Aetheria, sepotong surga yang terselip di antara lipatan waktu dan ruang. Langit berkilauan dengan warna tak terhingga saat fajar dan senja, memeluk cakrawala dengan cahaya lembut keemasan yang memerah. Awan berarak laiknya karavan yang membawa cerita dari berbagai sudut dunia.
Di dunia ini, sihir adalah napas kehidupan. Energi magis adalah kekuatan bagi para penduduknya. Di negeri Aetheria, musik adalah irama syahdu yang terus mengalun di antara bisik udara. Para penghuninya saling beramah tamah. Di level pelatihan kultivasi tingkat tertentu, hewan-hewan bisa mengerti bahasa manusia, begitu pun sebaliknya.
Usai masuk ke portal yang terbuka oleh lagu Rayinka, Mahran terjerembab di dalam hutan harmonis–yang bercahaya saat malam tiba. Mahran tersenyum, hatinya terasa lebih hangat usai bertemu Rayinka. Ada sesuatu yang terasa begitu bahagia, namun penuh kepedihan di ruang terkecilnya. Mahran tidak pernah merasakan kehangatan itu meski telah hidup ratusan tahun. Sebuah kehangatan hati yang begitu indah untuk dikenang.
"Semoga kau sabar untuk terus menungguku, Ray," ujar Mahran lembut.
Mahran lalu bersenandung lirik romansa, merupa lagu yang ia cipta penuh kasih. Dedaunan yang mulai menampakkan cahaya emasnya mulai saling beramah tamah dengan udara. Mereka bergoyang ke kanan dan kiri laiknya sedang saling bercerita.
Mahran lalu membuka panel yang berisi beberapa pilihan kendaraan untuk segera sampai ke tempat para tetua. Ia memilih kendaraan burung elang berbulu keemasan–salah satu hewan terkuat dan tercepat di Aetheria. Tak sampai hitungan menit, burung itu terbang dengan indah menghampiri Mahran.
Burung elang itu telah tunduk pada Mahran sejak Mahran masih kecil. Kekuatan Mahran memang dikenal luar biasa di kalangan penduduk Aetheria. Sejak kecil, ia bisa mengenali lagu-lagu yang disampaikan oleh hewan buas. Padahal harusnya kemampuan itu baru bisa didapatkan oleh para penduduk yang telah berhasil mencapai level tertentu dalam latihan kulitvasinya.
Usai burung itu mengucapkan salam hormat, Mahran langsung mengendarai punggungnya, "Lang Du, bawa aku ke kediaman para tetua!"
"Lang siap melaksanakan perintah Tuan," jawab burung elang itu sembari terbang tinggi membawa tuannya ke tempat para tetua.
Mahran menikmati pemandangan hutan yang mulai berkilauan dari atas langit. Pikirannya lagi-lagi berkelana pada sosok gadis di seberang dunia yang berbeda sana. 'Jika Rayinka melihat ini, aku yakin ia pasti menyukainya,' batin Mahran dengan senyuman samar. Lelaki ini sungguh benar-benar terpikat para gadis penyuka senja itu.
Kecepatan burung elang itu membuat pemandangan hutan yang berkilauan hanya bisa dinikmati sekejap. Lang Du kini telah membawa tuannya melewati langit ke empat. Mereka harus segera sampai di langit ketujuh untuk bertemu para tetua di Istana Langit.
Dalam perjalanan menembus setiap lapisan langit, Lang Du melaporkan segala hal yang terjadi di kota selama Mahran berada di dunia lain. Tidak ada hal buruk yang muncul, justru tanaman obat semakin banyak tumbuh selama kaisar berinteraksi dengan Rayinka di dunianya.
"Itu artinya.. aku dan Rayinka bisa segera menemukan sepucuk harapan," gumam Mahran.
"Tuan, selama satu jam berada di sana, apakah Tuan menemukan keanehan pada perempuan yang memiliki nada unik pada tiap lagunya itu?"
"Tidak ada... eh astaga! lupa memberi tahu Rayinka jika satu hari di dunianya itu sama dengan satu jam waktu Aetheria." panik Mahran.
"Apakah itu masalah, Tuan?"
"Aku bilang tidak akan pergi lama, tapi bagi masyarakat di dunia Rayinka, tidak lama itu hanya sehari atau satu jam waktu Aetheria. Astaga, aku harus cepat menyelesaikan segala hal di sini. Lang Du, terbanglah lebih cepat lagi menuju istana langit!"
Tanpa menjawab apapun, Lang Du menambah kecepatan terbangnya. Ia melintasi awan, lapisan langit dengan bulu-bulu emasnya yang menawan. Kepekaan dan kecepatan Lang Du inilah yang membuat Mahran bisa tetap tenang untuk berpergian ke manapun.
......................
Di Istana Langit, para tetua mendapat gelar "Lumina Custos" yang berarti "Pengawal Cahaya". Istilah itu kemudian dipadatkan menjadi sebuah panggilan "Lucos" untuk para tetua negeri Aetheria di Istana Langit.
"Kaisar datang memberi hormat pada para Lucos. Izinkan saya melapor," hormat Mahran pada lima Lucos yang ia temui.
"Bagaimana perjalananmu?" tanya Elyrion, Lucos perang.
"Perjalanan terlaksana dengan baik dan lancar, Lucos. Hanya saja, transisi keluar dari portal untuk pertama kalinya sungguh mengoyak badan dan menguras energi," jelas Mahran.
Lima tetua yang berada di sana saling bertatapan, Lucos Harmonie, tetua penjaga harmoni musik, sudah memasang sebuah mantra dalam tubuh penduduk Aetheria yang hendak melintas ke dunia lain. Ditambah sebuah sihir Lucos Thalira, tetua penyembuh, yang dapat menyembuhkan. Harusnya Mahran tidak merasakan kesakitan berlebih dalam pembuatan tanda keterikatan itu.
"Ceritakan semuanya, Mahran!" titah Lucos Elyrion. Sementara tetua lainnya memilih diam dan menyimak cerita yang akan Mahran suguhkan.
Mahran mulai menceritakan awal perjalanannya menuju dunia Rayinka, rasa sakit yang diterima Mahran dan Rayinka sangat luar biasa sehingga menguras energi. Ia juga sampaikan bahwa manusia yang kini terikat hubungan takdir dengannya memiliki hidup yang rumit.
"Kemarin saya belum sempat bertemu kedua orang tuanya. Jika praduga kita benar, sepucuk harapan itu dijaga keluarga Rayinka, maka harusnya saya bisa merasakan esensi kehadirannya meskipun melemah. Tapi selama saya di sana, esensi sepucuk harapan tidak ada sama sekali."
"Padahal kita semua tahu, lagu-lagu Rayinka selalu menumbuhkan tanaman obat langka di Aetheria. Lalu apakah ada musik yang lebih kuat di dunia sana?" tanya Lucos Harmonie.
"Tidak mungkin. Jika ada, harusnya sudah terhubung dengan kita. Sampai saat ini, musik Rayinka menjadi satu-satunya cahaya biru yang bisa menumbuhkan tanaman obat. Pasti ada hubungannya dengan sepucuk harapan," jelas Lucos Thalira.
"Saya akan menyelidiknya lebih lanjut, Lucos."
"Sepertinya ini ada hubungannya dengan kekuatan besar yang tersembunyi di dalam tubuh Rayinka," ujar Zephyrus, Lucos Keseimbangan.
"Hormat kami pada Lucos Zephyrus," ujar Mahran serta para tetua sembari membungkuk hormat. Zephyrus adalah pimpinan dari para Lucos.
"Gadis itu, pasti memiliki sepotong bongkahan sepucuk harapan dalam dirinya. Itu sebabnya, Mahran ataupun dia akan merasakan sakit luar biasa ketika pembuatan tanda hubungan. Harusnya mantra dari Lucos Harmonie dan Lucos Thalira sudah cukup untuk membuat energi Mahran terjaga, terlebih dengan statusnya yang sudah melewati tahap kultivasi ke level tinggi. Tapi semua itu tidak akan berguna ketika kekuatan cahaya dunia Aetheria bersinggungan dengan kekuatan cahaya sepucuk harapan. Itu akan menyerap banyak energi sebab bagian sepucuk harapan perlu menyerap energi yang cocok dengannya untuk bisa bertahan lebih lama dalam tubuh yang dipilihnya," jelas Zephyrus.
"Mohon maaf, Lucos. Jika ada sebongkah sepucuk harapan di tubuh garis itu, mengapa kehadiran esensinya tidak bisa saya rasakan?" tanya Mahran.
"Mahran.. selama ini kita hanya membahas tentang sepucuk harapan yang tersembunyi dengan wujud utuh, tanpa pernah memikirkan adanya kemungkinan ia telah pecah dan kini menjadi beberapa bagian yang terpisah. Semalam aku bermimpi bertemu dengan kakek buyutku. Dia bilang.. saat ini sepucuk harapan telah menjadi tiga bagian yang terpisah. Sialnya, ketiga bagian itu saat ini sama-sama redup karena penjaganya yang sedang kalut."
"Dan sepertinya.. bongkahan dalam hati Rayinka adalah yang paling redup. Itu sebabnya, aura esensinya tidak bisa kamu rasakan," lanjut Zephyrus.
Mendengar pernyataan ini, Mahran dan seluruh Lucos kaget penuh kekhawatiran. Tugas Mahran sekarang bertambah, ia harus mencari tiga penjaga bagian sepucuk harapan dan membangkitkan kebahagiaan dalam hati penjaganya.
"Panggil semua Lucos, lalu kita bahas masalah ini bersama! Dan Mahran, aku yakin kamu butuh mengubah beberapa sistem panelmu untuk menyesuaikan diri dengan dunia itu. Maka setelah pertemuan selesai, lakukanlah bersama para Lucos yang berhubungan dengan bidang itu!"
"Baik, Lucos."
Usai perbincangan itu, seluruh lucos Aetheria dipanggil ke ruangan paling dalam di istana langit. Mereka membicarakan beberapa hal yang perlu Mahran lakukan selama di dunia Rayinka. Itu pemibcaraan yang cukup berat dan memakan banyak waktu hingga berjam-jam. Sesekali Mahran teringat dengan Rayinka, ia pasti menunggu terlalu lama, bukan? Tapi ini semua untuk keselamatan Rayinka. Ia harus bisa kembali menerangi hati Rayinka.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Bilqies
ternyata diam diam mahran menyukai rayinka ya thor
2024-05-08
1
Rudik Winarno
Jd ingn main ke rosendria
2024-04-11
1
Muhammad Ferdy Ardiansyah
Lanjut Kaaaaaaaaaaak 😍😍😍😍
2024-03-12
1