Obrolan Menyakitkan

Usai pertengkaran yang menggegerkan seluruh tamu, Mateo meminta maaf pada seluruh hadirin atas perlakuan putranya. Ia juga meminta maaf pada Aditama karena sudah membuat putrinya tidak nyaman.

"Ah, sudahlah Pak Mateo. Aku juga meminta maaf padamu karena sikap putriku sepertinya telah berlebihan," tutur Aditama sembari menepuk bahu Mateo.

Melihat adegan tersebut, Rayinka hanya bisa meringis. Sungguh penggila harta yang pandai berakting. Bahkan harga diri keluarganya tidak sebanding dengan pencapaian kerjasama yang sedang mereka kejar.

Tidak masalah, begitu batin perempuan berambut pendek itu. Dia tidak peduli mau segila apa orang tuanya terhadap uang, selama tidak menjadikan dirinya alat, ia tidak akan ikut campur.

Selama 18 tahun ini, orang tuanya hanya mengajarkan tentang betapa pentingnya hidup bergelimang harta. Dulu sekali Rayinka pernah melakukan sedikit kesalahan. Di usianya yang masih suka bermain lari-larian, ia tak sengaja menumpahkan kopi dan mengenai baju seorang pejabat penting. Pejabat itu tidak marah, namun orang tuanya memakinya habis-habisan karena mereka mengira, kegagalan mendapat investasi dari pejabat tersebut adalah karena perlakuan anaknya. Padahal sama sekali tidak begitu. Pejabat penting itu menolak berinvestasi karena perusahaan Aditama sungguh tidak memiliki kejelasan arah perkembangan bisnis.

Hal serupa itu tidak hanya terjadi satu hingga dia kali, melainkan berkali-kali sejak Rayinka masih mengenakan baju merah putih ke sekolah. Maka ia sungguh sudah terlatih menghadapi orang tua yang hanya memedulikan harta di kepala dan hatinya.

"Pak Aditama, bukankah anakmu sudah waktunya untuk menikah? Lihat, wajah dan tubuhnya sudah cukup matang untuk menikah," celetuk pengusaha ranking 5 terkaya di dunia. Matanya seakan hendak menerkam gadis berusia 18 tahun di hadapannya itu. Tidak hanya Rayinka, semua putri pengusaha dia perlakukan sama. Bagi mereka yang melawan, maka mereka hanya akan bernasib sial.

"Hahaha, kau benar, Pak. Aku memang berencana mencarikan pasangan untuknya," timpal Aditama sumringah.

"Bagaimana jika kau pasangkan dengan putraku saja? Dia sepertinya akan jadi suami yang disukai oleh putrimu," ujar lelaki paruh baya itu sembari melihat Rayinka begitu intens.

Merasa terganggu dengan perlakuan tua bangka itu, bahkan sebelum Aditama menjawab, Rayinka telah lebih dulu meludahi wajah tuanya sebagai jawaban atas pertanyaannya.

"Lihat tua bangka ini. Betapa nahasnya negeri ini karena memiliki lelaki berotak udang sebagai pengusaha terkaya di urutan kelima. Ck, ck. Orang seperti ini harusnya dihancurkan saja," geram Rayinka lalu menginjak kaki lelaki itu dengan heels sepatunya.

Lelaki itu berteriak kesakitan, "Dasar wanita bodoh!"

Rayinka tertawa, "Sungguh lucu! Orang bodoh itu adalah mereka yang berani bertindak bodoh pada orang yang lebih berkuasa dari mereka! Memang kamu siapa, hm?! Ayahku bahkan bisa memusnahkanmu dalam sekejap!"

Melihat sikap putrinya, Aditama bukannya marah, tapi ia merasa cukup terperangah. Dia kira selama ini putrinya hanya mengedepankan egonya saja. Menolak semua perjodohan yang pernah ia rencanakan. tapi sepertinya, dia hanya sedang memilih calon terbaik.

"Kau! Lihat saja nanti!" ujar Pak Tua itu dengan tatap marah. Di hatinya telah bersarang kebencian baru pada gadis berambut pendek itu. Ia memang tidak lebih berkuasa daripada Aditama, tapi dia bisa melakukan apapun bahkan tanpa Aditama tahu sekali pun.

......................

Mentari hari ini terasa lebih hangat bagi Rayinka. Semilir dedaunan pagi begitu menenangkan di hati perempuan penyuka senja itu. Semalam tidurnya nyenyak sekali. Sepulang dari pesta, tak ada obrolan apapun yang menyakiti hatinya. Ia merasa, sikap pembelaan dirinya semalam memadamkan api yang sebelumnya berkobar di hati papinya. Bagaimana pun ia telah menghina putra sulung dari anak pengusaha terkaya nomor satu di negeri ini.

"Hmm.. rasanya tidak sabar melihat senja. Aku sungguh ingin menceritakan segala hal baik ini!" ujar Rayinka penuh semangat.

Tok Tok Tok

"Re, cepat turun ke bawah. Papi menunggumu sarapan," suara lembut itu membuat perempuan yang dipanggil Rere itu terperanjat. Tumben sekali maminya mau memanggilnya sendiri? Biasanya juga menyuruh Bi Inah.

"Re? Kamu udah bangun belum?"

"Eh, iya udah, Mi." Rayinka bergegas membuka pintu kamarnya. Dilihatnya seorang wanita paruh baya yang masih cantik. Pakaiannya rapi–bersiap pergi kerja. Ini memang hari Minggu, tapi kedua orang tua Rayinka masih akan tetap bekerja.

"Astaga ini udah jam tujuh kamu masih belum mandi, Re?"

Rayinka tersenyum malu, "Kan hari libur, Mi."

"Ya meski libur kamu harusnya tidak membuang waktu untuk bermalas-malasan, loh. Kalau gini terus gimana nanti bisa jadi pewaris keluarga Aditama?!" ketus maminya.

Rayinka mengangkat bahunya, "Mami manggil Rere sendiri bukan cuma mau ngajakin ribut kan, Mi?" ujarnya. Dia paham betul maminya itu. Dulu ketika masih kecil, dia akan dimarahi dari pagi sampai malam hanya karena ia terus malas-malasan.

"Cepet bersih diri. Papi kamu nunggu di bawah untuk sarapan bareng. Sepuluh menit gak pake terlambat!"

Mendengar titah itu hanya membuat Rayinka memaksakan senyumnya. Dari pada dimarahi begini, mending Bi Inah aja yang manggil. Begitu batinnya. Maka ia bergegas mandi, lalu memakai pakaian kasual sehari-hari. Setelah itu ia bergegas turun untuk sarapan bersama.

"Hm, anak gadis kok jam segini malah baru bangun," celetuk Aditama.

"Lah kan sekarang udah rapi, Pi. Masak masih ditegur juga," bantah Rayinka.

"Harusnya udah rapi dari tadi, bawa olahraga biar tubuh sehat. Atau ngelakuin hal produktif apa gitu, belajar bisnis, atau yang bermanfaat lainnya. Bisanya malah nyanyi doang di kamar," cercah lelaki yang kini menggunakan kaos santai dan celana selutut.

"Ini kita mau sarapan loh, Pi. Rere males banget kalau Papi ngajakin sarapan bareng cuma buat menghina Rere," ujar Rayinka masih menahan rasa kesalnya.

"Ck, gitu aja baper. Papi Mami tuh ngomong gini biar kamu pinteran dikit. Kamu ahli waris keluarga Aditama, jadi gak bisa sedetik pun bermalas-malasan. Kalau kerjaanmu cuma bisa nyanyi doang mana bisa Papi Mami percayain perusahan ke kamu?"

"Lah terus prestasi yang aku dapat selama ini gak Papi anggap?"

"Halah, prestasi gitu aja udah bangga? Putri pengusaha terkaya di negeri Rovend sudah bisa menarik hati para investor untuk berinvestasi di perusahaannya. Pangeran Raja Arkash di Kerajaan Kashin sudah bisa menemani ayahnya memimpin negara. Lah kamu?! Disuruh gak malas aja ngeluh!" Aditama semakin menekan Rayinka agar mengikuti jejak orang-orang sukses di luar sana. Dia tidak tahu betapa sulitnya putrinya hidup dalam kesepian.

"Betul kata Papimu, Re. Harusnya kamu bisa belajar dari mereka," timpal maminya.

"Rere jadi ga nafsu makan. Papi Mami makan berdua aja lah," ujar Rayinka. Ia sengaja tak banyak bicara. Sebab pasti apapun yang ia sampaikan itu hanya akan jadi kesalahan.

"Duduk, Re! Kamu boleh pergi kalau Papi sudah mengizinkan kamu pergi. Sekarang makan!" gertak Aditama.

Rayinka benar-benar dibuat kesal oleh kedua orangtuanya. Baru saja ia merasa senang beberapa menit lalu. Sekarang malah begini. Mau tidak mau, agar tidak menjadi panjang, Rayinka makan bersama kedua orang tuanya tanpa berbicara apapun. Ia menahan kesal hatinya sekuat mungkin.

Belum habis makanan di piring masing-masing, Aditama lagi-lagi memberikan kalimat ultimatum yang membuat hati Rere terasa perih.

"Semalam kamu berlagak seperti anak pengusaha kaya yang memiliki segalanya. Tapi di balik itu, kamu hanya menunjukkan rasa malasmu. Papi sampai bingung sebenarnya kamu pantas menjadi putri kami atau tidak? Atau kamu baru akan berubah setelah menikah dengan lelaki arogan seperti Putra Mateo atau bapak paruh baya itu, hm?"

"Kalau memang itu yang kamu mau, kami akan segera mengurus tanggal pernikahan untukmu, Re," timpal Ibunya.

Hati Rayinka semakin tak karuan. Dadanya bergemuruh hebat. Mengapa ia begitu rendah di pandangan kedua orang tuanya? Hanya karena perihal ia bangun tidur jam tujuh pagi bisa membuatnya terlihat tak bernilai? Aditama dan istrinya mana tahu jika setiap malam Rayinka bahkan butuh obat tidur agar matanya bisa terpejam? Sudah begitu tidurnya tak pernah nyenyak, ia selalu bermimpi ribuan tuntutan yang diberikan orang tuanya untuk ia raih. Baru semalam ia bisa lelap tertidur tanpa obat tidur meski masih menunggu jam tiga dini hari untuk bisa meraih alam mimpi. Dan sekarang.... orang tuanya dengan ringan hati mengatainya pemalas tanpa mau tahu kondisinya? Sial memang.

"Mi, Pi. Aku bahkan sudah melakukan banyak hal yang mami papi mau. Tapi aku masih bernilai sangat rendah ya sampai mami papi mau menikahkam aku dengan lelaki rendahan seperti mereka?!"

"Jaga ucapanmu, Rayinka! Papi kira kamu pandai dalam menilai seseorang. Papi kira penolakanmu atas perjodohan yang kami rancang selama ini hanya karena kamu sedang memilah dan memilih orang terbaik untuk menjadi pasanganmu. Ternyata apa ini? Kamu bahkan menyebut putra Mateo rendahan?" amarah papinya mulai berkobar.

"Kamu tahu? Putra Mateo itu sudah berhasil menarik investasi dari perusahaan besar di luar negeri untuk perusahaannya.. Kamu bahkan tidak ada apa-apanya!" jelas Aditama sembari menunjuk wajah Rayinka penuh emosi.

Perlakuan ini sungguh membuat Rayinka sakit. Luka di hatinya semakin menganga. Dia benci keluarganya. Dia benci Papi dan Maminya.

"Papi Mami selalu seperti ini. Rayinka sepertinya hanya anak pungut ya Pi? Itu sebabnya Rayinka tak bisa mewarisi kehebatan Papi dan Mami. Itu sebabnya Rayinka tak berguna. Bukankah begitu, Pi?"

Tak lagi tahan melihat kedua orangtuanya, Rayinka bergegas naik ke kamarnya. Ia mengunci pintu dan menangis sekencang-kencangnya di ruang yang kedap suara itu. Hatinya makin pilu. Ia sungguh merindukan obrolan dengan papi dan maminya. Tapi mengapa sekalinya mengobrol banyak... malah obrolan menyakitkan yang ia terima? Mengapa?

...****************...

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

kasihan banget lihat rayinka yang merasa tertekan dengan sikap dan perilaku keluarganya...

apa yang dia katakan selalu salah di mata mami dan papinya....
huhuhuhuhu

2024-04-28

1

Novi Kamila

Novi Kamila

😍😍😍

2024-04-24

1

Aries

Aries

👍👍👍😍😍♥️♥️♥️

2024-04-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!