain, aku mengajak kekasihku,” ucap Bastian enteng membuat Asyifa langsung menoleh padanya. “Kamu mau belanja? Baiklah, ayo, kita masuk.”
Tanpa peringatan, Bastian menarik tangan Asyifa untuk masuk ke dalam toko pakaian. Pria itu menghentikan langkahnya saat seorang pelayan menghampirinya. “Selamat datang—“
“Apakah Risma ada di sini?” tanya Bastian memotong ucapan pelayan toko itu.
“Bu Risma—“ Sebelum pelayan toko itu menjawab ucapan Bastian, seorang wanita datang menghampiri mereka dan memanggil, “Bas!”
Mendengar namanya dipanggil, Bastian segera menoleh padanya dan tersenyum saat mengetahui siapa. “Hai.”
Asyifa yang juga melihat wanita itu hanya bisa memperhatikan. Wanita itu memiliki postur tubuh yang tinggi seperti model, rambut panjang dan wajah yang cantik.
Dasar playboy! Berapa banyak pacarnya?
Namun, pertanyaan itu hanya bisa bergema di dalam pikirannya. Wanita itu langsung memeluk Bastian. “Aku pikir kau sudah melupakanku,” katanya setelah melepaskan pelukan dari tubuh Bastian.
“Haha ... bagaimana mungkin aku bisa melupakan dirimu. Kau tidak mudah melupakan wanita cantik.”
“Kau masih belum berubah rupanya.” Bastian menoleh pada Asyifa yang hanya diam. “Ris, kenalin dia Asyifa dan Syifa dia Risma.” Pria itu memperkenalkan tanpa memberi tahu status Asyifa pada wanita di hadapannya.
Dia ga berani kenalkan aku pacarnya. Cih!
Wanita yang diperkenalkan bernama Risma itu tersenyum dan mengulurkan tangannya ke hadapan Asyifa. “Risma.”
Asyifa menunduk melihat tangan yang terulur ke arahnya untuk beberapa saat lalu dia menerima untuk membalas jabatan tangannya. “Asyifa.”
“Apakah kami bisa melihat barangnya?” tanya Bastian pada Risma setelah wanita itu melepaskan jabatan tangannya dengan Asyifa.
“Wah, sesaat aku berpikir kau memang merindukanku.”
Risma menatap Bastian seperti sedang kesal.
“Ayolah, Ris.”
“Baiklah, baiklah. Ikut aku.” Risma berbalik dan berjalan menuju ke sebuah ruangan yang ada di sisi kanan. Itu adalah ruangannya.
Bastian menoleh pada Asyifa. “Ayo.”
Asyifa hanya bisa menurut dan mengikuti pria itu menuju ke ruangan yang dimasuki oleh Risma yang entah siapa. Bastian hanya memperkenalkan namanya saja.
“Itu dia.” Risma berdiri beberapa langkah dari pintu masuk dan menunjuk sebuah lukisan yang ada di belakang meja kerjanya. “Kenapa kau tiba-tiba menanyakan lukisan itu?”
Bastian menatap lukisan berukuran besar yang ada di hadapannya, dia tersenyum lebar lalu menoleh pada Asyifa. “Apakah kamu tahu—“
Bastian tidak dapat melanjutkan ucapannya saat melihat ekspresi wajah Asyifa yang tertegun, lalu ekspresinya berubah dengan cepat. Terlihat jelas matanya berbinar melihat karya lukis itu. “Bukankah itu karya—“
“Ya, itu adalah karya I Gusti Ngurah Gede Pamecutan.”
Asyifa menutup mulutnya karena tidak menyangka. “Bagaimana, bagaimana kau tahu kalau aku sangat menyukai karya beliau?”
“Kau menyukainya?” tanya Bastian berpura-pura tidak mengerti.
Asyifa mengangguk dengan pasti.
“Ya, aku sangat menyukainya. Karyanya memiliki ciri khas yang unik, beliau membuat melukis dengan menggunakan teknis sidik jari, sebuah teknik yang ia temukan tanpa sengaja.”
Bastian hanya bisa memperhatikan wajah Asyifa saat menjelaskan hal itu. Ekspresi wajahnya terus berubah-ubah. Terlihat bersemangat dan penuh kekaguman, dan juga ... gairah layaknya seorang seniman.
“Ini kali pertama aku melihatnya secara langsung.”
“Kalau begitu, lihatlah lebih dekat,” ucap Bastian pada Asyifa.
Asyifa semakin berbinar mendengar hal itu tapi tiba-tiba dia melirik ke arah Risma yang sejak tadi berdiri di tempatnya seperti meminta izin. “Tentu saja, kamu boleh melihatnya lebih dekat.”
Dengan senyuman yang terkembang lebar di wajahnya, Asyifa berjalan cepat mendekati lukisan itu yang berada di belakang meja kerja Risma, sedangkan Bastian hanya menatapnya dengan tersenyum dan tangan yang terlipat di dada.
“Apakah dia salah satu ‘mangsamu’? Bagaimana cara dia mendekatimu?” tanya Risma menyenggol tangan Bastian yang sejak tadi hanya melihat Asyifa yang sedang mengagumi lukisan di hadapannya.
Bastian menoleh pada gadis di sampingnya dengan pandangan tidak suka. “Apa maksudmu ‘mangsa’?”
“Ayolah, aku tahu bagaimana dirimu selama ini. Kau tidak bisa untuk tidak memiliki pacar.”
Bukannya tersenyum, Bastian justru semakin tidak suka mendengar hal itu. “Ya, kau benar, aku memang seperti itu,” ucap Bastian. “Tapi jangan sekali-kali kau menyamakan dia dengan wanita-wanita yang selama ini kupacari. Dia tidak pernah mengejarku hanya karena uangku bahkan mungkin dia tidak peduli dengan itu. Justru aku yang mengejarnya sampai saat ini,” ucap Bastian tegas, sorot matanya berubah tajam.
Bastian sengaja melewatkan informasi tentang dirinya yang menjebak Asyifa dengan hutang 30 juta.
Tidak ada senyum jenaka yang biasa ia tampilkan bahkan Risma yang sudah mengenal Bastian cukup lama saja sedikit terkejut dengan hal itu.
“Sorry, a-aku beneran ga tahu.”
Bastian menghela napas pelan, dia sedikit terpancing emosi saat temannya ini menyamakan Asyifa dengan wanita yang mengejarnya selama ini.
“Tidak apa-apa tapi tolong jangan mengatakan sesuatu yang buruk tentangnya.”
Bukan Bastian sudah mengenal Asyifa lebih dekat tapi dia hanya tidak ingin nama wanita itu menjadi buruk hanya karena dirinya.
“Baiklah, baiklah,” ucap Risma lalu dia tersenyum. “Sepertinya, kau memang serius dengannya.”
“Entahlah,” Bastian mengangkat bahunya acuh. “Masalahnya dia adik Abimanyu, sahabatku.”
“Apa?” Risma terlihat terkejut. Dia mengetahui nama itu sebagai salah satu sahabat Bastian meski ia tidak pernah bertemu dengannya. “Wah, pantas saja kau semarah itu dengan ucapanku.” Tidak heran menurutnya, Abimanyu yang diketahui Risma sendiri adalah seorang dosen. Sudah bisa dipastikan wanita di hadapannya ini berasal dari keluarga seperti apa.
Risma memang wanita yang pernah menjadi bagian dari kekasih Bastian. Beruntungnya, dia memiliki kewarasan untuk cepat sadar.
Semenarik apa pun Bastian, Risma lebih sayang dirinya sendiri. Tahu betul kalau pria di sampingnya hanya main-main.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
siap siapp tar bas kamu pasti dapat bogem mnth dri dua kakak. 🤭🤭🤭
2024-03-16
0
Amidah Anhar
mau bom Up-nya min, malah aku tunggu setiap jam
2024-02-12
4