Sepucuk Harapan Perempuan Bermata Senja
Semilir dedaunan menyapa lembut rambut seorang gadis cantik yang sedang bernyanyi sendu. Parasnya itu sungguh meneduhkan hati. Meski cantik dan bersinar, perempuan berambut pendek itu menyimpan ribuan kesedihan dalam hatinya.
Kali ini, ia menyanyikan lagu yang diberi judul "Senja dan Luka". Itu lagu favoritenya sejak dua tahun lalu. Lagu yang ia buat sendiri, dan hanya ia dengar sendiri. Begitulah ia bertahan selama ini. Melumat habis waktu kesepian dengan sebuah lirik dan melodi. Musik-musik itu ibarat saudara bagi Rayinka yang menjadi anak tunggal di keluarga Aditama.
Sebenarnya Rayinka sama sekali tak kekurangan harta. Orang tuanya pun menganggap bahwa selama kebutuhan ekonomi Rayinka dipenuhi, maka ia akan terus bahagia. Padahal Rayinka lebih membutuhkan kedua orang tuanya. Ia butuh sebuah pelukan Ibu saat hatinya gundah. Ia butuh nasihan seorang ayah ketika ada yang menyakitnya. Tapi apa? Dia sama sekali tak mendapat semua itu. Matanya yang sering berlinang kini tak lagi begitu. Ia sudah muak menjadi lemah atas takdir yang ia terima. Semua kesedihan itu membuatnya membenci kelemahan dan berubah drastis menjadi seseorang yang dingin. Begitulah perempuan penyuka musik itu. Tangannya masih terus memetik senar gitar. Dari balik jendela kamarnya itu, ia telah menyanyikan ribuan melodi sembari meletakkan perasaannya di sana.
"Non Rere, bibi boleh masuk? Mau mengantar makanan," sapa seorang perempuan yang telah bertahun-tahun melayani keluarga Aditama.
"Ya, Bi. Masuk saja," jawab Rayinka.
Sejak kecil, Rayinka lebih sering diasuh oleh Bi Inah, pelayan keluarga Aditama. Hubungan mereka terasa lebih dekat daripada hubungan Rayinka dengan ibunya. Meski usianya sudah memasuki delapan belas tahun saat ini, tapi ia masih merasa begitu jauh dari orang tuanya.
"Nona buat lagu apa lagi sekarang nih?" tanya Bi Inah sumringah.
Rayinka tersenyum, "Aku hanya bernyanyi, Bi. Sambil melihat senja di sana," jawabnya sembari menunjuk semburat senja yang bergelantung indah.
"Nona, kalau Nona butuh tempat bercerita, silakan ceritakan saja pada saya. Jangan malah ngomong sendiri sama awan loh, ya!"
Rayinka tertawa, ia kenal betul betapa polos dan kocaknya Bi Inah. Meski begitu, tak pernah sekali pun Rayinka merendahkan karakter Bi Inah. Ia sudah menganggap pembantunya itu sebagai ibu untuknya.
"Bi, menurut bibi... apakah di luar sana ada orang yang juga sama sepertiku, Bi? Seseorang yang kesepian dan menyukai senja."
"Ah, Nona. Lebih baik Nona segera makan. Nanti malam Tuan dan Nyonya akan membawa Nona ke sebuah acara penting. Tadi beliau menelpon dan meminta saya memberitahu Nona.agar bisa bersiap.
"Mereka bilang acaranya apa enggak, Bi?"
"Tidak, Non. Tapi mereka bilang, Nona harus berpenampilan elegan karena akan bertemu orang-orang penting."
Mendengar itu, Rayinka menghela napas kesal. Ini pasti pertemuan antar orang-orang ternama di kota ini. Pertemuan yang lebih cocok disebut Ajang Biro Jodoh. Karena anak-anak yang hadir ke pertemuan itu akan saling mencari pasangan yang cocok untuk kemudian dinikahkan. Tahun lalu Rayinka juga datang ke acara semacam itu, tapi dia memilih kabur di tengah-tengah acara. Itu membuatnya tak mendapat uang saku selama sebulan.
Tapi kali ini, Rayinka telah menjadi perempuan yang berbeda. Dia tidak akan kabur lagi. Namun bukan berarti dia tidak akan membuat onar di pesta pertemuan itu.
Senja masih bersemburat indah di sana. Tangannya kembali memetik senar gitar dengan seulas senyum. Ia sungguh tidak sabar untuk nanti malam.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Karlina Lia
gapapa bi, mungkin Rayi lagi nyari ide🙏
2024-05-12
1
mooty moo
Menunggu Rayinka bar-bar 😁
2024-05-09
2
Bilqies
hai kak aku mampir lagi nih di karyamu yang satu ini...
semangat terus yaaa
2024-04-27
1