Bab 3

Hari sudah mulai gelap. Kimberly beberapa kali mulai menguap hingga membuat sudut mata Oscar tanpa sengaja melirik sekilas kearah wanita itu.

"Kau bisa pulang jika kau sudah mengantuk." tukas Oscar membuat mata Kimberly kembali segar. Ia tersenyum manis menatap Oscar yah terlihat sangat serius mengerjakan jurnal ilmiah mereka.

"Aku tidak mengantuk. Aku hanya bosan dengan kesunyian ini." jawab Kimberly dengan wajah yang sangat menggemaskan.

Oscar tidak menanggapi perkataan Kimberly. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya hingga hari semakin gelap.

Tepat pukul 8 malam. Oscar akhirnya menyudahi pekerjaannya.

"Lebih baik kita kembali. Hari sudah semakin gelap. Kita bisa melanjutkannya dilain hari." tukas Oscar merapikan buku-buku perpustakaan dan membawanya kearah petugas perpustakaan.

Kimberly dengan cepat mengambil tasnya dan mengikuti langkah Oscar keluar dari perpustakaan.

Setibanya di parkiran. Kimberly bisa melihat sebuah mobil hitam seperti sedang menunggu seseorang. Tak beberapa lama seorang wanita seusia mereka keluar dari mobil dan tersenyum lebar berlari kearah Oscar.

"Surprise!"

Wanita itu tersenyum sangat indah hingga membuat siapapun akan terpesona melihat senyumnya. Wanita itu tiba-tiba memeluk Oscar dengan hangat hingga membuat Kimberly terkejut.

"I miss you so bad." bisik wanita itu dengan suara sangat lembut dan halus. Meskipun suara wanita itu sangat halus dan lembut. Kimberly masih bisa mendengar suara bisikan itu. Karena posisinya Kimberly berada di belakang Oscar.

Wanita itu tersenyum lega dan melepaskan pelukannya. Ia menatap Kimberly dengan wajah bingung. "Siapa dia?" tanya wanita itu membuat Kimberly tidak tahu harus menjawab apa. Kimberly menduga kalau wanita itu adalah kekasih Oscar.

"Aku--"

"Dia hanyalah teman satu kelasku. Kami sedang mengerjakan tugas kelompok yang diberikan Professor Dave tadi siang. Ayo kita pulang. Aku tahu kalau kamu pasti sangat merindukanku hingga menyusul ku ke Amerika." ujar Oscar merangkul bahu wanita itu menuju mobil hitam yang sedari tadi menunggu mereka.

Kimberly menatap kepergian mobil yang mereka tumpangi dengan perasaan campur aduk. "Ternyata dia sudah memiliki kekasih." gumam Kimberly melangkah dengan wajah lelah menuju mobil sport miliknya.

Alih-alih kembali ke kediamannya. Mobil yang ditumpangi Kimberly malah melaju menuju arah sebuah pantai terkenal disana. Selama mengemudi menuju pantai. Kimberly masih terngiang-ngiang dengan pemandangan barusan. Dimana seorang wanita datang dengan wajah ceria memeluk Oscar dengan sangat hangat.

"Kimberly! Kau tidak mungkin benar-benar jatuh cinta padanya, kan!" gumam Kimberly menggeleng cepat menghilangkan perasaan aneh yang melintas di kepalanya.

Sejam kemudian. Kimberly memarkirkan mobilnya di pesisir pantai. Kimberly membaringkan tubuhnya di atas kap mobil sembari menatap langit malam. Kimberly bisa melihat langit malam diterangi banyaknya bintang-bintang indah yang bercahaya.

"Rasanya aku sangat ingin menghentikan waktu dan kembali ke masa lalu." gumam Kimberly menghela napas berat. Menjadi anak tunggal bukanlah hal yang mudah. Ayahnya selalu menuntutnya agar unggul dalam setiap bidang. Ayahnya juga tidak pernah mentolerir kesalahan yang dibuat oleh Kimberly. Hingga membuat Kimberly harus tumbuh dengan aturan-aturan ketat yang dibuat ayahnya.

Di dalam mobil. Ponsel Kimberly berulang kali berdering. Namun Kimberly malah mengabaikan suara dering ponselnya. Ia yakin ayahnya telah menunggu kedatangannya dan menyambut keluarga laki-laki yang akan dijodohkan dengannya.

Hari semakin larut. Cuaca di pesisir pantai juga semakin dingin hingga membuat bulu-bulu halus di kulit Kimberly ikut berdiri.

Kimberly kembali masuk ke dalam mobil dan memejamkan kedua matanya. "Lebih baik malam ini tidur disini ketimbang tidur di gudang gelap itu." gumam Kimberly sebelum memejamkan kedua matanya.

Keesokan harinya. Kimberly akhirnya terbangun dan memutuskan kembali ke kediamannya. Setibanya disana. Kimberly tidak melihat keberadaan siapapun disana. Termasuk satpam, maid ataupun tukang kebun yang bekerja seperti biasanya.

Tanpa rasa curiga sedikitpun. Kimberly masuk ke dalam mansion dan hampir terjatuh ke lantai saat melihat beberapa mayat maid kediamannya sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai. Kimberly pastikan jika mereka mati karena ditembak oleh seseorang jika dilihat dari luka tembakan yang ada ditubuh para pelayan mansion Kimberly yang tewas secara mengenaskan.

Seketika Kimberly teringat dengan keberadaan ayahnya. Kimberly dengan cepat berlari menuju kamar ayahnya untuk memastikan keadaannya. Namun, setibanya disana. Ia melihat tubuh ayahnya sudah kaku dengan luka tembakan di dadanya.

Saat Kimberly memegang pergelangan tangan ayahnya untuk memastikan denyut nadi ayahnya. Kimberly tiba-tiba langsung menangis tersedu-sedu menghadapi kenyataan itu.

"No! Dad! Wake up! Jangan tinggalin Kimberly! Hanya Daddy satu-satunya keluarga kandung yang Kimberly miliki!" panggil Kimberly dengan suara serak. Namun sangat disayangikan. Arion Gomez tidak lagi merespon perkataan putri tunggalnya.

Tubuh itu terasa dingin dan kaku. Bisa dipastikan ayahnya meninggal sejak kemarin malam.

Kimberly dengan cepat menghubungi 991 untuk meminta bantuan. Hingga tak beberapa lama setelah Kimberly menunggu datangnya bantuan. Beberapa polisi terlihat mengetuk pintu depan mansion Gomez. Saat pintu sudah terbuka dari dalam. Para petugas itu terkejut saat melihat kondisi mencengangkan di dalam mansion. Mereka melihat beberapa mayat sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi di kediaman kami. Namum saat aku kembali. Aku melihat beberapa mayat maid dan pekerja lainnya sudah tergeletak tak berdaya di dalam mansion." jelas Kimberly dengan suara serak sehabis menangis.

"Daddy juga meninggal dengan luka tembakan di tubuhnya. Aku tidak tahu mengapa Daddy tega meninggalkan ku sendiri." lanjut Kimberly dengan wajah frustasi.

Kimberly terlihat masih syok dengan apa yang dia saksikan hari ini. Ia masih belum percaya kalau ayahnya akan pergi meninggalkan dirinya sendiri untuk selama-lamanya.

Petugas itu berusaha memenangkan Kimberly agar merasa lebih tenang. Mereka juga memberikan sebotol air putih untuk meredakan tangisan wanita itu. Kimberly masih berstatus sebagai saksi. Jadi, polisi belum bisa memastikan apakah Kimberly ada hubungannya dengan kasus ini atau tidak.

"Kami akan menyelidiki kasus ini." ujar salah satu polisi itu. Ia terlihat menghubungi seseorang dan mengamati kondisi beberapa maid yang sudah tergeletak tak bernyawa.

Polisi itu terlihat mendokumentasikan kondisi masing-masing mayat yang dijumpainya. Hingga tak beberapa lama mereka melangkah menuju kamar ayah Kimberly. Disana mereka terkejut melihat kondisi ayah Kimberly yang sudah tewas dengan tubuh kaku dan beberapa luka tembakan.

Setelah selesai mendokumentasikan kondisi mayat tersebut. Tak beberapa lama samar-samar terdengar suara sirine ambulance dari kejauhan yang semakin lama semakin terdengar jelas. Beberapa petugas medis terlihat keluar dari ambulance dan mendorong brankar untuk mengangkat satu persatu mayat ke dalam kantung mayat dan dibawa ke rumah sakit untuk diidentifikasi lebih lanjut.

Sementara di kampus

Para sahabat Kimberly terlihat heran saat tidak melihat keberadaan Kimberly seperti biasanya di kampus. Bukan hanya kedua sahabatnya yang bingung. Seorang pemuda yang berada di kelas itu juga terlihat sangat heran saat tidak melihat batang hidung wanita itu.

Tak beberapa lama seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kelas sembari membawa satu buku paket dan sebuah laptop. Dosen itu terlihat mengabsen dan memanggil nama mereka satu-persatu. Hingga seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang ada di dalam ruangan itu heran saat Ruby melewatkan nama Kimberly.

"Ruby! Mengapa Anda tidak memanggil nama Kimberly. Bukankah nama Kimberly juga terdaftar sebagai salah satu mahasiswi yang mengikuti mata kuliah yang Ruby ampu?" tanya salah satu teman satu kelas Kimberly kepada dosen yang akan mengajar di kelas mereka.

Ruby terlihat menghela napas berat. Wajahnya yang tadinya tenang seperti hari-hari sebelumnya berubah menjadi sedih. "Keluarga Kimberly sedang mengalami musibah besar. Jadi beberapa hari ke depan. Kimberly akan izin dari beberapa mata kuliah yang diikutinya." jawab Ruby membuat kedua sahabat Kimberly terkejut.

Tak beberapa lama. Dua orang polisi terlihat berdiri di depan kelas mereka bersama seorang dosen paruh baya. Ruby keluar dari kelas dan mengobrol beberapa saat bersama mereka. Hingga tak beberapa lama Ruby kembali dan meminta Oscar keluar dari kelas bersamanya.

"Ibu akan memberikan tugas pribadi untuk kalian. Perkuliahan hari ini akan saya akhiri sampai disini." ujar Ruby sebelum keluar dari kelas.

Kedua sahabat Kimberly cepat-cepat merapikan buku-buku mereka dan keluar dari kelas. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Kimberly. Mereka yakin kalau Kimberly sedang tidak baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

pengayom

pengayom

mungkin tlp yang tidak diangkat kimberly itu

2024-04-14

0

Sari Nu Amoorea

Sari Nu Amoorea

kasian kimberly

2024-02-12

0

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

wuihhhh....maifoso sdh.memhincer kim fam.....sluntung kim ga ada dirmh,jdi selamat dri.penembakan....
ga mungkin kan si pembunuh itu, calon tunangan ato kluarga calon tunangan kim..kali aja mereka sakit ati mrasa ditipu ato mereka punya dendam pribadi,makin seru nih....lanjut....
hanya oscar yg bisa jadiij samsaran kim saat ini,maka oscar dijak ama bu dosen rub nemuin kim

2024-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!