Disebuah cafe ditengah kota.
Roy duduk sendiri sambil menenggak minuman yang ada dihadapannya. Matanya terlihat sayu memandang pada seorang pria yang sedang asyik mengobrol dengan seorang perempuan cantik berkulit putih, dengan pakaian seksi yang terbuka separuh di bagian dadanya.
Pria itu melihat ke arah Roy sejenak. Kemudian membisikan sesuatu pada perempuan itu, yang di balas dengan kedipan mata dan senyuman manis. Pria itu terkekeh lalu meninggalkan si perempuan sexy, sambil melambaikan tangan pada Roy.
"Hai bro, tumben lu nongkrong kesini?" tegur pria itu pada Roy.
Roy tak menjawab. Ia tak memberi reaksi apapun.
Roy ingin menuangkan botol minuman ke dalam gelas. Tapi keburu di rebut oleh pria itu yang langsung menenggaknya hingga habis tanpa menyisakan sedikit pun untuk Roy.
"Sialan lu... hiks ... Angga ...!" umpat Roy kesal.
Pria yang ternyata bernama Angga hanya tertawa lebar.
"gimana kabar Lu ama Tara!?" celetuk Angga.
Roy memandang Angga nanar.
"Hidup gua, hiks, hancur... Tara, hiks, hancur...! Roy menjawab Angga dalam keadaan mabuk berat.
Sejenak Angga terdiam.
"Sorry bro, gara-gara taruhan waktu itu. Hidup Lu ama Tara jadi berantakan begini." ucap Angga dengan nada penuh penyesalan.
Sesaat raut wajah cantik Tara menari-nari di ingatannya. Angga yang dulu tergila-gila pada perempuan itu, namun Tara tak menyukai Angga yang nakal dan berandalan.
Sejenak kesedihan menerpa Angga. Wajahnya terlihat muram. Angga menepuk bahu Roy pelan.
"Lu sebenarnya beruntung, bisa jadiin Tara bini Lu bro. Tara perempuan yang baik buat Lu." ujar Angga lirih.
Roy tertunduk diam. Kepalanya terkulai lemah.
"Semua... Salahku. Salahku...!" sahut Roy lemah.
Bruk!
Kepala Roy pun ambruk ke atas meja.
Angga kaget dan mengguncang-guncang bahu Roy kencang.
"Roy, Roy! bangun, woy... bro...!" Angga jadi panik.
"Aish, sial! Pake mabuk segala lu!" rutuk Angga jengkel.
Angga mengeluarkan handphone dari saku celana jeans-nya. Ia memencet sebuah nomor dan menghubungi seseorang.
"Halo, Dian. Lu dimana? Roy ada di cafe X nih. Doi mabuk berat!" ucap Angga lewat handphone.
Rupanya Angga menghubungi Diana, yang sedari dulu ia ketahui masih berhubungan dengan Roy. Meskipun Angga tau Roy telah menjadi suami Tara dan mempunyai anak perempuan dari hasil pernikahan mereka.
Tak lama kemudian.
Diana terlihat muncul di cafe X dengan tergesa-gesa. Kehadirannya langsung di sambut Angga yang langsung mengajaknya ke dalam cafe X.
Diana menggerutu saat menemukan Roy dalam keadaan mabuk tak sadarkan diri. Aroma alkohol yang kuat dari mulut Roy seketika menerpa hidungnya, membuat Diana mengibaskan tangan sambil memencet hidungnya.
"Sini, gue bantu papah keluar." kata Angga menawarkan bantuan.
Diana mengangguk. Mereka berdua segera memapah tubuh Roy keluar cafe X. Diluar sudah menanti grab yang di sewa Diana untuk mengantar mereka pulang ke rumah Diana.
"Thanks Angga, bye!" Diana mengucapkan terima kasih seraya melambaikan tangan pada Angga yang mengangguk membalas lambaian tangan Diana.
Kemudian grab pun melaju meninggalkan Angga yang menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang.
"Hidup lu emang udah hancur Roy, karna ulah lu sendiri." desis Angga seakan menyayangkan apa yang telah terjadi pada Roy.
Angga pun berbalik masuk ke dalam cafe X.
Pagi menjelang siang.
Roy mengerjap-ngerjapkan mata terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa berat dan pusing disebabkan efek mabuk semalam yang masih terasa.
Matanya berpendar menatap ke sekeliling. Roy tau dia ada dimana. Kamar itu tidak asing baginya. Dibandingkan kamar Tara, dia lebih sering tidur di kamar ini.
Roy mencoba duduk di pembaringan, sambil menggerak-gerakan otot lehernya yang terasa kaku dan berat.
"Sayang, Kamu sudah bangun?" sebuah sapaan lembut membuat Roy berpaling ke arah pintu kamar.
Diana terlihat memasuki kamar dengan membawa segelas air putih dan secangkir teh, lalu menaruhnya di atas meja yang terletak tak jauh dari ranjang.
"Kepalamu masih pusing? Mau aku pijitin?" Diana mendekati Roy dan duduk disamping Roy di pinggir ranjang.
Roy membiarkan jemari Diana menyentuh tubuhnya dan memijitnya dengan lembut.
"Semalam kamu mabuk berat, Angga meneleponku untuk menjemputmu." celoteh Diana pada Roy.
Roy diam mendengarkan. Matanya sesekali terpejam, menikmati pijatan Diana.
Perlahan jemari Diana mulai merayap menyusuri sekujur tubuh Roy. Pijatan nya berganti jadi belaian.
Sesekali terdengar desahan dari mulut Roy, saat bibir Diana ikut beraksi menciumi setiap lekuk tubuh Roy. Jari nya pun merayap dan membelai tubuh Roy bagian bawah.
Roy merasa miliknya menjadi tegang dan terangsang. Roy pasrah, saat Diana mendorong tubuhnya berbaring di atas ranjang dan beraksi seperti cacing kepanasan diatas tubuhnya.
Diana yang sudah profesional, tanpa malu-malu menanggalkan seluruh penutup tubuhnya hingga semua lekuk tubuhnya terlihat nyata oleh Roy.
Roy membiarkan penutup bagian bawahnya di lepas Diana begitu saja.
Diana seperti singa yang kelaparan. Tanpa membuang waktu, Diana langsung menerkam Roy hingga Roy kewalahan menerima serangan demi serangan yang dilancarkan Diana padanya.
Diana memang jago menyenangkan hati Roy, memperlakukannya bak raja. Itu sebabnya, Roy tak bisa melupakan Diana yang selalu memuaskan birahi nya. Ketimbang Tara yang polos dan tak punya kemampuan seperti Diana.
Diana menatap Roy yang ada disampingnya dengan senyuman bahagia. Ia menaruh kepalanya di dada Roy sambil membelai Roy dengan sentuhan lembut.
"Kamu selalu hebat memuaskan hasratku, sayang." ucap Diana sambil mencium bibir Roy.
Roy tersenyum tipis, tak membalas ciuman Diana.
"Aku ingin minta sesuatu darimu, boleh gak?" tanya Diana sambil mengusap dada Roy lembut.
"Minta apa?" tanya Roy datar.
Sejenak hati Diana di liputi keraguan. Diana takut Roy akan marah, tapi Diana sudah tak bisa menahan perasaannya lagi. Diana sudah cukup lama bersabar.
"Aku ingin ketemu Marvel." Lidah Diana terasa kelu.
Jujur Diana takut, Roy marah besar padanya.
"Sabarlah, suatu saat nanti kau bisa bertemu dengannya." Jawaban Roy di luar dugaan.
Diana tercengang tak percaya. Wajahnya berubah seketika menjadi bahagia.
"Benarkah? Apa aku boleh menemuinya?" tanya Diana lagi.
Roy mengangguk pelan. Sorot matanya terlihat nanar, memandangi langit-langit kamar Diana yang terlihat sedikit kusam dengan cahaya yang remang-remang.
"Kau boleh menemuinya, tapi jangan katakan bahwa kau adalah ibunya." tutur Roy tanpa melihat ke arah Diana yang langsung berubah sikap.
Raut wajahnya yang bahagia, sirna berganti kecewa.
"Sayang, aku ini ibunya Marvel. Sampai kapan kamu dan Papa mu ingin menyembunyikan kebenaran ini? Apa kamu tidak kasihan sama Marvel? Selama ini Marvel menganggap ibunya sudah mati. Padahal Aku masih hidup. Apa kamu tega melihat Marvel hidup dalam kesedihan terus menerus?" desak Diana mencoba membujuk Roy.
Roy menarik nafas panjang dan menghembuskan nya kuat. Roy bangkit dari pembaringan dan segera mengumpulkan pakaiannya yang berserakan dimana-mana.
Diana menatap punggungnya dari belakang dengan hati pilu. Ingin rasanya ia menangis, melihat sikap Roy yang seolah tidak peduli dengan perasaan nya. Sebagai seorang ibu yang dipisahkan dari anaknya bertahun-tahun lamanya.
"Tara dan Sania, akan ku perkenalkan pada Marvel. Sebagai ibu dan saudaranya. Itu adalah pilihan yang terbaik untuk Marvel. Aku tak ingin masa depan Marvel hancur, gara-gara kita berdua." ucap Roy sambil mengenakan kembali satu persatu pakaiannya.
Diana terperangah kaget.
"Apa maksud mu, Roy?" Diana terlihat shock dan panik.
"Maksudku sudah sangat jelas Diana, kita berdua tidak pantas menjadi orang tua Marvel!" hardik Roy.
Diana tercengang.
"Apa kamu mau? Marvel dikucilkan teman-teman satu sekolahan nya, karna punya ibu seperti kamu? Ketika dewasa kelak, Marvel akan menolak mengakui mu sebagai ibunya. Apalagi jika Marvel mengetahui profesimu yang sebenarnya!" ungkap Roy dengan nada mulai meninggi.
Diana menggigil, hawa tubuhnya terasa dingin meski ruangan itu terasa panas diterpa mentari siang yang menyengat kulit.
Roy yang melihat keadaan Diana, merasa iba dan sedih. Ia pun mendekati Diana dan memeluknya erat.
"Maafkan aku sayang, aku tak punya pilihan lain. Cuma ini satu-satu nya cara, agar kita tetap bersama. Dan masa depan anak kita Marvel tidak hancur." tutur Roy lembut mencoba menenangkan hati Diana.
Tak tahan lagi, Diana pun menangis dalam pelukan Roy. Sungguh masa mudanya yang terlalu bebas berpacaran dengan Roy membuat hidupnya hancur sudah.
Bukan cuma dia, Roy dan anak kandungnya Marvel pun ikut terkena imbas akibat perbuatan mereka di masa lalu. Tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur.
Diana dan Roy benar benar tak berdaya. Mereka berdua cuma bisa pasrah menghadapi keadaan ini. Percuma saja mereka menyesali segalanya untuk saat ini. Semua sudah terlanjur hancur.
Diana cuma bisa meratapi nasib buruk nya, yang seumur hidup tak kan bisa diakui ibu oleh anak kandungnya Marvel.
Roy membelai rambut Diana dengan penuh kasih sayang. Ribuan penyesalan dan perasaan bersalah menghimpit dadanya.
Andai dulu, dia tak menghamili Diana. Mungkin hidupnya takkan serumit ini. Andai Ia tak kalah judi, dan menolak permintaan Angga, mungkin Roy takkan menikahi Tara. Roy telah membuat kedua perempuan dan kedua anak nya hidup menderita.
Selama ini, Roy sudah berlaku tak adil. Ia hanya memperhatikan Marvel tanpa mempedulikan Sania sama sekali. Semua ia lakukan karna Roy berpikir Sania lebih bahagia masih bisa bertemu diri nya dan ibu nya.
Sedangkan Marvel, ia tak pernah tahu siapa ayah dan ibu kandung nya. Padahal, Sania juga merupakan darah dagingnya sendiri. Anak yang tak pernah Roy berikan perhatian dan cinta kasih seorang bapak, hanya karna dia terlahir dari rahim Tara. Perempuan yang tak pernah Roy cintai.
Roy mendesah. Pandangan matanya menerawang jauh, membayangkan raut wajah Sania yang imut dan lucu.
Tiba-tiba kerinduan akan Sania menyeruak dalam kalbu Roy. Hasratnya menggebu-gebu. Roy ingin segera pulang, memeluk anaknya Sania dan mengatakan bahwa Roy sayang sama Sania.
"Aku mau pulang, ada urusan yang harus ku selesaikan!" ucap Roy bangkit tiba-tiba sambil melepas kan pelukannya dari tubuh Diana.
Diana tersentak kaget. Dia tak ingin Roy pergi. Diana teringat pertemuannya dengan Tara dan Arya kemarin. Diana takut, Tara akan mengadu yang bukan-bukan.
Diana ingin mengejar Roy yang keburu pergi, namun Diana tak jadi pergi karna menyadari tubuhnya sedang telanjang tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang polos.
Diana pun hanya diam terpaku di atas ranjang.
Tanpa bisa berbuat apa apa.
Apa yang akan dilakukan Roy padanya? Jika Tara membeberkan kelakuan nya pada Roy?
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
TAG
Hmmm/Facepalm/
2024-11-21
1
Elisabeth Ratna Susanti
aku ikut hiks, hiks, hiks, nih😀
2024-08-19
2
💫0m@~ga0eL🔱
Terkadang penyesalan itu datangnya terlambat 😪
2024-06-26
1