Malam yang indah.
Sania !!
Teriakan Roy begitu keras memanggil putrinya dari luar rumah. Tara dan Sania yang asyik bercanda berdua didalam kamar, spontan terkejut mendengarnya.
Tara dan Sania sesaat saling berpandangan. Tara membiarkan Sania bergegas lari keluar kamar, di ikuti oleh langkahnya yang mengejar kaki kecil Sania dengan cepat.
"Jangan lari, ntar si cantik mama jatuh lho.. !" Ucap Tara pada Sania yang dibalas dengan mimik wajah lucunya sambil menunjuk keluar.
"Papa, pulang !" Katanya terbata-bata.
Tara mengangguk mengiyakan.
"Iya, biar mama yang bukain pintu. Oke !" Ujar Tara.
Senyuman Sania lalu mengembang seraya mengangguk kan kepalanya.
Tara pun melangkah membukakan pintu.
Wajah Roy terlihat jelas dari bawah cahaya lampu remang-remang yang menyala diteras rumah.
"Aku pulang !" Kata Roy pada Tara sambil tersenyum manis.
Air muka Tara langsung berubah. Alis matanya bertaut, heran. Sikapnya berbeda sekali hari ini.
Roy mengabaikan istrinya yang terpaku di depan pintu. Dia langsung menyelonong masuk ke dalam rumah, ketika bayangan Sania terlihat mendekatinya.
"Ini dia, putri papa yang cantik jelita !" Kata Roy seraya menyambar tubuh Sania cepat dan menggendongnya.
Roy memeluk dan mencium Sania berulang kali. Seperti seorang Ayah yang baru saja pulang merantau setelah sekian lama.
Tara memandang fenomena di hadapannya dengan hati penuh tanda tanya. Seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Mimpi apa ia semalam ? Apa mungkin hati Roy sudah terbuka untuk Sania ? Ada kebahagiaan yang ia rasakan. Saat melihat mereka berdua terlihat senang dan bahagia, seperti layaknya ayah dan anak.
Tara pun duduk di ruang tamu, membiarkan mereka berdua menikmati waktu kebersamaan yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Sayangnya, waktu berjalan begitu cepat. Malam kian larut, Sania sudah tertidur lelap dalam dekapan Roy dengan senyuman menghias bibirnya. Sania terlihat bahagia. Perlahan, Roy menaruh Sania ke atas ranjang dan mencium keningnya dengan penuh kerinduan.
"Maafkan Papa, Sania !" Gumamnya lirih.
Roy menyelimuti Sania dengan hati-hati sebelum meninggalkan kamar. Setelah Roy keluar dari pintu kamar, Tara pun bergegas hendak ke kamar. Tapi keburu dicegat Roy. Tangannya mencekal lengan istrinya erat.
"Bolehkah kita bicara sebentar ?" Pinta Roy dengan pelan.
Deg !!
Seketika dada Tara bergetar. Roy tak biasanya seperti ini. Wajahnya terlihat sedih dan murung. Tara menepis kan tangan Roy dari lengannya, kemudian berbalik dan kembali duduk diruang tamu.
Roy ikut duduk di hadapan Tara. Kepalanya menunduk, seolah sedang berpikir keras.
Tara memandang Roy dengan tajam. Sosok Roy yang arogan dan sombong tak ia lihat saat ini. Roy yang di hadapannya seperti orang linglung dan kebingungan.
"Kok diam, katanya mau bicara ?" Tanya Tara tak sabaran.
Sikap Roy terlihat beda sedari tadi, membuatnya agak curiga. Entah apa yang ada dalam pikiran Roy saat ini.
"Jika tak ada yang penting, lebih baik aku tidur !" Ucap Tara ketus seraya berdiri dari duduknya.
"Duduk lah Tara, ku mohon !" Pinta Roy.
Tara terdiam dan kembali duduk ditempatnya semula.
Roy menarik nafas pelan.
"Besok, aku ingin mengajak kau dan Sania ke rumah Papa." Dahi Tara berkerut.
"Apa Aku tak salah dengar ?" Tara merasa bingung dan heran.
"Aku ingin memperkenalkan mu pada mertuamu yang sebenarnya. Agar kau diterima layaknya seorang menantu. Aku sadar, selama ini Aku sudah bersalah padamu. Aku ingin menebus kesalahanku. Kamu dan Sania berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari hidup kita saat ini. Meski Aku bukan suami yang baik untukmu, tolong beri aku kesempatan menjadi ayah yang baik untuk Sania. Ikutlah denganku besok, ku mohon... !" Lagi-lagi Roy memohon.
Tara terdiam kaku.
Ucapan Roy kali ini sungguh tak disangka. Bagai mimpi yang terlihat nyata. Namun sayangnya, mimpi tak seindah harapan. Tara sadar, ada maksud di balik permintaan Roy.
"Untuk apa Aku bertemu dengannya ? Toh kita takkan bisa bersama seperti dulu !" Ucap Tara getir.
Roy menatap wajah istrinya sendu.
"Tolong lah Tara, ini demi Sania. Ku mohon, apa kamu tak ingin Sania bisa berkumpul dengan keluarganya yang lain ?" Bujuk Roy dengan wajah memelas.
Airmata Tara perlahan menitik. Memikirkan Sania, membuat rasa keibuan nya tergugah. Tara sadar, andai suatu hari ia berumur pendek, Sania pasti kesepian. Hidup terlunta-lunta tanpa kenal dengan saudara.
"Baik lah, besok malam sepulang kerja. Kita pergi ke rumah Papa mu !" Jawab Tara sambil menyusut airmata yang mengalir di pipi nya dengan perlahan.
"Makasih Tara. Aku janji, mulai detik ini akan memberikan yang terbaik untukmu dan Sania !" Janji Roy dengan sungguh-sungguh.
Tara mengangkat bahu, meragukan janji Roy padanya. Roy tersenyum tipis, ada rasa lega bercampur kecewa dengan sikap Tara yang acuh tak acuh langsung pergi meninggalkannya yang terlihat gundah gulana.
Keesokan harinya.
Tara dan Sania berdiri termangu di depan sebuah pagar rumah mewah milik Dokter Adrian Kusuma. Rumah itu terlihat besar dengan bangunan pagar tinggi di sekelilingnya.
Malam itu, Tara terlihat berbeda dengan gaun berwarna abu-abu serta make up sederhana menghias wajah cantiknya.
Sedari tadi Tara merasa di perhatikan oleh Roy yang mencuri-curi pandang ke arahnya sambil senyum-senyum sendiri.
Roy tak bisa memungkiri, bahwa Kecantikan Tara jauh di atas Diana. Andai saja, Diana tidak terlebih dahulu mengandung benih darinya. Mungkin Roy bisa jatuh cinta pada Tara.
Teet !!
Roy memencet bel agak lama, sehingga berdering nyaring memekakkan telinga.
Pagar pun berderit, dibuka seseorang dari dalam.
"Mas Roy, udah ditunggu Bapak dari tadi !" Seorang perempuan tua tergopoh-gopoh menyambut kedatangan mereka.
"Mbok Sri kelamaan buka pagar nya. Aku udah nunggu lama !" Gerutu Roy memarahi pembantunya yang di panggil mbok Sri.
"Maafin mbok, mas Roy !" Mbok Sri menundukkan kepalanya.
Tara menatap Mbok Sri kasihan.
Dasar Roy, si angkuh ! umpat Tara dalam hati.
Sejenak Mbok Sri melirik ke arah Sania yang berada dalam gendongan Roy.
"Itu, si non biar Mbok yang gendong Mas Roy !" Mbok Sri menawarkan diri.
Roy terlihat senang mendengarnya. Baru saja Roy hendak menyodorkan Sania ke tangan Mbok Sri.
"Gak usah Mbok, biar Papa nya saja yang gendong. Kasian si Mbok, ntar capek gendongnya !" Tara buru-buru mencegah Mbok Sri.
Roy langsung melotot ke arah istrinya, sebal.
Tara membalas mendelikkan matanya pada Roy hingga ia tak berdaya, dia pun terpaksa menggendong Sania.
Rupanya benar, kehadiran Tara dan Sania sudah ditunggu oleh Dokter Adrian Kusuma di depan teras rumahnya. Dokter Adrian terlihat tak sendiri . Ada seorang pria sedikit lebih muda dari dokter Adrian.
Pria itu adalah pria yang dulu diperkenalkan Roy pada Tara sebagai papa nya Roy.
Tara yakin, dialah Tomo adik dari dokter Adrian.
"Akhirnya, Kita berkumpul disini bersama dalam acara keluarga !" Sambut Dokter Adrian dengan senyuman terlihat bahagia.
"Ayo, masuk lah menantuku !" Ajak Dokter Adrian sambil melangkah ke dalam rumah, yang bak istana bagi Tara yang terbiasa hidup di rumah kecil dan sederhana.
Om Tomo pun mengikuti langkah kaki dokter Adrian, masuk ke dalam rumah diiringi langkah kaki mereka berdua.
Tara berdecak kagum, ia tak menyangka suaminya adalah anak seorang milyader. Tapi mengapa selama ini Roy dibiarkan hidup miskin dan sengsara oleh Papanya ?
Apakah Dokter Adrian tidak menyayangi putranya ? Ataukah Roy sedang menjalani hukuman dari papanya ?
.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
TAG
Mau sedih tapi kesel juga sama ri Roy . ah nggak jadi deh/Facepalm/
2024-11-21
1
💫0m@~ga0eL🔱
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
2024-11-21
0
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan plus bunga 👍🌹
2024-08-19
1