Bab 10

Kimberly pada akhirnya menjalani hari-harinya tinggal bersama Oscar. Kimberly juga tidak pernah lagi melihat beberapa pria misterius yang sering mengintainya sejak Ia tinggal bersama Oscar. Hingga akhirnya Kimberly mulai merasa aman melewati hari-hari terakhirnya di kampus sebelum hari kelulusan tiba. Hingga tak terasa 6 bulan telah berlalu.

"Oscar! Sebentar lagi kita akan lulus. Aku ingin menghabiskan satu hari ini bersamamu. Apa kau memiliki waktu?" tanya Kimberly dengan wajah yang sangat menggemaskan.

"Hari ini aku sangat sibuk. Aku memiliki pekerjaan yang tidak bisa ku tinggalkan. Lebih baik kau tetap di apartemen sampai hari kelulusan tiba" ujar Oscar berlalu dari sana.

Kimberly menatap kepergian Oscar dengan wajah sedih. Padahal Ia ingin menciptakan sehari moment indah bersama Oscar sebelum pria itu kembali ke negaranya.

Kimberly pada akhirnya pergi sendirian ke taman bermain. Ia mengabaikan perkataan terakhir Oscar. Kedua sahabatnya juga sedang sibuk menyelesaikan tugas akhir mereka. Hingga mereka tidak memiliki waktu menemani Kimberly pergi ke taman bermain.

Kimberly naik ke salah satu wahana permainan berbentuk seperti kincir angin raksasa. Kimberly memejamkan kedua matanya menikmati setiap udara segar yang menerpa wajahnya. Ia terlalu menikmati angin sepoi-sepoi yang menyentuh kulitnya.

Ia tidak sadar kalau bahaya kapan saja bisa menghampirinya. Hingga tak beberapa lama. Terdengar suara teriakan histeris dari bawah sana.

"Kebakaran! Kebakaran!"

"Cepat menjauh dari sini!" instruksi beberapa petugas keamanan yang mulai mengamankan beberapa pengunjung yang terlihat ketakutan.

Sementara di atas wahana itu. Kimberly terlihat ikut cemas saat melihat situasi tidak terkendali dibawah sana. Wahana yang dinaiki oleh Kimberly juga tidak kunjung berhenti hingga asap tebal mulai menghalangi pandangan Kimberly.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Kimberly mengigit salah satu jemarinya agar tidak panik dalam situasi seperti itu.

Beberapa pria berpakaian hitam terlihat mengarahkan satu tembakan kearah Kimberly.

Dor

Untungnya wahana itu berhenti di waktu yang tepat. Jika tidak. Nyawa Kimberly akan melayang saat itu juga.

Dibawah wahana itu Kimberly melihat Oscar menatap datar kearahnya. Oscar dengan cepat menarik tangan Kimberly dengan kasar dan menjauh dari sana.

"Bukankah aku sudah bilang. Lebih baik kau tinggal di apartemen hingga hari kelulusan tiba!"gerutu Oscar sepanjang perjalanan.

Oscar kemudian meminta Kimberly menunggunya di mobil dan menguncinya dari dalam sampai Oscar kembali.

"Masuklah ke dalam mobil dan kunci pintunya dari dalam. Jangan buka pintunya sebelum aku kembali." nasehat Oscar sebelum berlalu dari sana.

Di belakang taman bermain itu. Terdapat satu rumah tua yang terbengkalai. Beberapa pria berpakaian hitam terlihat menangkap beberapa pria bertato yang bersembunyi di bangunan tua itu.

"Sepertinya mereka hanyalah pembunuh bayaran biasa yang disewa wanita itu. Saya yakin kalau kekasih wanita itu tidak akan berani mengabaikan peringatan Anda." kata Mike menatap wajah datar Oscar. Hidung pria itu terlihat kembang kempis seperti seseorang yang sedang menahan amarahnya.

"Beri peringatan terakhir padanya. Jika dia tidak bisa mengatur kekasihnya dengan baik. Maka aku yang akan mengirim kekasihnya secara langsung ke neraka kalau saja kejadian ini sampai terulang kembali. Aku juga akan menghancurkan bisnis haramnya dan mengirimnya ke neraka bersama kekasihnya." ujar Oscar dengan wajah marah.

"Jangan sampai kau meninggalkan jejak." lanjut Oscar sebelum berlalu dari sana.

"Baik, Tuan." jawab Mike menatap kepergian Oscar selama beberapa detik. Pemuda itu kemudian pergi dari sana menjalankan perintah Oscar.

Oscar membuka pintu secara otomatis dan masuk ke dalam mobil. Kimberly terlihat diam sepanjang perjalanan. Ia benar-benar takut saat melihat Oscar marah. Karena Oscar terlihat sangat berbeda ketika sedang marah. Tatapannya terkadang membuat bulu kuduk Kimberly merinding.

Tak beberapa lama. Mereka tiba di apartemen Oscar. Oscar dengan cepat membersihkan tubuhnya tanpa berucap sepatah katapun.

Setengah jam kemudian. Oscar melangkah menuju dapur mengambil air putih. Ia terlihat termenung beberapa saat sebelum mengeluarkan beberapa bahan-bahan makanan.

"Oscar.... maafkan aku..." lirih Kimberly mendatangi Oscar ke dapur.

Oscar mengacuhkan ucapan Kimberly dan melanjutkan aktivitasnya mengupas bahan-bahan mentah untuk dimasak sebagai makan malam.

Kimberly menarik-narik pelan baju kaos oblong yang dikenakan Oscar. "Oscar. Aku hanya ingin menciptakan sehari moment indah bersamamu sebelum kau kembali ke negaramu. Aku berharap moment ini akan menjadi moment yang tidak pernah kau lupakan setelah kau kembali ke negara mu." ungkap Kimberly dengan mata berkaca-kaca.

Ucapan Kimberly mengingatkan Oscar dengan kepribadian saudari kembarnya. Nica juga sering kali bertingkah seperti itu saat membujuknya dan saudara kembarnya.

Oscar menghela napas kasar dan menghentikan kegiatannya. Ia menatap mata berkaca-kaca Kimberly dengan perasaan tidak tega. Namun tatapan pria itu tetap bengis dan datar.

"Besok aku akan kembali ke Italia. Aku akan kembali tepat di hari kelulusan kita." ujar Oscar membuat Kimberly tidak bisa lagi menahan air matanya agar tidak keluar.

Kimberly sudah terlalu nyaman tinggal dan hidup bersama Oscar. Apa lagi Oscar tidak pernah memintanya memasak dan membersihkan apartemen pria itu.

Bahkan semua pekerjaan rumah dikerjakan langsung oleh Oscar. Sementara Kimberly diperlakukan seperti tuan putri. Meskipun terkadang Oscar bersikap ketus dan jutek padanya. Namun, Kimberly merasa sangat nyaman dan aman hidup bersamanya.

"Apakah kau tidak bisa kembali beberapa hari lagi? Lagian hari wisuda kita tinggal dua Minggu lagi." pinta Kimberly dengan suara serak.

"Tidak bisa. Orang tuaku memintaku kembali secepatnya." jawab Oscar dengan jujur.

Memang beberapa hari lalu ibunya menghubunginya agar secepatnya kembali karena kondisi kesehatan neneknya tiba-tiba memburuk. Mungkin neneknya ingin melihat mereka berkumpul sebelum kembali ke sisi Tuhan.

Oscar lanjut memasak hingga dua menu makan malam tersaji di atas meja. Oscar meminta Kimberly agar segera makan.

Kimberly tetap menghargai masakan Oscar. Meskipun suasana hati Kimberly sedang tidak baik-baik saja. Kimberly sebenarnya ingin menangis. Namun menangis pun tak ada gunanya. Karena Oscar tidak akan pernah mencabut ucapannya.

Mereka makan dalam diam. Tak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir mereka hingga makan malam selesai. Kimberly masuk ke kamar. Sementara Oscar melangkah menuju ruangan tamu.

Tepatnya pukul 12 malam. Kimberly tiba-tiba terbangun. Ia turun dari ranjang dan keluar dari kamar.

Kedua kakinya berjalan menuju ruangan tamu. Disana Oscar terlihat sudah tertidur dengan sangat pulas.

Kimberly duduk melantai di samping sofa sembari memperhatikan wajah Oscar yang tertidur pulas. Mungkin hari ini akan menjadi hari terakhir mereka bertemu sebelum Oscar kembali.

"Rasanya aku tidak ingin membiarkan mu kembali ke negaramu." gumam Kimberly tersenyum terpaksa berusaha menahan air matanya.

Hiks

Hiks

Hiks

"Aku tidak ingin menangis. Tapi aku tidak bisa mengabaikan perasaanku begitu saja. Aku sudah terlalu nyaman berada di sekitar mu."lirih Kimberly hingga mengusik tidur nyenyak Oscar. Seketika Oscar langsung membuka matanya dan menatap wajah sembab Kimberly dengan wajah bingung.

"Mengapa kau menangis?" tanya Oscar dengan suara parau sehabis bangun tidur.

Tanpa menjawab pertanyaan Oscar. Kimberly dengan cepat melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu. "Tidak bisakah kau tetap di Amerika hingga hari kelulusan tiba. Aku tidak bisa jauh darimu. Rasanya hatiku tidak sanggup melepaskan kepergian mu. Aku sudah terlalu nyaman tinggal bersama mu selama beberapa bulan ini." kata Kimberly mengungkap perasaannya.

Oscar menghela napas mendengar permintaan Kimberly. Namun Oscar harus tetap kembali ke Italia bersama saudara kembarnya. Apa lagi perusahaan kakeknya yang ada di Indonesia sedang mengalami masalah. Oscar juga harus terbang ke Indonesia menyelesaikan masalah yang ada disana.

Oscar melepaskan pelukan Kimberly. Ia sebenarnya merasa tidak nyaman berada terlalu dekat dengan Kimberly.

"Kimberly. Jangan pernah menyimpan perasaan apapun padaku. Karena aku bukanlah pria yang baik untukmu." kata Oscar agar Kimberly berhenti menangis dan merengek.

"Sedari awal aku sudah yakin kalau kau akan menolak permintaanku." ujar Kimberly tersenyum kecut mendengar penuturan Oscar.

"Baiklah. Maafkan aku karena sudah terlalu banyak merepotkan mu selama menumpang di apartemen mu. Terima kasih untuk semuanya. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu." lanjut Kimberly sebelum kembali ke kamar yang ditempatinya.

Keesokan harinya

Kimberly tidak lagi menemukan keberadaan Oscar di ruangan tamu. Saat melangkah ke dapur Kimberly melihat sepiring nasi goreng dan jus di atas meja dengan sebuah kertas yang menempel di atas meja.

"Aku Pergi. Jaga dirimu baik-baik."

Setelah hari itu. Mereka tidak pernah lagi bertemu bahkan dihari kelulusan mereka. Oscar tidak benar-benar kembali dan merayakan hari kelulusannya bersama teman-temannya.

Terpopuler

Comments

pengayom

pengayom

heeem

2024-04-14

0

Rani Ri

Rani Ri

Akan tetapi tetap di bawah Perlindungan oscar,,gk Mungkin setega itu oscar meninggalkan kimberly begitu saja..iyaa kan thourrr 😁💪💪🥰🥰🥰

2024-02-04

0

Asriani Rini

Asriani Rini

Tapi aku yakin oscar meninggalkan kemberly pasti dia menempatka org oranya disekitar kimberli untuk menjaganya

2024-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!