Disalah satu meja resto.
Ada seorang perempuan berkacamata hitam dengan rambut sebahu terlihat duduk disalah satu sudut ruangan resto.
Gayanya yang sedikit urakan dengan out fit gak jelas. Terlihat sedikit norak dengan make up yang rada tebal.
Sedari tadi, dari balik kaca mata hitamnya. Matanya tak lepas memandang ke arah Tara, Karla dan Arya yang asyik duduk mengobrol di salah satu meja resto dengan sorot mata penuh kebencian.
Sikapnya terlihat gelisah dan seolah tak sabaran. Juice yang ia pesan sejak setengah jam yang lalu, hampir habis dia minum. Namun mereka bertiga belum juga bubar.
Dia sedang menunggu kesempatan untuk bisa berbicara dengan Tara. Ada sesuatu yang ingin di sampai kan nya pada Tara.
"Seperti nya ini bukan waktu yang tepat." pikir perempuan itu.
Tanpa mau menunggu lebih lama, dia pun bangkit dan beranjak pergi meninggalkan tempat duduk nya. Sambil merungut kesal, Ia membayar minumannya di meja kasir dan langsung keluar diiringi pandangan aneh oleh kasir resto yang merasa heran melihat sikapnya.
Beberapa pasang mata pelanggan pun terlihat memandang kepergian perempuan dengan dandanan norak itu dengan senyuman seolah mentertawakan out fit nya yang berantakan.Tapi perempuan itu tak peduli, ia tetap berjalan pergi dengan acuh tak acuh meninggalkan resto.
Pukul enam sore.
Tara sedang berdiri didepan resto, menunggu Arya yang pergi membeli sesuatu ke sebuah toko yang lokasinya tak jauh dari resto.
Sesekali matanya memandang ke arah jalan. Berharap Arya cepat datang, karna hari sudah hampir magrib. Arya sudah berjanji akan mengantarnya pulang. Sedangkan Karla sudah dari tadi pulang, karna ada urusan dengan relasinya.
Sejenak Tara merapikan ikatan rambutnya yang ia rasa agak kusut berantakan serta kemeja yang sedang di kenakan nya di tepuk-tepuk sebentar dengan pelan.
"Hei, Tara!" Tiba-tiba ada suara perempuan yang membentaknya dari belakang.
Tara segera menoleh kebelakang, terperanjat dan langsung mengelak.
Set...!
Sebuah tas melayang nyaris mengenai tubuhnya. Tara mengelus dada, karna hampir saja di pukuli dengan tas.
Matanya membelalak tak percaya melihat sosok perempuan norak, yang tengah berdiri angkuh berjarak semeter di hadapan Tara dengan menjinjing sebuah tas ditangannya. Matanya menatap Tara nyalang sambil melemparkan senyuman sinis penuh kebencian.
"Diana?" desis Tara tak percaya.
Perempuan norak yang tak lain adalah Diana, selingkuhannya Roy hanya menyunggingkan senyum sinis ke arahnya.
Tara yang selama ini memendam rasa amarah, membalas senyumannya dengan seringai.
"Hehehe... senang bertemu dengan mu tanpa perlu ku cari!" ucap Tara pada Diana yang terlihat mencibir.
"Oh ya, justru aku lebih senang dari mu. Karna bisa bicara dan bertatap muka tanpa ada yang bisa melindungi mu!" sahut Diana seraya menghampiri Tara pelan dengan mata yang terlihat menakutkan seolah ingin menelannya bulat-bulat.
Tapi Tara tidak gentar sedikitpun. Dia sadar, dunia hitam yang di jalani Diana sangat berbeda dengannya. Tapi dia bukanlah wanita penakut yang mudah di taklukan dengan sebuah ancaman.
Diana saat ini bisa saja membahayakan bagi Tara.
Dia hanya perlu waspada dan menjaga jarak dari perempuan itu.
"Apa yang kau inginkan dariku heh?" Wajah Tara berubah tegang saat Diana makin mendekat ke arahnya.
Di jarak dekat, Diana menghentikan langkahnya lalu menatap Tara tajam.
"Tinggalkan Roy! Ceraikan dia." Nada suara Diana terdengar keras penuh tekanan dalam setiap katanya.
Spontan Tara tergelak mendengar kata-kata yang di ucapkan bibir menor nya yang penuh lipstik merah muda.
Norak! Ledek Tara dalam hati.
"Aku baru sadar, selera Roy ternyata rendah seperti ini!" ucap Tara dengan nada mencemooh penampilan Diana.
Api amarah Diana tersulut, mendengar kalimat ejekan dari bibir Tara.
"Kau...!" Mata Diana membesar melotot ke arahnya.
Tara bersikap acuh tak acuh melihat kemarahan Diana yang mulai memuncak.
"Lepaskan Roy! Kembalikan dia padaku. Roy adalah milikku!" teriak Diana keras.
Diana sudah tak tahan lagi. Dia menjerit seperti orang gila. Dia menangis keras, membuat para pejalan kaki dan beberapa orang sekitar resto melihat ke arah mereka berdua.
Tara terpaku ditempatnya berdiri.
Drama sinetron apa ini? Kenapa Diana bicara seperti itu? Mengapa keadaan seolah terbalik. Seakan aku adalah pelakor yang merebut suami nya. Tara merasa janggal dan kesal dengan kelakuan Diana.
"Apa kau sudah gila? dasar pelakor gila!" bentak Tara memaki Diana.
Rupanya setan sudah merasuki tubuh Diana, dia memburu Tara dan berusaha menarik rambutnya. Sayang nya, Tara sudah siap sedia menghindar dari serangan Diana yang mendadak dan membabi buta. Sehingga tubuh Diana terdorong ke depan dan tersungkur tanpa dapat menyentuh Tara sama sekali.
Diana terjatuh, mempermalukan dirinya sendiri. Dia menatap Tara geram, dengan nafas yang terengah-engah menahan emosi. Ia pun segera bangkit mencoba untuk menyerang Tara lagi. Namun sekelebat bayangan hadir, menghalangi pandangan matanya dari tubuh Tara.
Diana terhenti seketika, wajah nya merah padam bagaikan banteng yang siap untuk mengamuk menerjang matador. Matanya terlihat merah menyala memandang sosok yang menghalangi tubuh Tara dengan murka.
Tara menatap lelaki yang berdiri melindunginya dari belakang. Lalu menarik nafas lega.
"Untung Arya cepat datang, jika tidak habislah aku diterkam singa yang sedang lapar itu." Tara bersyukur dalam hati.
"Minggir kau!" bentak Diana keras mencoba menarik tubuh Arya menjauh dari tubuh Tara.
Tapi Arya telah lebih dulu mendorong kepala Diana kuat, hingga Diana tersurut mundur ke belakang.
"Jangan sampai Aku berbuat lebih kasar padamu. Aku tak suka bertengkar dengan perempuan. Aku rasa, Roy juga tak suka kau menemui Tara dengan cara seperti ini! Meski Roy mencintaimu, tapi Tara tetap istri sah nya. Roy tak kan mau di permalukan di depan umum karna ulah mu yang ceroboh." kata Arya pada Diana.
Diana terdiam. Airmata nya mulai mengucur dengan deras. Seakan hatinya teramat hancur.
Ada sedikit rasa iba terselip di hati Tara, melihat keadaannya yang terlihat kacau dan semrawut.
"Pergilah! jangan ganggu Tara. Hidup nya sudah hancur karna kelakuan kau dan Roy!" Arya mengusir Diana.
Diana tak bergeming, ia malah menangis sesenggukan.
"Lalu bagaimana dengan ku? Hidup ku jauh lebih hancur, semenjak Roy menikah dengannya!" Jari Diana menunjuk ke arah Tara seakan menudingnya sebagai penjahat dalam hidupnya.
"Setelah Marvel lahir, aku tak boleh melihatnya walau sebentar. Aku di larang menemui nya. Sampai saat ini, Marvel tak pernah tau. Kalau aku adalah mamanya. Semua karna dia!" Mata Diana kembali tajam menghujam jantung Tara.
Tara terkejut setengah mati, darahnya seolah berhenti mengalir. Saat mendengar pengakuan Diana yang mengejutkannya.
Bukan ia saja, Arya juga terlihat terkejut mendengar perkataan Diana.
Awalnya Tara ingin mendekati Diana, penasaran dengan kalimat yang di ucapkannya barusan. Tapi tangan Arya keburu cepat memegang pinggang Tara seolah menyuruhnya agar tetap bersembunyi di balik tubuh Arya.
"Maksudmu, Marvel adalah anak kandung mu? Itu tidak mungkin. Dokter Adrian mengadopsinya dari seorang...,!" Kalimat Arya terhenti seketika.
Kecurigaan tiba-tiba menyelimuti hatinya. Apalagi saat melihat reaksi Diana yang tertawa getir mendengar kalimat Arya yang menggantung.
"Ya, Aku perempuan yang kau maksud. Hari itu, aku sengaja melahirkan anak ku di klinik nya dan ku katakan bahwa anak itu adalah cucunya. Hasil perbuatan anak nya Roylando Kusuma Putra. Dan dia tak bisa memungkiri, bahwa Marvel adalah cucunya setelah melakukan uji tes DNA!" ucap Diana tertawa senang di balik kesedihan nya.
Seketika Tara merasa lututnya lemas dan menggigil. Tubuh mungilnya nyaris melorot jatuh tak berdaya. Untung saja ada punggung Arya tempat ia bergantung.
Ia menggenggam erat baju kemeja yang di pakai Arya dan menyandarkan kepalanya di punggung Arya. Tara coba bertahan agar tetap bisa berdiri dengan kuat.
Arya merasakan punggungnya ada yang membebani.
"Sabar lah Tara, kamu harus kuat!" bisik nya pelan.
Tara mengangguk. Tanpa sadar airmata nya menetes merambat membasahi baju kemeja Arya. Arya menarik nafas berat. Arya tau, kalau wanita itu sedang menangis di belakang punggungnya.
"Lalu, bagaimana dengan Roy. Apa dia tau, bahwa Marvel adalah darah dagingnya?" tanya Arya penuh selidik pada Diana.
Diana tersenyum sinis.
"Tentu saja Roy tau, kalau Marvel adalah darah dagingnya. Roy ingin sekali menikahi ku. Tapi kakek tua bren***k itu melarang Roy untuk berhubungan lagi dengan ku. Ia menghinaku, dan merampas Marvel dariku. Dan mengancam Roy, akan menghapus semua hak waris Roy. Jika Roy nekat menikahi ku. Lalu kakek tua itu, menyuruh Tomo adiknya menikahkan Roy dan Tara. Karna kakek tua itu malu, punya menantu seperti aku.
Hahaha... Kau pikir cuma Tara yang bernasib malang? Aku juga korban dari semua ini!" Mata Diana berkilat-kilat penuh api cemburu, kemarahan dan kebencian yang mendalam.
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu berbisik-bisik. Beraneka ragam kicauan terdengar menyakitkan kan telinga. Ada yang membela Tara, ada pula yang mengejek Diana.
Dada Arya bergemuruh. Amarah membakar hatinya. Mata nya menatap tajam ke sekeliling.
"Bubar, bubar! Bubar kalian semua. Tak usah ikut campur. Ini bukan urusan kalian!" teriak Arya dengan lantang pada semua orang, dengan mata menyala merah.
Spontan mereka semua terkejut dan berpencar menjauhi mereka bertiga dengan berbagai macam reaksi yang terlihat tak menyenangkan.
Arya menghembuskan nafas berat dan menatap Diana dengan wajah muram.
"Pergilah, aku akan membantu mu menyelesaikan semua permasalahan ini. Tapi ingat, jangan pernah kau ganggu Tara lagi!" Nada suara Arya terdengar sedikit melunak bicara pada Diana.
Perempuan itu tersenyum menyeringai.
"Aku tak percaya padamu. Memangnya kau siapa? Apa kau tidak sadar? Kau itu cuma anak angkat. Hehehe apa yang bisa kau lakukan untukku? Lagi pula, apa hubungan mu dengan Tara? Mengapa kau begitu ambisius untuk membelanya? Jangan-jangan kau dan Tara berselingkuh." Kata-kata Diana membuat wajah Arya kembali tegang.
Matanya berubah merah membara. Rahangnya mengatup rapat. Kedua tangannya bergetar mengepalkan tinju menahan rasa amarah yang teramat kuat yang menyerang dadanya.
Kata-kata Diana barusan sangat menyakitkan hati nya. Arya mendekati Diana yang terlihat melangkah mundur, takut melihat perubahan wajah Arya yang mulai menyeramkan di mata nya. Tangannya menangkap wajah Diana secepat kilat dan menekan kedua rahang Diana dengan sebelah tangan.
"Sekali lagi mulut busuk mu bicara kotor, ku remukan wajahmu. Aku tak ingin bicara sopan dengan perempuan seperti kau. Pergi lah, aku jijik melihat wajahmu. Ingat! jangan sampai aku melihat wajahmu lagi di sekeliling aku dan Tara. Apa kau mengerti?" ucap Arya menekan rahang Diana kuat.
Diana seolah sulit bernafas. Rahang nya terasa sakit. Dia tak berdaya melawan tenaga Arya yang sudah di penuhi kemarahan. Diana hanya mengangguk pasrah. Agar Arya cepat melepaskan wajahnya.
Arya melepaskan tangannya dan mendorong wajah Diana agar menjauh. Kemudian Arya menarik tangan Tara.
"Ayo, ku antar pulang!" ajak Arya.
Tara hanya mengikutinya dengan patuh. Membiarkan tangannya menarik tangan Tara kuat.
Langkah kakinya terseok-seok mengikuti langkah Arya yang terlalu cepat berjalan.
Sesekali Tara menengok ke arah belakang, melihat pada Diana yang masih mematung ditempatnya berdiri sambil meringis meraba-raba kedua rahangnya yang kesakitan. Ada rasa iba yang tiba-tiba hadir menyelinap di hati Tara.
"Kasihan Diana!" gumam Tara tanpa sadar.
Langkah kaki Arya terhenti seketika seolah mendengar gumaman Tara.
"Aku tak peduli, yang ku pikirkan saat ini hanya kamu!" tutur Arya, seraya menatap Tara yang terlihat kacau.
Arya merapikan anak-anak rambut Tara yang terlihat sedikit berantakan dengan penuh kasih sayang.
"Lebih baik pikirkan dirimu sendiri, tak perlu memikirkan orang lain!" ujar Arya seraya merangkul bahu Tara dan melanjutkan langkah menuju mobilnya yang di parkir tak jauh dari sana.
Tara hanya diam menurut naik ke atas mobil.
Suasana hening pun menyelimuti sepanjang perjalanan ke rumahnya.
Satu persatu rahasia Roy mulai terungkap sudah.
Meski ada rasa sakit yang menyiksa dan airmata yang tertumpah, namun ada rasa lega yang tak bisa di ungkapkan kan dengan kata-kata. Entah apa lagi yang akan terjadi esok antara Tara dan Roy.
Tara tak tau, bagaimana menghadapinya?
Apa ia sanggup menerima kenyataan demi kenyataan pahit yang terungkapkan?
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
TAG
Lah masa Roy mau sama orang norak/Grin/
2024-11-20
2
TAG
Dih, bangga banget punya Roy/Facepalm/
2024-11-20
1
TAG
Ada tanduknya sekalian/Smile/
2024-11-20
1