Perlahan Berjalan Baik

Rayinka berbohong. Ia tidak ada jadwal kerja kelompok sepulang sekolah. Adanya, ia harus beli alat musik baru, lalu meletakkannya di apartemen Mahran. Yap, lelaki itu menitipkan kunci apartemennya sebelum pergi. Ia memberi izin penuh pada Rayinka untuk menggunakan apartemen yang ia beli dari menjual batu permata yang ia miliki. Tempat itu setidaknya cukup menolong Rayinka untuk menyembunyikan alat-alat musiknya sementara waktu.

Maka usai jam sekolah berakhir, Rayinka langsung menuju toko alat musik. Ia membeli beberapa alat musik dengan sebagian uang hasil tabungannya.

Selama perjalanan menuju toko alat musik, Rayinka memikirkan banyak hal yang harus ia lakukan ke depannya. Ia tidak mungkin berlama-lama di apartemen Mahran setiap hari, kan? Alasan apa yang akan ia berikan untuk segala pertanyaan over protective yang akan dilontarkan orang-orang di rumahnya sebagai bahan laporan pada Aditama.

"Sepertinya harus ku jadwal. Tiga kali seminggu cukup," ujarnya sembari terus menyetir.

Setelah sampai di toko alat musik, Rayinka membeli beberapa alat yang ia butuhkan.

Wajahnya berseri-seri ketika ia memilih alat musik baru meski tidak sebanyak yang ia miliki sebelumnya. Hatinya kembali menghangat, ia seperti menemukan cinta kembali.

Setelah selesai membeli alat musik, Rayinka langsung menuju apartemen Mahran yang berada di seberang rumahnya, terpisah jalan raya. Gadis muda itu memasukkan alat-alat musiknya secara bertahap. Setelah semuanya selesai, ia merebahkan diri di atas kasur empuk dengan ukuran besar. Ruangan apartemen Mahran memang menakjubkan, layak menjadi apartemen bintang lima.

"Hft.. Mahran itu bilangnya pergi sehari doang. Ini udah dua minggu gak ada nongol juga," ujar Rayinka sembari menatap atap kamar yang begitu mewah. Bayang-bayang pemuda itu memang tidak bisa lepas dari pikiran Rayinka. Selalu muncul begitu saja.

"Sudahlah, biarkan saja. Kalau memang mau kembali, pasti akan kembali. Kenapa aku selalu memikirkan pemuda aneh itu, sih!" kesalnya. Rayinka belum bisa menyadari jika sikapnya ini telah menandakan adanya ikatan antara ia dan Mahran. Perempuan penyuka senja itu hanya pernah jatuh cinta sekali, dan patah sepatah-patahnya atas cinta itu. Setelah patah itu mencipta sakit, maka Rayinka selalu membatasi dirinya untuk menaruh rasa pada siapapun.

***

Tepat ketika senja hendak menenggelamkan diri, Rayinka kembali ke rumahnya. Seperti biasa, Bi Inah akan menyapanya dengan sumringah. Mengingatkannya untuk mandi, dan mengantarkan makan malam ke kamar Rayinka. Setiap malam, makanan selalu diantar ke ruangan Rayinka sebab di tak ada seorang pun yang akan makan malam di ruang makan. Sebab itu, Rayinka selalu meminta Bi Inah untuk membawakan makan malam ke kamarnya. Namun malam ini berbeda, Rayinka harus meyakinkan seluruh orang-orang rumah bahwa ia bukan lagi gadis penyendiri yang akan takluk pada perintah orang lain.

"Bi Inah, malam ini temani aku makan malam ya! Aku bosen makan di kamar. Jadi tolong siapkan hidangan makan malam di meja makan saja," ujar Rayinka sembari tersenyum tipis.

Bi Inah hanya membeku mendengar titah Rayinka, ini seperti bukan dirinya. Gadis yang ia jaga sejak kecil itu biasanya lebih suka menyendiri di kamar setiap malam. Ia tidak suka melihat ruangan besar yang sepi tanpa kedua orang tuanya. Tapi sekarang...

"Bi? Kok bengong?" tegur Rayinka ketika melihat Bi Inah termenung.

"Eee.. maaf, Non. Baik, setelah ini saya siapkan. Nona bisa mandi lebih dulu."

"Terimakasih Bi," Rayinka lalu melangkah ke kamarnya dengan sisa-sisa rasa letihnya. Hari ini cukup melelahkan baginya. Selain letih sebab usai mengangkat alat-alat musik sendiri, pikirannya juga cukup lelah.

Tapi setidaknya, meski lelah, hatinya jauh lebih nyaman. Rencana yang ia mulai memang masih berada di tahap awal, tapi bagi Rayinka, itu sangat menyenangkan karena menjadi lebih berani.

......................

"Bi Inah, duduk sini saja. Temenin Rere makan," ajak Rayinka sembari menepuk-nepuk bantal kursi di sebelahnya.

"Ndak usah, Non.. Saya ndak berani. Biar saya menemani Nona di sini saja," jawab Bi Inah tersenyum canggung.

"Ayo dong, Bi. Kalau bibi di situ mah namanya jagain Rere makan."

"Tapi Non... " Kalimat Bi Inah tidak sampai selesai sebab Rayinka lebih dulu menarik tangan pelayan itu agar segera duduk di kursi bersamanya.

"Bibi harus nemenin Rere pokoknya, ndak boleh nolak. Rere ambilin deh, mau maem apa?"

"Saya saja, Non," ujar Bi Inah langsung mengambil piring yang dipegang Rayinka. Meski Bi Inah dekat dengan Rayinka, tapi ia selalu tahu posisi.

Melihat Bi Inah sudah mengambil makanan, Rayinka juga mengambil makanannya. Malam ini, para pelayan rumah memasak makanan khas Rosendria, spicy beef bulgogi yang ditemani Rosemary dan thyme roasted root vegetables. Sementara minuman yang disajikan juga khas Rosendria, Sparkling Elderflower.

Rayinka sangat bersemangat jika menu makanannya seperti ini, terlebih lagi malam ini, akan menjad malam pertamanya untuk menyantap makanan di ruang makan yang besar namun begitu lengang. Setidaknya, kehadiran Bi Inah cukup membuatnya merasa memiliki teman.

"Bi, akhir-akhir ini bibi kayaknya canggung banget sama Rere," ujar Rayinka di tengah-tengah makannya.

Mendengar itu, Bi Inah merasa bingung harus menjawab bagaimana. Jika ia jujur, ia khawatir akan merusak momen makan malam Rayinka..

"Em.. Tidak kok, Non. Bi.. Bibi hanya ndak enak badan aja," jawab Bi Inah terbata.

"Bi, kalau yang membuat Bibi canggung karena masalah kemarin, Rere udah gak papa kok. Rere paham posisi Bibi. Meski gak bisa dipungkiri yah Rere tetap kesal dengan semua yang terjadi kemarin, tapi Rere gk mau jadi egois, Bi. Rere gak mau Bibi menjadi tidak profesional dalam bekerja hanya karena Rere ingin diprioritaskan. Jadi mulai sekarang, Bibi harus seperti dulu lagi, ya? Jangan canggung sama Rere," jelas Rere sembari menatap lembut Bi Inah.

Perempuan paruh baya itu tak bisa menahan air mata yang sedari tadi bergejolak. Ia tak berani menatap Rayinka. Hatinya penuh rasa bersalah.

"Bi Inah sudah bekerja dengan sangat baik. Ke depannya, tolong bantu Rere untuk jadi lebih baik juga, ya?"

Bi Inah mengangguk, "Non.. nona sungguh sudah baik-baik saja?"

"Yap, meski belum seutuhnya. Tapi Rayinka ini perempuan kuat, Bi. Masalah seperti kemarin tidak mungkin membuat Rayinka jatuh kan?"

"Lalu bagaimana dengan musik-musik Nona?"

"Aku bisa bermain musik di mana saja, Bi. Musik itu bagian dari hidupku, aku tidak akan membiarkan siapapun menghancurkan sebagian dari diriku dengan mudah."

"Non.. Maafin Bibi ya. Ke depannya Bibi akan berusaha lebih baik," ujar Bi Inah sembari menghapus air matanya.

"Ke depannya, Bibi cukup melakukan yang menurut Bibi benar. Jangan mengorbankan apapun untuk Rere, oke? Biarkan Rere menjadi lebih kuat dengan diri Rere sendiri. Dan Rere juga akan selalu mendukung Bibi selama itu berkaitan dengan keprofesionalitasan dan kebaikan Bibi."

Bi Inah hanya mengangguk tersenyum, keduanya lalu melanjutkan makan malam dengan hati yang sama-sama lega.

"Ternyata Non Rere sudah banyak berubah.. ia bukan lagi gadis yang akan mudah menangis atau menyalahkan orang lain. Aku semakin lega melihatnya," batin Bi Inah senang.

Rencana Rayinka perlahan berjalan dengan baik. Langkahnya untuk membuat seluruh orang melihat dengan jelas akan perubahan sikapnya menjadi awal untuk esok ia bisa berbuat lebih banyak dengan rencananya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

2 🌹 untuk mu Thor....

2024-05-22

1

Bilqies

Bilqies

makan malamnya minta di temani sama mahran aja rayinka

2024-05-22

1

Bilqies

Bilqies

jadi bayangin niih gue Thor 🤣🤣

2024-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!