Halte Bus masih terlihat sepi.
Tara berangkat kerja sedikit pagi dari biasanya. Tak enak sama Pak Iwan pemilik resto, kalau terus-terusan terlambat masuk kerja.
Belum lima menit menunggu bus. Sebuah mobil sedan silver berhenti tiba-tiba tak jauh dari tempat ia berdiri.
Tara pikir, ada penumpang yang ingin naik ataupun turun dari mobil itu. Tapi sekian lama memperhatikan, tak satu pun orang yang ia lihat mendekati ataupun turun dari mobil tersebut.
Agak mencurigakan, karna sopirnya tak terlihat oleh kaca hitam yang menutupi kaca mobil. Lama mobil itu berhenti, tanpa bergerak sedikitpun. Hingga bus yang biasa Tara tumpangi berhenti di halte biasa tempat ia menunggu.
Tanpa memperdulikan si pemilik mobil silver, Tara pun segera naik ke atas bus menuju resto tempat ia bekerja.
.
.
"Tara... Tumben datangnya pagi?" Sambut Vonny, rekan sekerja nya dengan senyum sumringah.
Tara hanya tersenyum manis membalas sambutan Vonny yang penuh senyuman. Tanpa bicara apa pun, ia segera berlalu menuju dapur.
"Tara, tolong antar pesanan ke meja pojokan kanan ya," ucap Vonny sambil menyodorkan baki yang sedang ia bawa ke tangan Tara.
Tara mengangguk cepat dan mengambil alih baki yang di bawa Vonny.
Langkah nya nyaris terhenti, saat melihat pelanggan yang duduk di meja pojok itu.
Dia lagi, pria misterius kemarin sore.
Pria itu terlihat makin tampan dengan kemeja kotak-kotak hitam bergaris putih. Ia terlihat mempesona dengan senyuman tipis yang menghias bibirnya.
Tanpa bicara sedikit pun, Tara langsung menaruh makanan pesanannya di atas meja.
"Seperti nya, suasana hatimu sedang bagus hari ini, biasanya jam segini kamu belum datang."
Lagi-lagi pria itu bicara seolah-olah ia tau segalanya tentang Tara.
Tara menatap wajah si pria tajam.
Pria itu balas menatap hingga sesaat mata mereka saling bertemu.
Tiba-tiba dada Tara bergetar hebat, senyumannya membuat Tara salah tingkah.
"Saya pikir, anda mungkin paranormal." Sindir Tara halus.
Pria itu tertawa lirih memperlihatkan giginya yang putih bersih.
"Aku bukan paranormal." Jawab pria itu santai.
Ia pun memegang sendok dan garpu yang tertata rapi di dalam piringnya.
"Aku cuma pemujamu." lanjutnya lagi, sambil mulai menyuapi mulutnya dengan makanan yang Tara hidangkan.
Tara memandang nya heran. Sepertinya pria itu tidak datang sendiri, karna ada dua porsi nasi dan dua mangkuk sup yang ia pesan. Ataukah dia sangat kelaparan? Hingga porsinya dobel dari manusia biasa.
"Setidaknya, anda janganlah menjadi lelaki murahan yang suka menggoda istri orang." Ucap Tara sedikit jengkel.
Nada bicara Tara terdengar agak keras dan tegas.
Namun pria itu seolah tak peduli dengan ucapan Tara. Ia terus menikmati makanannya dengan lahap.
"Jika anda datang hanya sebagai pelanggan, saya akan melayani dengan sepenuh hati. Jika tidak...?"
"Jika tidak..., lebih baik kamu duduk menemani aku makan. Karna dengan adanya kamu, selera makan ku jadi tambah enak." sahut nya cepat.
Pria itu memotong kalimat perkataan Tara tanpa memandang wajah Tara sama sekali.
Tara terpaku, nyaris tak bisa bersuara. Lidahnya terasa kelu, dan tenggorokannya terasa kering.
Pria itu bicara seenaknya saja. Ia seakan tak peduli bagaimana ekspresi Tara menanggapi setiap perkataannya yang penuh rayuan.
Andai Tara belum bersuami, mungkin saja ia akan cepat jatuh dalam pelukannya. Sikap pria itu tak ubah nya seperti playboy kelas kakap.
"Duduklah, temani aku makan. Bos mu tak akan marah. Aku yang tanggung jawab jika ia memecat mu. Lagi pula, aku tahu, kamu belum makan sedari pagi. Makanan ini, semuanya ku pesan bukan hanya untukku. Tapi untuk kita berdua." ucapnya lagi memaksa Tara untuk duduk.
Tara termangu di tempatnya berdiri. Otaknya di penuhi tanda tanya. Ada apa dengan orang ini ? Rasa ragu, bimbang, was was, curiga bercampur aduk menjadi satu memenuhi dada Tara.
"Duduk lah Tara!" ucap nya lagi memaksa.
Satu kalimat perintah dari bibirnya, membuat Tara tak bisa untuk menolak. Perlahan Tara duduk di hadapannya.
Pria itu segera menyodorkan sepiring nasi, dan semangkuk sup yang terhidang kan di atas meja kepada Tara.
"Ini sup daging, makanan kesukaanmu kan?" ujarnya lagi, sambil menaruh sendok dan garpu ke piring Tara.
Dia bersikap seperti melayani Tara. Bukankah dia adalah pelanggan? Dan Tara pelayan nya. Tara jadi bingung.
"Lho... kok bengong? Ayo makan! Apa perlu di suapi?" Gurau pria itu.
Wajah Tara seketika berubah merah padam. Jujur, ia ingin pergi secepatnya meninggalkan pria itu sendiri. Tapi sikapnya yang terlalu baik membuat hati Tara penasaran dan penuh tanda tanya.
Siapa dia? Bagaimana dia bisa mengenal setiap detil tentang Tara? Dengan terpaksa, Tara menelan sedikit demi sedikit nasi dan sup yang pria itu berikan.
Wajah pria itu terlihat senang menatap Tara yang duduk tepat berada di hadapannya. Selesai makan, ia terus menatap Tara tanpa henti, membuat Tara jadi risih.
"Kalau saya boleh tau, sebenarnya anda siapa? Bagaimana anda bisa mengenal saya?" tanya Tara penasaran.
Nada bicara Tara mulai melunak.
Pria itu mengerling sejenak dan tersenyum simpul.
"Nanti, kamu pasti akan tau siapa aku." jawab pria itu penuh teka teki.
"Yang pasti, aku bukan pria jahat yang berniat untuk menyakitimu. Aku juga bukan lelaki murahan penggoda istri orang. Justru, kamu lah yang selalu menggodaku dari sejak dulu. Sampai-sampai, Aku tak bisa melupakan mu hingga detik ini. Hehehe..." ucap pria itu sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Tara menarik bibirnya kesal.
"Apa anda pikir, itu lucu?" ujar Tara ketus.
Bukannya ikut kesal melihat reaksi Tara, pria itu justru makin tertawa lebar.
"Semakin kamu ketus, kamu malah semakin cantik Tara..." kata nya menggoda Tara.
Seketika raut wajah Tara berubah.
Pria itu membuatnya mati kutu.
"Tara...!"
Suara Pak Iwan pemilik resto terdengar memanggil namanya dari arah belakang Tara duduk.
"Dari tadi saya mencari mu. Saya pikir kamu telat lagi. Kata Vonny hari ini kamu datang lebih cepat dari biasa." ujar Pak Iwan terdengar senang.
Tara berbalik memberi hormat pada Pak Iwan.
"Hai Om... !" tegur pria itu menyapa Pak Iwan dengan panggilan sok akrab.
"Hai, Arya pratama!" sahut Pak Iwan kaget.
Pak Iwan tertawa lebar sambil menjabat tangan pria yang di panggil Arya pratama.
"Kapan kamu pulang dari Medan?" tanya Pak Iwan tersenyum lebar.
Tara yang sejak kemarin penasaran dengan identitas pria itu, mencoba mengingat-ingat nama yang belum pernah ia dengar seumur hidupnya. Sekeras apapun ia berpikir, Tara sangat yakin, ia tak mengenal pria itu.
Tara tetap berdiri di dekat mereka mencoba menyimak percakapan mereka berdua.
Pria itu meliriknya sekilas dan mengedipkan matanya pada Tara.
"Dasar genit!" maki Tara dalam hati.
"Baru dua hari om. Kangen, hampir setahun gak nyobain masakan resto om. Aku udah dua kali kesini dari kemarin, tapi gak ketemu om." jawab Arya Pratama si pria misterius yang baru diketahui namanya oleh Tara.
"Tara...! Kamu kok masih bengong disini? Sana kerja!" Perintah pak Iwan padanya.
Tara mengangguk pelan.
Sedikit kecewa, karna tak bisa menguping pembicaraan mereka sampai tuntas. Namun setidaknya, rasa penasaran Tara sudah berkurang.
Baginya, Arya Pratama itu seperti nya tak lebih dari kebanyakan pria playboy yang suka menggoda perempuan di waktu senggang.
Nyaris saja Tara terjebak oleh pesona Arya Pratama yang membuat perempuan manapun bisa klepek-klepek dengan sikap nya.
"Tara...!"
Ia tersentak kaget saat Vonny menepuk punggungnya dari belakang.
"Cowok ganteng yang mesan makanan di meja pojok itu, suamimu ya...? Pas aku datang melayani, dia malah minta kamu untuk melayani dia." tutur Vonny dengan polosnya.
Mata Tara langsung melotot, mendengar ucapan rekan kerja nya. Vonny pasti salah paham tentang siapa pria itu.
"Kamu beruntung banget ya Tara. Punya suami ganteng, baik, juga sayang sama kamu. Gak kayak suami aku." keluh Vonny dengan wajah berubah cemberut sedih.
Tara ingin membuka mulut nya menjelaskan pada Vonny siapa pria itu. Sayangnya, Vonny sudah keburu pergi, meninggalkannya dengan wajah yang bikin Tara tak enak hati.
Ah, ingin rasanya Tara meluruskan semuanya. Tara tak ingin ada kesalahan pahaman.
"Untuk apa aku memusingkan masalah pria itu? Masa bodo lah. Dia bukan siapa-siapa kok." Desah Tara pelan.
Tanpa sengaja matanya melirik kembali kearah arah meja pojok tempat Arya dan Pak Iwan berbincang. Mereka berdua terlihat sangat asyik berbicara.
Sesekali Arya terlihat melayangkan mata menatap kearahnya.
Tara yang kepergok menatap ke arah pria itu, buru-buru pergi menjauh dari pandangan Arya.
Kehadiran Arya hari ini cukup menyita rutinitas kerja Tara. Ia pun mencoba untuk menyibukkan diri tanpa mempedulikan Arya yang betah duduk berlama-lama di resto milik Pak Iwan.
"Mungkin dia pengangguran, gak ada kerjaan." pikir Tara dalam hati.
Tara mengabaikan Arya yang menjelang siang hari sudah tak terlihat lagi entah pergi kemana.
Sore menjelang magrib.
Pekerjaan Tara hari ini sudah selesai. Ia bergegas keluar dari resto menuju halte bus, tempat ia menanti bus pulang.
Lagi-lagi ia melihat mobil sedan silver yang mirip dengan mobil sedan di halte bus pagi tadi. Mobil sedan itu tampak keluar dari parkiran resto dan berjalan pelan melintasi halte tempat Tara menanti bus.
Tara tak mempedulikan mobil itu sama sekali. Ia tetap cuek menunggu bus yang mengantar nya pulang ke rumah.
Tara sudah tak sabar ingin cepat-cepat pulang. Hatinya sudah sangat rindu pada Sania, anak perempuan nya yang imut dan lucu.
Tak lama menunggu, bus pun datang dan membawa Tara yang ingin pulang kerumahnya.
.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅Rivana84
kira2 siapa ya nih laki2🙄baik gak ya org nya 🤭😅
2024-12-25
1
DeanPanca
au pemuja rahasia awalnya, sekarang udah ngaku gak rahasia lagi. alamat dikejar ugal-ugalan.
2025-01-26
0
🍒⃞⃟🦅Rivana84
kenalan lama kah...
2024-12-26
1