Perpisahan Sementara

Usai segala kebingungan yang menerpa Rayinka, Mahran pada akhirnya–mau tidak mau–menerima saran dari perempuan berambut pendek itu. Sepanjang jalan pulang, mukanya ditekuk tak mau bicara. Ia merasa harga dirinya jatuh dengan ide Rayinka ini. Sementara Rayinka, hanya terus menahan tawa melihat Mahran menggunakan pakaian lucu bak seorang gadis.

"Jangan ditekuk terus itu muka, cantiknya hilang!" goda Rayinka ketika ia memasuki kompleks rumahnya.

Mendengar itu, Mahran menghembuskan napas kesal, "Kalau bukan agar aku kembali untuk laporan, aku tidak sudi melakukan hal menjijikkan begini."

Rayinka tertawa, "Biar ada gunanya tuh rambut panjang!"

"Jangan kurang ajar, Rayinka," ujar Mahran ketus.

"Ck, cepet turun gih Kaisar Cantik!" jawabnya lagi- lagi menggoda Mahran yang memang tampak cocok menggunakan pakaian yang dipilih Rayinka.

Dengan langkah gontai, Mahran perlahan turun dari mobil sembari menggunakan high heels. Dress berwarna ungu yang ia gunakan tampak serasi dengan waajahnya yang lembut. Rambut panjang yang terurai membuat wajah Mahran terlihat bak seorang peri cantik.Meski hatinya masih menyimpan kekesalan, tapi kali ini ia harus bermain peran dengan profesional. Ia hidup sudah ratusan tahun, memainkan peran tidaklah sulit untuknya.

"Mahran, ingat. Kamu harus berakting sebagus mungkin. Kita tidak punya banyak waktu, oke?" ujar Rayinka serius. Mereka benar-bear harus bergegas jika tidak ingin Mahran mendapat hukuman cambuk hanya karena terlambat laporan.

Mengingat hukuman itu, membuat Mahran menghembuskan napas berat, ia harus bisa menyimpan segala kesal hatinya untuk saat ini sebab ada yang lebih penting dari semua itu. Ia harus segera kembali agar tidak dipersulit untuk pergi ke dunia ini lagi. Sejujurnya, hukuman 100 cambuk itu hanya hukuman kecil bagi Mahran yang sudah memiliki banyak pengalaman hidup. Namun, ada hukuman yang lebih besar dan tidak ia beritahu pada Rayinka, yakni ia akan sulit datang ke dunia Rayinka lagi atau bahkan bisa jadi tidak akan bisa lagi. Itu konsekuensi yang harus diterima oleh penduduk Aetheria yang lupa waktu selama di dunia.

"Ayo!" ajak Mahran sembari menjulurkan tangan pada Rayinka. Perempuan penyuka senja itu tersenyum lebar, ia menerima uluran tangan Mahran. Mereka saling bergandengan tangan laiknya dua sahabat yang sudah lama akrab.

Setelah masuk ke dalam rumah, Rayinka langsung mendapat beragam pertanyaan dari para pelayan rumah, termasuk Bi Inah. Mereka semua merasa tidak percaya karena Nona besar keluarga Aditama tidak pernah membawa teman ke rumahnya. Lalu kini, ia membawa seorang gadis cantik dan anggun.

"Ini teman baru aku, namanya Eli. Dia mau ngerjain tugas kelompok dan menginap di sini. Bi Inah tolong nanti bawain makan malam juga ya buat Eli," jelas Rayinka, berharap tak ada pertanyaan apapun lagi.

"Nona, ini apakah teman dari sekolah yang sama dengan Nona?" tanya Bi Inah.

"Betul, Non. Apakah teman Nona ini juga dari keluarga berpengaruh?" Lanjut pelayan lainnya.

Rayinka tahu ini akan terjadi. Salah satu hal yang membuat dirinya enggan membawa teman ke rumah karena banyaknya pertanyaan semacam itu. Keluarga Rayinka terlalu membatasinya untuk berteman dengan siapapun.

"Iya, murid pindahan baru. Anak pengusaha kaya di Negeri Castella. Udah ah tanyanya! Kami mau mengerakan tugas dulu!" ujar Rayinka kemudian bergegas naik ke kamarnya. Sementara Mahran hanya menunduk ramah, sesekali tersenyum kaku. Ia berjalan sedikit terseok karena heels yang ia pakai sungguh menyulitkan. Rayinka hanya bisa menahan tawa melihat tingkah Mahran itu.

Setelah masuk ke kamar Rayinka, Mahran segera berganti pakaian dan bersiap pergi. Senja mulai terlihat, Mahran meminta Rayinka memainkan lagu yang ia ciptakan, Lara dan Luka.

"Kapan kamu kembali, Ran?" tanya Rayinka sembari mengitarkan tali gitar ke lehernya.

"Segera, Ray. Aku cuma sehari kok di sana. Nanti aku pasti kembali setelah semua urusan di sana selesai," jawab Mahran tersenyum.

"Emang bisa selesai sehari?"

"Hahaha, kamu gak sabaran banget ya pengen bareng aku terus?" Pipi Rayinka dibuat memerah oleh Mahran. Ini kali pertamanya ada seorang lelaki yang membuatnya tersipu.

"Ck, kepedean banget. Yaudah lah terserah mau balik atau enggak. Cepet gih pergi!" Rayinka membalas ketus hanya untuk menjaga harga dirinya yang berhasil dibuat terpesona oleh Mahran.

"Ray, aku tidak pernah mengingkari ucapanku. Aku pasti kembali ke sisimu. Lagi pula kita masih harus mencari sepucuk harapan itu kan?"

"Ya, ya. Dah aku mulai nyanyi nih!"

"Mukanya kalau lagi merah malu gitu emang tambah cantik ya, Ray?"

Mendengar ucapan yang tak pernah Rayinka dapatkan itu membuatnya lagi-lagi salah tingkah. Pipinya kembali bersemu, laki-laki di hadapannya ini sungguh telah membuat hatinya tak karuan.

"Lo mau pergi sendiri, atau aku usir paksa?!" lagi-lagi Rayinka hanya bisa menyembunyikan perasaannya dengan bersikap judes. Ini adalah hal baru bagi Rayinka. Jadi ia tidak tahu harus berekspresi bagaimana selain hanya meluapkan kata-kata yang cukup kasar pada lawan bicaranya.

"Galak amet, hahaha! Oke, kamu nyanyiin lagunya.. Portal itu pasti otomatis terbuka karena senja benar-benar telah menampakkan diri. Baik-baik di sini selama gak sama aku, ya!"

Rayinka tak menggubris perkataan yang membuat hatinya porak poranda. Ia langsung menjetikkan jarinya untuk memulai melodi lagu Lara dan Luka. Jemari Rayinka begitu lihai memainkan senar-senar gitar. Ia melirik Mahran yang saat ini menatapnya, mata itu terasa begitu nyaman di hati Rayinka. Apakah Mahran benar-benar akan kembali? Begitu pikirnya..

Lara.. Luka...

Hati temaram dalam gelap..

merindu cinta dan cahaya..

akankah ku temukan rumah?

untuk pulang dan bahagia.

Syair itu mengalir begitu sendu. Perlahan, sebuah portal keemasan terbuka di luar jendela kamar Rayinka. Mahran masih menatap perempuan berambut pendek itu. Ia tersenyum, "Tunggu aku, Ray. Aku pasti kembali!"

Entah bagaimana, air mata mulai merajuk untuk keluar. Ia menggenang di pelupuk mata Rayinka bersama lagu sendu yang terus ia lantunkan. Mahran lalu berbalik, melangkahkan kakinya ke dalam portal. Sebelum ia seutuhnya pergi, lagi-lagi ditatapnya mata sendu Rayinka yang kini telah mengeluarkan setetes air mata. Hatinya terhenyak. Dalam diam Mahran berjanji bahwa esok ia akan membuat Rayinka penuh dengan kebahagiaan.

Tepat di lirik lagu terakhir, Mahran memasuki portal sembari menyisakan senyum lembut di hati Rayinka. Lalu semuanya kembali seperti semula. Ruang kamar yang begitu besar itu kini kembali terasa sepi. Rayinka benar-benar merasa kehilangan, lagi dan lagi. Tapi entah bagaimana, meski ia merasa kehilangan, ia juga yakin bahwa Mahran akan kembali.

"Mahran.. esok kalau kamu kembali ke sini, aku pasti akan mengaakmu membuat lagu dengan nada bahagia. Segeralah kembali, Mahran Elio Valtor. Kupegang janjimu, entah apakah jangka waktu sehari di dunia ini sama dengan duniamu. Tapi yang jelas, aku akan tetap menunggumu."

***

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

aku mampir lagi disini Thor /Smile/

2024-05-08

1

Amelia

Amelia

seperti nya ada yang rindu ❤️❤️

2024-05-02

1

Novi Kamila

Novi Kamila

suka bangett bacanyaa😍🫰🏻

2024-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!