Sepucuk Harapan

Di antara semburat cahaya yang melingkupi pandangan Rayinka, samar-samar ia melihat seorang lelaki ketika baru membuka mata dari pingsannya. Lelaki dengan rambut panjang dan pakaian yang aneh. Ia melihat lelaki itu duduk di samping kasur Rayinka, melipat tangannya di dada dan memejamkan matanya. Ia seperti sedag bersemedi. Ribuan cahaya kecil mengelilingi lelaki itu.

Argh, rintih Rayinka lembut. Gadis penyuka senja itu mengerjapkan matanya perlahan, ia merasa tubuhnya begitu lemas. Terakhir kali, Rayinka sangat ingat betapa badannya terasa terkoyak usai ia mendalami lagu yang ia ciptakan sendiri. Lalu ingatnya berhenti ketika melihat seorang lelaki dari balik senja. Jantungnya berdegub cepat, "mungkinkah lelaki yang sedang duduk di samping kasurnya ini adalah lelaki yang berasal dari balik senja itu?"

Rayinka menoleh pada lelaki itu, hatinya berdesir lembut. Tuan dari mana yang memiliki ketampanan begitu mempesona ini? Diliriknya suasana di luar jendela, memastikan diri bahwa ia masih berada di kamarnya sendiri. Tidak ada yang berbeda. Itu masih kamarnya. Tapi bagaimana lelaki ini bisa ada di sini? Dan apa yang terjadi pada dirinya? Kepala Rayinka lagi-lagi terasa pening, kondisinya masih belum pulih. Bahkan untuk bangun dari posisi berbaringnya pun terasa sulit.

"Sudah bangun, Ray?" bisik lelaki itu. Suaranya lembut namun terdengar berat penuh kharisma. Lelaki itu sudah menyelesaikan ritualnya.

"Kamu... siapa?" tanya Rayinka pelan.

"Minum obat dulu. Ramuan itu bisa membuatmu membaik," ujarnya sembari memberikan botol ramuan kecil.

"Ini racun?!" meski kondisinya lemah, Rayinka tetap merasa harus waspada teradap orang asing yang datang entah dari mana ini.

Lelaki itu tertawa, wajah lugu Rayinka tampak begitu lucu baginya, "Ini ramuan pemulih kondisi tubuh,menggunakan bahan-bahan khsusus dari duniaku. Kami biasanya menyebut ini Elixarion Illumina."

"Memangnya kamu dari dunia mana?"

"Aku akan menjelaskannya nanti, setelah kondisimu membaik. Jadi tolong minumlah dulu," lanjut lelaki itu.

Rayinka menghela napas berat, ia akan meminum ramuan itu. Semua hal yang ia alami hari ini sulit dipercaya. Hadirnya lelaki di hadapannya pun nampak seperti ilusi. Tapi sudahlah. Dia tidak ingin berpikir terlalu banyak. Jika ramuan ini ternyata malah mencelakainya, itu akan menjadi bagus. Bukankah tak ada yang memedulikan dia lagi?

Usai meneguk sebotol ramuan berwarna kuning itu, tubuh Rayinka menjadi lebih tenang. Ia merasakan sesuatu yang mengalir dalam darahnya. Sebuah energi yang menyentuh segala bagian tubuhnya yang terasa terkoyak sebelumnya. Rayinka seakan mendapat kekuatan baru. Hingga sebuah cahaya bersinar dari tubuhnya, Rayinka baru merasa benar-benar pulih seutuhnya.

"Gila! Obat apa ini? Tubuhku pulih hanya dalam hitungan menit!"

"Syukurlah. Ternyata obat ini juga bekerja di luar dunia Aetheria," jawab lelaki tampan itu sembari tersenyum kecil melihat botol ramuan yang habis diminum Rayinka.

"Sekarang kamu bisa menceritakan semuanya, kan?" tanya Rayinka sembari menatap lelaki itu waspada.

"Ternyata kamu orang yang tidak sabaran ya," jawab lelaki itu sembari mengelus puncak dahi Rayinka.

"Ck, jangan menyentuhku!" ujar Rayinka sembari menepis elusan lelaki itu.

"Baiklah. Sebelumnya perkenalkan, aku Mahran Elio Valtor. Kamu bisa memanggilku Mahran. Aku datang dari negeri Aetheria, sebuah negeri yang selalu bersentuhan dengan magis. Mungkin kamu tidak percaya, tapi aku sudah mengenalmu sebelum datang ke dunia ini," jelas Mahran sembari menatap manik mata Rayinka.

"Duniaku memiliki keterhubungan dengan dunia lain melalui musik-musik yang mereka hasilkan. Setiap orang di duniaku memilki misi tersendiri. Ada yang memiliki tugas turun ke dunia lain untuk memperbaiki melodi musik yang dirasuk kekuatan iblis. Ada pula yang turun ke dunia lain untuk merampungkan melodi yang belum selesai agar tidak dimanfaatkan oleh kekuatan iblis."

"Lalu kamu datang ke duniaku apakah juga untuk melenyapkan kekuatan iblis itu?"

"Tidak, ini berbeda. Aku seorang kaisar di duniaku. Tentu tugas yang ku emban lebih berat dari itu."

"Apa itu?"

"Aku harus mencari sepucuk harapan di dunia ini," wajah Mahran berubah jadi lebih dingin. Matanya menatap tajam netra Rayinka.

"Sepucuk Harapan? Apakah itu nama sebuah benda?"

Mahran mengangguk, "Sebuah benda yang memiliki esensi emosional lagu penuh cinta. Kami sudah lama mencari benda itu. Menurut para tetua Aetheria, benda itu sengaja disembunyikan di dunia ini agar aman dari penjahat yang menginginkan benda itu untuk sebuah niat jahat."

"Kenapa harus dunia ini?"

"Mereka bilang, duniamu memiliki melodi surga. Ribuan melodi penuh keyakinan dan ketulusan berterbangan ke udara. Menumbuhkan bunga-bunga indah di duniaku."

"Bukankah itu berarti kamu tidak perlu mencarinya lagi? Benda itu sudah di tempat yang aman, bukan?"

"Kau benar. Benda itu juga selalu melindungi duniaku meski berada di tempat yang berbeda. Tapi entah mengapa, akhir-akhir ini duniaku tampak begitu buruk. Bunga-bunga mulai layu. Air kehidupan juga tidak sederas biasanya. Setelah aku cari penyebabnya, ternyata kekuatan benda itu memudar."

"Para tetua bilang, berdasarkan catatan leluhur, benda itu akan terus bersinar karena hati penjaganya suci. Tak memiliki kebencian sebab berada di antara keluarga penuh kasih. Tapi sepertinya suatu hal telah terjadi pada penjaga sepucuk harapan yang ditetapkan leluhurku. Maka kedatanganku ke sini adalah untuk menemukan dan memulihkan kembali kekuatan "Sepucuk Harapan" itu."

"Hmm... tapi apa hubungannya denganku? Aku bahkan tak memiliki benda yang kau cari itu," tanya Rayinka kebingungan.

"Ah.. ini sebenarnya memang di luar praduga. Aku memang sudah mengenalmu dari lagu-lagu unikmu. Setiap lagu yang kau buat selalu menumbuhkan tanaman obat di duniaku. Bukan tanaman biasa, melainkan tanaman obat yang khasiatnya luar biasa."

"Sebelum ke duniamu, aku sedang menganalisis lagu ciptaanmu. Berharap aku menemukan jawaban terkait sepucuk harapan. Dan benar saja, lagumu memiliki hubungan dengan benda itu. Salah satu lirikmu menampilkan cahaya biru yang hanya dimiliki oleh " Sepucuk Harapan". Setelah menemukan fakta itu, aku tiba-tiba saja tertarik ke duniamu ini."

"Baiklah. Aku akan mencoba percaya dengan ceritamu itu. Meski aku tidak benar-benar yakin jika itu kebenaran," ujar Rayinka sembari menatap tajam mata Mahran. Ia tahu semua cerita itu mustahil terjadi. Di dunianya tak ada hal semacam itu. Tapi entah mengapa hatinya seakan tak bisa menolak cerita itu. Hatinya bahkan cukup percaya bahwa dunia semacam itu mungkin saja ada.

"Ray, aku tahu ini terdengar seperti cerita karangan di duniamu ini. Tapi bukanlah rasa sakit yang kamu rasakan karena telah menarikku ke sini itu benar-benar kamu rasakan?" tanya Mahran.

"Ya aku memang merasakannya. Tapi..."

"Rasa sakit itu tercipta karena kekuatan cahaya dari musikmu yang bersinggungan dengan kekuatan cahaya dari duniaku. Badan kita akan terasa dikoyak habis-habisan karena di saat itu ada penambahan elemen kekuatan dalam tubumu."

Rayinka hanya diam, ia masih bimbang dengan apa yang ia hadapi.

"Jika kamu belum percaya juga. Pegang tanganku. Aku ingin menunjukkan sesuatu..."

Rayinka lalu menerima uluran tangan Mahran. Ketika tangan mereka saling bergenggaman, sebuah tanda bertuliskan "Lumifate" muncul di dahi mereka masing-masing. Mahran dengan kekuatan magisnya menghadirkan cermin di sebelah mereka.

Melihat pantulan dirinya dengan tanda di dahi itu membuat Rayinka terperangah. Ternyata semua itu bukan mimpi.

"Tanda ini adalah bukti keterikatan kekuatan kita. Orang yang turun dari dunia kami ke duniamu pasti akan terikat kekuatannya dengan orang yang ditemuinya. Pembuatan tanda ini jugalah yang menjadi salah satu faktor tubuh kita terasa terkoyak."

"Astaga..."

Tok tok tok!

"Nona tolong buka pintunya. Apakah nona sedang bersama seseorang di sana? Apakah nona baik-baik saja?"

Itu suara Bi Inah. Astaga, bisa gawat jika Bi Inah mengetahui ada seseorang lelaki asing di kamarnya. Apa yang harus ia lakukan? Jika ia menolak keluar, maka Bi Inah akan dengan berani mendobrak pintu kamar Rayinka. Tapi jika ia menjawab dan menghampiri Bi Inah ke depan pintu, ia juga tidak bisa karena Bi Inah pasti akan memaksa untuk menyuapinya.

"Dimana aku bisa menyembunyikannya..." batin Rayinka penuh kebimbangan.

...****************...

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

wkwkkwkwkwk
simoan ajaa dalam lemari /Facepalm//Facepalm/

2024-04-28

1

Novi Kamila

Novi Kamila

bguss banget ceritanya kak

2024-04-24

1

Rudik Winarno

Rudik Winarno

haha lempar aj ke luar /Facepalm/

2024-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!