Malam kian larut. Sudah lebih seminggu, tapi Roy belum juga pulang. Tara sudah tak sabar untuk menjalankan rencana gilanya malam ini.
Sekali lagi ia menatap cermin yang berada di hadapannya. Tara tersenyum senang melihat penampilannya di kaca. Malam ini Tara terlihat berbeda dengan balutan gaun hitam selutut, lengan pendek, dan sedikit terbuka di bagian depan.
Rambutnya yang panjang hitam, dibiarkan tergerai, tak lagi terikat seperti biasanya. Wajahnya yang cantik yang biasanya cuma pakai bedak dan lipstik yang tipis, kini berhiaskan make up yang sedikit tebal dengan lipstik yang agak menyala.
Tara terlihat seksi dan menggoda.
"Hmm, kecantikanku belum pudar." Tara memuji dirinya sendiri dalam hati.
Tubuhnya yang masih ramping, tak terlihat seperti perempuan yang pernah melahirkan.
Tara melenggak lenggok di depan kaca dan memakai semua aksesoris yang tersimpan rapi di lemari nya. Sudah lama ia tidak berdandan cantik seperti ini.
Sejak menikah dengan Roy, Tara terlalu sibuk mengurus rumah tangga dan bekerja mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari. Apalagi semenjak Sania lahir. Waktunya berdandan dan merawat diri makin tersita habis.
Ah, rasa sakit hati mengingat perlakuan Roy selama ini, membuat hatinya merasa geram. Tara yang mencintai nya sepenuh hati, rela berkorban apa saja demi mempertahankan rumah tangga yang menjijikan ini. Tara yang setiap hari berjuang untuk menjadi istri yang baik dan setia untuk nya, tapi Roy malah sebaliknya. Dia malah enak-enakan selingkuh.
Begitu bodohnya dia. Rela dan terus berdiam diri, atas semua perlakuan Roy padanya. Malam ini, Tara akan buktikan pada Roy. Bahwa dia, Tara ! Bukan perempuan sembarangan yang begitu mudah untuk di permainkan.
Tara menatap wajahnya yang terpancar di cermin dengan pandangan marah sambil mengepal kan tinju. Kemudian ia pun bergegas keluar dari kamar, setelah mengenakan sepatu hak tinggi berwarna krem serta menyemprotkan parfum di keseluruhan tubuhnya.
Tara melenggang keluar rumah dan mengunci pintu rumah. Sedangkan Sania, sejak sore tadi sudah Tara titip kan pada Maya, tetangganya yang baik hati.
Disebuah cafe.
Awalnya, Tara terlihat ragu dan bimbang memasuki cafe remang-remang yang berada di kotanya. Tara merasa merinding, setiap kali berpapasan dengan beberapa lelaki yang selalu menatapnya dengan tatapan nyalang dan buas seolah ingin menerkam tubuhnya.
Tapi Tara tetap nekat. Tekadnya sudah bulat. Ia terus berjalan, berlagak tak peduli. Agak lama mata indahnya berputar-putar mencari sosok Roy, suaminya. Tara yakin, Roy ada di cafe itu.
Sesaat mata Tara terhenti pada sekumpulan pria dan wanita yang asyik tertawa cekakak cekikikan di sudut ruang cafe yang agak sedikit gelap dari cahaya lampu.
Matanya berubah nyalang, karna menemukan apa yang ia cari. Dengan langkah kaki yang di atur pelan, anggun dan berwibawa. Tara pun berjalan menghampiri meja itu.
Roy yang tak menyadari kehadirannya, terlihat duduk berpelukan mesra dengan Diana yang sedang asyik bermanja-manja disebuah sofa, ditemani oleh beberapa teman-temannya.
"Mas Roy!" Pekik Tara keras dengan ekspresi pura-pura terkejut.
Roy tersentak kaget, seketika melepaskan pelukannya dari Diana dan mendorong tubuh Diana cepat. Hingga Diana terjatuh dari sofa.
Tara tertawa kecil dalam hati melihat reaksi mereka berdua yang langsung gugup dan panik melihat kehadiran Tara yang tiba-tiba.
Diana segera berdiri merapikan bajunya sambil bersungut-sungut kesal menahan rasa malu.
Dengan angkuh, Tara melenggok dan sengaja menyenggol tubuh Diana, hingga ia sempoyongan membuat posisi tubuhnya kian menjauh dari Roy.
Tara pun segera duduk disamping Roy, menggantikan posisi Diana duduk. Sebuah senyuman devil terpampang di wajah cantik nya dengan sorot mata menatap Diana tajam.
Ekspresi Wajah Roy terlihat tak senang dan pucat pasi saat Tara mendadak bergayut manja di lengannya.
Roy melongo dengan gaya Tara yang kecentilan dan bersikap mesra padanya. Apalagi dengan pakaian Tara yang terkesan sexy menggoda serta wajah nya yang tertutup make up tebal tak seperti biasanya.
"Katanya Mas Roy keluar kota, kok aku tidak di kasih tau. Kalau Mas Roy sudah pulang?" Ucap Tara lembut.
Perlahan jemari Tara berputar-putar di dada Roy, membuat Roy sulit bernafas.
"Kok kamu tau, kalau aku ada disini?" Tanyanya dengan gugup.
"Ooo... Kebetulan, aku lagi makan malam bersama temanku disini. Lalu, aku melihatmu!" Jawab Tara berbohong.
Roy memperhatikan penampilan Tara dari atas hingga ke bawah dengan wajah terlihat tak senang.
Matanya berkedip ke arah Diana seakan memberi isyarat agar Diana menjauh pergi.
Tara tertawa kecil dalam hati. Ia membayangkan ekspresi wajah Diana yang saat ini pasti sedang cemberut dan ngambek di belakang Tara.
Teman-teman Roy pun tak ada satupun yang sanggup bersuara. Mereka berpura-pura tak mendengar pembicaraan sepasang suami istri itu.
Hanya Diana yang terlihat uring-uringan, memperhatikan kemesraan Tara pada Roy dari kejauhan.
Tara memeluk bahu Roy dengan erat, sambil mengangkat sebelah kakinya ke atas. Ia sengaja memperlihatkan paha putih mulusnya diantara cahaya lampu cafe yang remang-remang.
Teman-teman Roy seketika terbelalak melihat pemandangan seksi yang terpampang dimata mereka.
Spontan Roy mendelikkan matanya ke arah Tara yang pura-pura bingung dengan ekspresi yang Roy berikan.
"Tara, pahamu!" Nada suara Roy terdengar sedikit ditekan.
Roy terlihat malu dihadapan teman-teman nya karna kelakuan istrinya yang kurang sopan.
Teman-teman Roy yang duduk berkeliling buru-buru memalingkan wajahnya.
Diana terlihat memandang Tara sinis seolah mengejeknya.
Tara tertawa renyah, sambil menurunkan kakinya kembali dan mengerling manja pada Roy.
"Oh, maaf sayang. Aku tak sengaja mengangkat pahaku yang mulus." ucap Tara mesra.
Mata Roy membelalak makin besar melihat sikap Tara yang terlalu over dan membuat nya malu.
"Ayo kita pulang!" Ajak nya tak sabaran.
Roy mulai gregetan melihat kelakuan Tara. Seketika Tara menghentak kan kakinya seperti anak kecil.
"Ah, gak mau. Aku mau disini. Please...!" Ucap Tara sambil memohon dan tersenyum manis padanya.
Roy mulai naik darah.
"Ayyoo...!" Bisik Roy geram.
Ia pun berdiri dan menarik tangan Tara kuat.
Tara pura-pura pasrah mengikuti Roy, Ia pun tersenyum pada Diana dengan penuh kemenangan.
Tara sangat memahami karakter Roy. Meskipun Roy tak mencintai Tara. Ia sangat menghormati Tara sedari dulu.
Roy tak pernah mengajak Tara ke tempat biasa ia nongkrong. Roy tak ingin, Tara di kenali oleh teman-temannya yang kebanyakan berasal dari dunia malam.
Terkadang Tara tak habis pikir, mengapa Roy menikahinya jika dia menyukai Diana.
Tara mengikuti Roy, memeluk lengan Roy dengan mesra sambil melemparkan senyuman paling manis dan melambaikan sebelah tangannya pada Diana.
Wajah Diana terlihat tidak senang. Ia tampak murka dan marah, tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Hei Roy!"
Tiba-tiba sebuah teriakan membuat langkah mereka berdua terhenti.
Seorang pria cukup tampan terlihat berjalan sempoyongan menghalangi langkah kaki Tara dan Roy.
Pria yang terlihat sedikit mabuk itu mengamati Tara dengan seksama. Ia memperhatikan wanita cantik dihadapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Terlihat pria itu menelan air ludahnya Karena terpukau dengan kecantikan Tara.
"Bro, boleh juga nih cewe. B****g baru ya?" Tanya nya dengan tatapan tak berkedip menatap Tara penuh nafsu.
Tiba-tiba Roy menyembunyikan Tara ke belakang punggung nya. Roy langsung naik pitam.
"Maksud Lo apa, Dion...?!" Tanya Roy geram.
Rahang Roy tampak mengeras menahan emosi. Pria yang di panggil Dion itu tersenyum menyeringai.
"Alah, sok jaim lo. Maksud gue, gue pengen make. Tarifnya...?"
Bugh !
Tinju Roy seketika melayang ke wajah Dion sebelum Dion menyelesaikan kalimatnya.
Krak...!
Suara kayu patah terdengar, saat tubuh Dion terpental membentur meja cafe dengan keras.
Seisi cafe seketika heboh. Mereka berkumpul menyaksikan Roy yang mengamuk memukuli Dion.
Tara segera menjauh menghindar takut melihat Roy yang membabi buta memukuli Dion.
"Istri gue bukan barang jualan, anj*** !" Kata Roy pada Dion setelah ia puas membuat Dion tak sanggup bergerak di atas lantai.
Dion tertawa menyeringai menahan sakit. Bibirnya berdarah, terkena pukulan Roy.
"Hehe... istrimu? Roylando yang gue kenal, suka main l***e emangnya punya istri?" Ejek Dion.
Roy mengepalkan tinjunya dan berniat menghajar Dion kembali. Tapi bahunya keburu dipegang oleh seseorang.
"Stop Roy, dia bisa mati!" Lerai pria itu, menghentikan Roy.
Tara terkejut melihat pria yang baru saja datang melerai Roy. Wajahnya seketika berubah masam. Rasa rindu dan benci bercampur aduk saat mata nya melihat sosok Arya telah berada di dekat Roy.
Arya terlihat menarik tangan Roy agar menjauhi Dion yang sudah terkapar tak berdaya.
Beberapa orang terlihat membantu Dion untuk berdiri meninggalkan cafe. Mereka yang menonton pun langsung bubar.
Arya dan Roy kemudian berjalan mendekati tempat Tara berdiri. Tara diam tak bergeming menatap ke arah mereka berdua dengan tajam.
"Saatnya berdrama Arya Pratama!" Desis Tara pelan.
Wajahnya Tara pun berubah drastis, Ia pura-pura tak mengenali Arya dan bersikap mencemaskan Roy.
"Mas Roy, kamu tak apa-apa kan?" Tanya Tara khawatir.
Roy salah tingkah melihat sikap Tara yang sedari tadi makin aneh dimatanya.
Tara melirik tajam ke arah Arya yang ternyata juga sedang menatap nya. Tara langsung melengos dan menggandeng Roy dengan mesra.
"Kamu ada yang luka gak?" Tara sok perhatian meraba tubuh Roy dari atas hingga ke bawah.
"Tara, aku tak apa apa!" Jawab Roy jengah.
Roy melirik malu ke arah saudara angkatnya Arya.
"Tara, ini sepupuku, Arya!" Mendadak Roy memperkenalkan Arya pada Tara sebagai sepupu nya.
Tara tersenyum sinis tertawa dalam hati.
"Dasar penipu, apa dia pikir aku tak mengenal Arya." Umpat Tara dalam hati.
Tara mengembangkan senyuman manis dan mengulurkan tangannya pada Arya.
"Oh ya, kok Aku baru tau, kalau Mas Roy punya sepupu ganteng. Hai,... aku Tara!" Tara bersikap manis dan mengedipkan matanya genit pada Arya.
Sejenak Arya terpaku melihat sikap Tara. Arya terlihat ragu untuk menyambut uluran tangan perempuan yang ia cintai itu. Namun Tara keburu meraih tangan Arya cepat dan meremasnya kuat.
Wajah Arya terlihat memerah. Tak lupa Tara mencubit tangan Arya sekuat tenaganya. Membuat Arya menggelinjang antara perih dan geli.
Roy memandang Tara dengan perasaan bingung. Sikap genit istrinya membuat Roy jadi malu dan salah tingkah, ia merasa tak enak hati pada Arya dan mencubit pinggang Tara kesal.
"Apa-apa an sih kamu?" Bisiknya gregetan.
"Habisnya, sepupu Mas Roy ganteng banget." Celetuk Tara dengan wajah tanpa dosa.
Roy menggerutu dalam hati.
"Oh iya, mumpung kita ketemu disini, Gimana kalo kita minum dulu sebentar!" Kata Roy menawarkan Arya minum.
Tara merasa gembira mendengar ucapan Roy. Ia seolah mendapat kesempatan emas untuk membalaskan sedikit sakit hati nya malam ini.
"Oke, mari kita party!" Jerit Tara riang.
Roy mendengus kesal. Mulutnya komat Kamit menggerutu melihat tingkah Tara yang terlalu genit dan menyebalkan dimatanya. Namun Roy tak bisa marah, Roy segan memperlihatkan sisi buruk nya pada Arya.
Tak lama, Mereka terlihat duduk disebuah meja cafe yang menghadap ke pemandangan terbuka. Angin malam yang bertiup kencang, meniup anak-anak rambut Tara yang tergerai bebas. Tara sadar, Arya diam-diam memperhatikannya sedari tadi.
Sesaat, Roy terdengar memesan tiga cangkir capuccino panas pada pelayan dan beberapa cemilan. Mereka bertiga hanya diam hingga pelayan itu kembali datang dengan pesanan mereka. si pelayan pun berlalu pergi setelah menaruh pesanan diatas meja.
Setelah agak lama, Tara mulai beraksi memainkan drama nya di depan Roy dan Arya.
Tara perlahan merapatkan duduknya pada Roy yang jadi kaget saat Tara memeluk lengan nya dan menyandarkan kepala nya dengan mesra di dada Roy.
Raut wajah Arya terlihat jelas di mata Tara berubah keruh seketika. Tara tersenyum sinis seakan meledek Arya dengan mengumbar kemesraan nya bersama Roy di depan Arya.
Arya tak menggubris sikap Tara yang seolah memanas-manasi hatinya. Ia pun mereguk cappucino nya pelan menghilangkan rasa panas yang mendera hati nya.
"Menurutmu, Aku cantik gak? Arya...?!" Tanya Tara sambil mengerling dan mengedipkan mata nya.
Arya terkejut mendengar pertanyaan Tara yang tiba-tiba membuat nya batuk dan nyaris tersedak. Ia pun menaruh kembali cangkir yang dipegangnya diatas meja dengan sedikit grogi.
Roy tercengang, matanya mendelik garang melotot ke arah Tara yang hanya tertawa terkekeh geli.
"Sepupu mu lucu sekali Mas Roy, masa aku nanya gitu aja langsung nervous." Kata Tara tertawa bahagia tanpa mempedulikan sikap Roy yang terlihat kesal.
"Kamu tau gak Arya. Suami ganteng ku ini, suka meninggalkan istri cantiknya sendirian. Dia gak khawatir, kalau istrinya di goda pria lain!" Sindir Tara menaruh jemarinya diwajahnya sendiri.
Deg!
Jantung Arya dan Roy seakan mau copot mendengar sindiran Tara.
Wajah Arya terlihat pucat pasi. Begitupun dengan Roy yang menunjukan ekspresi tak senang.
Tara merasa puas dalam hati, karna bisa memanas-manasi Roy, Arya dan Diana sekaligus.
"Ini baru permulaan, besok ataupun lusa aku akan membuat hidup kalian jauh lebih sakit dan menderita dari apa yang kurasakan selama ini. Entah apa yang akan ku lakukan esok. Yang pasti nya, akan ku buat Roy dan Diana menyesali perbuatan mereka padaku. Dan kamu juga Arya, Aku ingin kamu sadar, bahwa sikapmu menyembunyikan semua kebohongan mereka teramat menyakitkan bagiku." Ucap Tara dalam hati.
Tara meraih cangkir cappucino di hadapannya dan mereguknya dengan nikmat.
Kopi itu terasa enak.
Ia pun tersenyum menikmati cappucino di tangan nya, seraya menghindar dari pandangan mata Arya yang memandanginya dengan tatapan kesedihan yang mendalam.
.
.
.
BERSAMBUNG
Jangan lupa Like & komen karya ku y thor 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
memang menikah itu bukan perkara siapa yang paling, tapi tentang keduanya saling
2024-12-01
1
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
anjay barang lama jarang di pake
2024-12-01
1
🍒⃞⃟🦅Rivana84
azzeekkk Tara lanjutkan /Determined//Determined//Determined//Determined//Determined/
2025-01-04
1