Kelap kelip lampu kota malam ini sangat terlihat indah. Tara bersama Roy dan Arya masih duduk di cafe sambil menikmati cappucino. Suasana hening sesaat menyelimuti mereka bertiga.
Arya dan Roy tak banyak bicara. Sepertinya, hubungan mereka berdua tidak begitu akrab. Ataukah mereka canggung karna keberadaan Tara disisi mereka? Tara jadi penasaran.
"Mas Roy, aku mau ke toilet dulu sebentar." ucap Tara memecah kesunyian yang tercipta sedari tadi.
Roy mengangguk, membiarkan Tara pergi meninggalkan Roy dan Arya berduaan.
Ke toilet, itu cuma alasan. Langkah Tara berhenti dibalik tembok pembatas ruangan.
Dari balik dinding, ia bisa mendengarkan suara mereka berdua. Perlahan Tara mendekat kan telinganya ke dinding mencoba menguping pembicaraan Roy dan Arya sepeninggal dirinya.
"Kenapa kau ajak Tara ke tempat seperti ini, hah...? Lihatlah pakaian yang dikenakan nya. Apa kau sudah gila?" bentak Arya memarahi Roy.
"Siapa yang ngajak Tara kesini...? Kau pikir aku bego? Aku dan Diana bisa ketauan selingkuh. Tara sendiri yang bilang, dia makan malam bareng teman kerja nya trus ketemu Aku tak sengaja!" jawab Roy membalas pertanyaan Arya dengan kesal.
"Apa Tara memergoki mu berduaan dengan Diana?" tanya Arya menyelidik.
Roy mengembangkan senyuman penuh ejekan.
"Tara, si bego itu mungkin berpikir kalau Diana cuma teman kencan biasa!" ucap Roy angkuh.
Darah Tara mendidih, panas. Ingin rasanya Tara mencakar mulut Roy yang kurang ajar itu.
Arya mendengus kesal.
"Kau keterlaluan. Apa kau yakin, Tara cuma makan malam dengan pakaian seperti itu?" Hasut Arya sinis sekalian membela Tara.
Roy terdiam.
"Kau benar, itu mencurigakan." gumam Roy seakan tersadar ada yang berbeda dengan penampilan dan sikap istrinya hari ini.
Tara menjerit dalam hati, mengumpat dan memaki Arya.
"Dasar pria sialan, tukang hasut. Roy pasti mikir yang aneh-aneh." Rutuk Tara memaki Arya dalam hati.
Tara merapatkan telinganya kembali ke dinding tembok untuk menguping. Dahinya berkerut, heran. Suara Roy dan Arya sepertinya tak terdengar lagi.
Tiba-tiba sebuah tepukan lembut, mengejutkan Tara. Ia langsung berbalik dan kaget memandang sosok Arya yang telah berdiri tegap di hadapan nya sambil senyum-senyum sendiri.
"Kamu ngapain?" sindirnya halus.
"A-ku... Apa peduli mu?" Sesaat Tara merasa gugup dan berubah ketus terhadap Arya.
Ada rasa malu dan marah karna ketahuan sedang menguping.
Arya tersenyum simpul melihat kelakuan Tara, mendadak Arya menarik tangannya paksa ke suatu tempat yang agak jauh dari cafe.
"Mau apa kamu?" Tanya Tara heran mencoba melepaskan pegangan tangan Arya yang sangat kuat.
Perlahan Arya melepaskan pegangannya dan menatap Tara dari atas hingga kebawah. Ia menggeleng gelengkan kepalanya, seakan meledek Tara.
Mulut Tara menggerutu kesal dan mendorong tubuh Arya yang menghalanginya. Tara mencoba hendak kembali ke arah cafe. Namun Arya keburu menarik tangannya lagi.
"Aku tau kamu marah padaku, Aku minta maaf." ucap Arya cepat.
Tara mendengus marah. Mulutnya tertutup rapat. Matanya menatap Arya dengan nyalang. Rasa sakit kembali menusuk hatinya. Rasa itu lebih menyakitkan daripada sakit hati saat melihat Roy dan Diana berselingkuh.
Entah mengapa, perbuatan Roy dan Diana tak begitu membuat nya terpukul. Namun saat mengetahui keterlibatan Arya dalam hubungan mereka, Tara merasa sakit hati dan kecewa.
Tara sangat marah, karna Arya ikut merahasiakan hubungan mereka darinya. Tara merasa dikhianati.
"Tara, maafkan aku. Tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya." tutur Arya, dengan wajah muram dan penuh harap.
"Kurasa, tak ada yang perlu kamu jelaskan. Aku sudah tau, kamu dan Roy bersekongkol untuk mempermainkan ku!" ujar Tara kesal.
Lagi-lagi Tara meronta menarik tangannya dari genggaman Arya. Tapi tetap tak bisa Arya memegangnya dengan kuat. Tara menoleh kearah Arya dan menatap wajahnya marah.
"Lepaskan! Bukannya kemarin aku sudah bilang padamu, jangan temui aku lagi!" bentak Tara geram.
Arya terpaku melihat reaksi Tara yang sangat marah padanya. Dengan berat hati, perlahan ia melepaskan tangannya.
Tara menatap Arya dengan tajam dan segera membalikan badannya pergi meninggalkan Arya dengan setengah berlari.
Lama Arya hanya diam mematung ditempatnya berdiri. Kemudian mengikuti Tara yang sudah terlebih dulu sampai didalam cafe dengan langkah gontai.
"Ngapain aja kamu di toilet? Aku sampai muak menunggumu!" tegur Roy berbisik dengan kasar ketika Tara kembali.
Tara diam tak menjawab. Ia bersikap acuh tak acuh dan segera duduk disamping Roy.
Arya pun muncul tak lama kemudian dan langsung duduk didepan mereka berdua.
Roy tampak tersenyum menyambut kedatangan Arya kembali.
"Sudah ketemu kunci mobilmu?" Tanya Roy pada Arya yang langsung gugup.
"Sudah! Aku baru sadar, kunci nya ada di kantong celanaku." Arya cengengesan sambil memamerkan kunci mobilnya pada Roy.
"Dasar, belum tua udah pikun!" maki Roy sambil tertawa pada Arya.
Tara mencibir menatap Arya dengan tatapan sinis. O... Ternyata kunci mobil jadi alasan Arya agar bisa mencari dan menariknya keluar cafe. Senyuman penuh ejekan terukir di bibir Tara.
"Alasan yang lumrah. Dasar pria licik, banyak akal!" maki Tara dalam hati.
"Lihatlah, Aku akan membuatmu cemburu membabi buta." Ujar Tara dalam hati.
"Mas Roy, malam ini tidur dirumah kan?" rengek Tara manja sambil melingkarkan tangannya dileher Roy seakan menggoda.
Roy memandang Tara dengan wajah memerah.
"Tentu saja, aku tidur dirumah!" jawabnya ketus bercampur malu dan salah tingkah.
Tara menutup mulutnya seolah bahagia mendengar perkataan Roy.
"Ah, suamiku ini. Sepertinya merindukanku malam ini." ucap Tara sambil memeluk lengan Roy mesra.
Roy tersenyum canggung melirik Arya yang jengah dengan tingkah Tara pada Roy.
Wajah Arya berubah merah padam. Sorot matanya menatap tajam pada Tara. Arya terlihat marah dan panas terbakar api cemburu.
Tara membalas tatapan Arya dengan kedipan mata genit.
"Ku pikir, aku tak bisa menemani kalian lama-lama disini. Mata ku sudah ngantuk, besok harus kerja!" kata Arya tiba-tiba.
Arya sepertinya sudah tak tahan lagi dengan sikap Tara yang memanas-manasi nya sedari tadi. Roy mendongak kan kepala nya.
"Eh, ya. Ini sudah larut malam. Aku dan Tara juga harus pulang!" jawab Roy gelagapan.
Arya langsung bangkit dari duduknya dan berniat ingin pergi.
"Jangan lupa bayarkan minumannya. Aku lagi bokek!" kata Roy pada Arya sambil nyengir.
Arya mengangguk cepat sambil mengacung jempolnya ke arah Roy sebagai tanda ia bersedia membayar minuman yang tadi mereka pesan.
Tara mendengus kesal di belakang Roy.
"Dasar suami tak ada harga diri. Minta traktir minum sama saingan sendiri." rutuk Tara dalam hati.
Tara memandang tubuh Arya yang melangkah pergi tanpa menoleh sama sekali padanya. Tara sadar ia telah membuat Arya merasa sakit hati. Tapi itu belum seberapa dengan sakit yang ia rasakan. Arya pasti tahu, Tara cuma bersandiwara pada Roy.
"Ayo kita pulang, hampir tengah malam. Takutnya Maya udah tidur, pas kita jemput Sania!" ajak Roy.
Tara mengangguk cepat mengiyakan. Dia juga merasa tak enak membangunkan Maya tengah malam. Kasihan Maya tetangganya yang baik hati dan pengertian itu, sudah seperti ibu pengganti untuk Sania.
Hampir jam dua belas malam. Maya baru saja hendak tidur saat mereka berdua datang menjemput Sania. Maya hanya melongo saat melihat Tara dan Roy yang tak biasanya pulang berdua. Apalagi melihat dandanan Tara yang berbeda.
Maya tak banyak bertanya padanya, karna Maya menyadari ada Roy bersama Tara. Apalagi Maya memang tak terlalu akrab dengan Roy.
Tanpa banyak bicara, Maya menggendong Sania yang sudah tertidur pulas keluar dari kamarnya dan langsung menyerahkannya pada Roy.
Mereka pun buru-buru berpamitan dan bergegas pulang tanpa lupa mengucapkan terima kasih banyak pada Maya karna sudah menjaga Sania dengan baik.
Akhirnya Tara dan Roy tiba di depan rumah mereka yang terlihat gelap dan sunyi. Hanya lampu teras yang menyala menerangi rumah kecil itu.
Inilah rumah yang sudah mereka tempati hampir empat tahun lebih, semenjak mereka menikah. Rumah yang sederhana, rumah yang katanya Roy adalah rumah pemberian orang tua nya sebagai hadiah pernikahan mereka.
Dulu, meski rumah itu tak sebagus yang Tara bayangkan. Ia merasa senang dan bahagia, karna bisa hidup bersama Roy. Orang yang paling ia cintai. Namun cuma seminggu Roy bersikap baik padanya.
Hari demi hari, sikap Roy berubah drastis menjadi kasar dan emosional. Apalagi saat Tara melahirkan Sania, Roy makin tak peduli sama sekali padanya.
Roy selalu pulang larut malam bahkan seringkali Roy tak pulang, karna asyik berjudi dan mabuk-mabuk an. Tak disangka, selain hobinya yang jelek itu. Roy diam-diam juga menemui Diana perempuan selingkuhannya setiap hari. Cafe remang-remang tadi adalah tempat dimana Diana bekerja sebagai cewek panggilan.
Yah, Diana adalah wanita panggilan yang disukai Roy sejak dulu sebelum menikah dengan Tara. Tapi mengapa dia tak menikah dengan Diana ? kenapa Roy malah menikahinya ? Berbagai pertanyaan timbul lagi di benaknya.
Tara mencoba untuk memperhatikan Roy dengan seksama. Roy yang sedang menggendong Sania yang sedang dalam keadaan tidur, menatap wajahnya kesal.
"Lha, malah bengong. Sana buka pintu! Sania berat nih." bentaknya menyadarkan lamunan Tara.
Buru-buru Tara mengambil kunci rumah dari tasnya, dan membuka kan pintu.
Roy segera masuk dan menaruh Sania ke kamar.
Tara pun mengikuti langkah kaki Roy memasuki kamar, setelah mengunci kembali pintu depan.
Roy menaruh Sania di atas ranjang pelan.
Tara pun berjalan menuju lemari pakaian hendak mengambil pakaian tidur.
Tiba-tiba Roy mendekapnya dari belakang mengejutkan Tara.
"Jujurlah padaku, siapa teman kerja yang makan denganmu di cafe itu heh?" tanya Roy mulai menciumi leher Tara dari belakang.
Tara bergidik jijik. Ia meronta mencoba melepaskan tubuhnya.
Roy malah makin menjadi-jadi dia pun mendorong Tara ke atas tempat tidur hingga tubuhnya terhempas.
Tubuh Tara terasa sakit, tapi Roy tak peduli. Ia menindih dan mencoba menciumi Tara lagi.
Tara pun meronta sekuat tenaga mencoba untuk menghindar dari ciumannya.
"Dengar Tara, jangan coba-coba pergi tanpa seizinku. Apalagi berpikiran untuk selingkuh dariku, Aku bisa saja berbuat jahat padamu!" desis Roy berbisik di telinga Tara.
Tara jadi tak tahan menahan amarah yang memenuhi dadanya. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh Roy hingga terjatuh dari tempat tidur.
Roy terkejut melihat sikap istrinya yang makin berani melawannya. Tatapan matanya pun berubah sangar.
"Bukan aku yang selingkuh, tapi kamu!" jerit Tara keras.
Tara melemparkan bantal ke arah Roy yang menangkis lemparannya dengan cepat. Tara pun membalas tatapan Roy tak kalah garangnya.
Dadanya terasa sesak dengan nafas yang tak beraturan. Tak terlihat rasa takut sedikitpun di mata Tara terhadap Roy.
"Apa maksudmu?" tanya Roy geram.
"Apa kamu pikir aku tidak tau, kalau selama ini kamu berselingkuh dengan Diana?!" teriak Tara marah.
Roy seketika terdiam. Rahangnya tertutup rapat seperti menahan emosi.
Selama ini Tara cuma diam, membiarkan Roy bersikap semena-mena terhadapnya. Bukan karena takut pada Roy. Tapi karna rasa cintanya yang teramat besar pada Roy, membuat ia selalu bersabar dan mengalah.
Tara mencoba bertahan menghadapi sikap dan perbuatan Roy selama ini padanya karna ia tak ingin kehilangan Roy. Tara tak ingin anaknya Sania kehilangan figur ayah sedari kecil. Tapi sikap diamnya malah membuat Roy makin tak tahu diri.
"Heh, akhirnya kamu tahu juga." Roy tiba-tiba tertawa menyeringai.
Membuat Tara merasa jijik dan semakin membencinya.
"Kenapa kamu membohongiku?" jerit Tara marah.
Roy memandangnya sebentar lalu tertawa terkekeh-kekeh.
"Kenapa...? Karna aku tak pernah mencintaimu Tara!" jawabnya enteng.
Bukannya marah, Tara malah tertawa keras mendengar jawaban Roy.
Roy memandang Tara heran. Tara terlihat sudah tak waras.
"Lalu, mengapa kau menikahi ku heh?" Tara menatap Roy dengan sorot mata penuh kebencian.
Roy tersenyum menyeringai. Ia kemudian bangkit berdiri dan mendekati Tara dengan angkuh.
"Kamu tahu kenapa? Karna kamu tergila gila padaku." jawab Roy sambil mencubit dagu Tara.
Tara menepiskan tangan Roy dengan kasar.
Roy tertawa terkekeh-kekeh. Lalu keluar kamar meninggalkan Tara yang berteriak histeris mencaci maki dirinya.
Perasaan marah, benci, kecewa, dan sakit hati membuat Tara gila. Sepanjang malam ia berteriak, memaki dan mengamuk.
Roy seolah tak peduli dengan keadaannya. Roy malah memilih pergi meninggalkan rumah dan tak kembali lagi.
Tara yang ditinggal sendirian mengamuk malah semakin menggila. Ia menjambak rambutnya sendiri dan berteriak histeris serta meraung menyesali meratapi nasibnya.
Hingga akhirnya tubuhnya merasa lelah tak berdaya dan tertidur sambil memeluk tubuh mungil Sania anaknya yang malang.
.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
cape hati kyk y punya suami kyk gtu
2024-12-11
1
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
minimal ada rasa bersalah lah
2024-12-01
1
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
byuhh nggk malu tak begitu
2024-12-01
1