Bab 6

Sekilas cerita dua tahun lalu. Oscar memperhatikan Kimberly secara diam-diam dan sering kali mendapati wanita itu menangis sendirian di atas atap salah satu bangunan kampus yang sering dikunjungi Kimberly selama berkuliah disana.

Tak ayal. Wanita itu juga menangis histeris saat menyadari kesalahannya di malam kematian ayahnya. Andaikan waktu itu Kimberly mengangkat telepon dari ayahnya. Kemungkinan besar ayahnya tidak akan tewas secara tragis.

Oscar merasa keadaan Kimberly serupa dengan keadaan ibunya yang harus membesarkan mereka tanpa kehadiran seorang suami disampingnya. Dimana Oscar sering kali diam-diam memergoki ibunya menangis sendirian di balkon kamar sembari menatap langit gelap. Oscar tahu. Disaat itu ibunya ataupun Kimberly membutuhkan seseorang menjadi teman yang bisa menampung semua beban hidup mereka.

Tanpa sadar Oscar memberikan sebuah sapu tangan berwarna abu-abu kepada Kimberly. "Aku tidak menyangka wanita sepertimu bisa menangis juga." ujar Oscar membuat Kimberly tiba-tiba berhenti menangis.

"Sekuat-kuatnya seseorang. Dia juga memiliki sisi lemah yang tidak ingin orang lain ketahui." jawab Kimberly sembari menghapus air matanya.

Kimberly kemudian berdiri dan menatap kedua mata Oscar dengan sangat dalam hingga membuat pemuda itu merasa sedikit gugup.

"Aku tahu. Kau juga pasti memiliki sisi kuat didalam dirimu." lanjut Kimberly.

"Ngomong-ngomong. Terima kasih karena sudah menyelamatkan ku beberapa hari yang lalu. Apa kau mau berteman denganku?" ujar Kimberley mengulurkan sebelah tangannya kearah Oscar.

"Jangan khawatir. Aku akan melindungi mu dari orang-orang yang ingin menyakitimu." lanjut Kimberly saat melihat wajah ragu Oscar.

"Aku tidak membutuhkan perlindungan dari siapapun." jawab Oscar dengan wajah datar.

"Kau terlihat bersikap sangat berbeda hari ini." celetuk Kimberly saat melihat wajah datar Oscar.

Deg

Oscar kembali merubah raut wajahnya. Ia terlihat lebih rileks dan tenang menanggapi perkataan Kimberly.

"Kau tidak perlu melindungi ku. Kau hanya perlu melindungi dirimu sendiri. Karena kemungkinan besar orang yang membunuh Daddy mu sedang mengincar nyawamu." bisik Oscar dengan nada pelan hingga membuat Kimberly Ryder Gomez terkejut.

"Apa maksud mu?" tanya Kimberly yang tidak mengerti dengan maksud Oscar.

"Arahkan pandangan mu kearah bagian barat daya dari bangunan ini. Kau akan melihat lebih dari 2 orang pria misterius sedang mengintai kita dari kejauhan. Ralat! Bukan kita! Tapi kau! Mereka sedang mengintai dirimu." jawab Oscar membuat Kimberly ketakutan.

Dan benar saja. Saat Kimberly mengalihkan pandanganya kearah yang dimaksud oleh Oscar. Beberapa pria misterius berpakaian serba hitam terlihat sedang mengintai mereka dari kejauhan.

"Mengapa mereka mengintai ku?" tanya Kimberly dengan suara tersendat karena sedikit cemas mendapati kenyataan itu.

"Aku tidak tahu." ujar Oscar sembari memperbaiki kaca mata yang membingkai kedua matanya. Kaca mata yang digunakan Oscar bukanlah kacamata biasa. Dari kaca mata itu. Oscar bisa mendeteksi identitas seseorang hanya dengan mendeteksi wajah mereka.

"Sebaiknya kau meminta perlindungan kepada pihak kepolisian." lanjut Oscar setelah menemukan identitas para pria misterius itu.

Kimberly pada akhirnya setuju dengan saran Oscar. Selama seminggu lebih. Kimberly akhirnya meminta beberapa anggota polisi untuk melindunginya dari bahaya yang sedang mengintainya.

Meskipun beberapa polisi sudah melindunginya. Kimberly sering sekali mendapatkan teror dari seseorang yang belum diketahui identitasnya. Hingga terkadang hal tersebut membuat Kimberly susah tidur nyenyak di malam hari.

"Kimberly. Mengapa kantung matamu sangat besar. Apa hari ini kau begadang lagi?" tanya Sora menatap wajah lelah Kimberly.

"Aku tidak tahu siapa yang akhir-akhir ini meneror ku. Aku tidak bisa tidur nyenyak jika peneror itu belum ditangkap." jawab Kimberly dengan wajah letih.

Sora dan Rihanna spontan terkejut mendengar perkataan Kimberly. Mereka tidak percaya kalau seseorang akan seberani itu meneror seorang wanita seperti Kimberly.

"Kau tidak terluka kan?" tanya Rihanna dengan cepat.

"Tidak. Aku baik-baik saja." jawab Kimberly dengan suara pelan.

"Kau membutuhkan seorang pria yang bisa melindungi mu selama 1 x 24 jam." celetuk Rihanna hingga membuat Sora ikut menyeletuk.

"Si culun mungkin sangat bisa diandalkan dalam situasi urgent ini. Bukankah si culun juga pernah menyelamatkan mu dari bahaya ."

"Apa kau gila! Dia hanyalah pria lemah yang tidak bisa diandalkan." sela Rihanna tidak setuju.

"Jangan menilai seseorang dari tampilan luarnya saja Rihanna. Aku pernah melihat Oscar menatap seseorang dengan tatapan membunuh. Dia terlihat sangat misterius dengan ekspresi berbeda seperti itu." jawab Sora berpendapat.

"Kau bisa mencobanya. Bukankah kau sedikit tertarik padanya." goda Sora menatap sahabatnya dengan tatapan menggoda.

Sora tahu. Kimberly bukanlah tipe wanita yang memandang seorang pria dari harta dan ketampanannya. Selama Kimberly nyaman dan merasa aman di samping pria itu. Maka Kimberly tidak akan berpikir dua kali melabuhkan hatinya untuk pria pilihannya.

Saat mata kuliah telah usai. Kimberly dengan cepat menghampiri Oscar. Kimberly mengutarakan keinginannya untuk tinggal bersama Oscar. Saat melihat Oscar mulai beranjak dari kursinya. Kimberly dengan buru-buru merapikan buku-bukunya.

"Oscar! Aku ingin berbicara sesuatu!" ujar Kimberly mengejar langkah kaki Oscar yang terlihat sedikit buru-buru.

"Aku sedang buru-buru." ujar Oscar berniat melanjutkan langkahnya.

"Aku tidak mau tahu. Aku akan mengikuti mu kemanapun kau pergi! Aku mau tinggal bersamamu!" tegas Kimberly membuat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang disekitar Oscar dan Kimberly mulai menghentikan langkah mereka dan menguping obrolan Oscar dan Kimberly.

"Apa kau gila! Aku bukan siapa-siapa mu!" bisik Oscar dengan sedikit kesal. Meskipun Oscar tidak mau identitasnya sampai terbongkar. Namun, Oscar juga kesal dengan permintaan Kimberly yang diluar nalar.

"Aku tidak memiliki siapapun saat ini. Hanya kau satu-satunya pria yang ku percaya." jawab Kimberly dengan tatapan memohon.

Karena sedikit buru-buru. Akhirnya Oscar menyetujui keinginan Kimberly. "Baiklah. Aku akan menjemputmu di kediamanmu." jawab Oscar terlihat tidak sabaran.

"Tidak perlu. Aku sudah membawa semua keperluanku dan ikut pulang bersamamu." jawab Kimberly tersenyum tipis.

"Tapi aku sedang buru-buru!" tegas Oscar terlihat mulai kesal.

"Aku akan menunggumu di kampus sampai urusan mu selesai." kata Kimberly pada akhirnya.

"Baiklah. Aku akan kembali kesini menjemput mu." jawab Oscar dengan cepat melangkah menuju parkiran. Meskipun berpenampilan culun. Oscar tentu saja membawa sebuah mobil ke kampus. Meskipun mobil yang dikendarainya tidak terlalu mewah.

Setibanya di rumah sakit. Oscar dengan cepat melangkah menuju salah satu kamar VVIP yang ada disana. Oscar melihat beberapa keluarganya terlihat sudah berkumpul disana dngan raut wajah sedih.

Hiks

Hiks

Hiks

Oscar mendengar ayahnya menangis dengan suara yang begitu lirih. Hingga membuat siapapun akan hanyut dalam tangisannya.

Meskipun ayahnya tidak mengucapkan sepatah katapun. Oscar menduga kalau kakeknya mungkin sudah tidak ada setelah beberapa kali mengalami serangan jantung mengetahui sebuah kenyataan yang selama ini disembunyikan oleh neneknya mengenai kematian anak kedua mereka di masa lalu.

"Sayang. Biarkan Papa istirahat dengan tenang. Bagaimanapun umur Papa tidak lagi muda. Mungkin dengan begitu Papa tidak akan merasa sakit sekaligus merasa bersalah saat hidup di dunia." ujar Karina menenangkan perasaan sedih suaminya.

Ocean akhirnya menghentikan tangisannya dan menggenggam kedua tangan ayahnya sebelum dua orang petugas melepaskan alat-alat medis yang membantu ayahnya agar tetap bertahan hidup.

Clarence juga tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat melihat tubuh kaku suaminya. Ia tidak tahu harus berucap apa. Namun kenyataan itu tetap harus diungkapkan agar Jhonson mengetahuinya disaat-saat terakhirnya.

Hari mulai gelap. Namun Oscar belum bisa beranjak dari mansion Winston dalam keadaan berduka seperti itu. Hanya satu pesan terakhir Jhonson sebelum pria itu saat masih hidup. Dia ingin dimakamkan di samping makam istrinya setelah meninggal nanti. Sementara Clarence memutuskan dimakamkan disamping makam ayah dan ibunya setelah meninggal nanti. Sehingga mereka memutuskan memakamkan Jhonson di samping makam Martinus.

Disisi lain

Kimberly berulang kali menghubungi nomor Oscar. Namun pria itu tak kunjung mengangkat panggilan dari Kimberly. Suasana parkiran kampus juga semakin gelap dan sunyi. Hingga membuat Kimberly merasa sedikit cemas.

Tok

Tok

Tok

Tiba-tiba Kimberly mendengar suara ketukan dari luar kaca mobilnya. Ia melihat dua orang pria terlihat mengintip masuk ke dalam mobilnya. Kimberly langsung menurunkan kaca mobilnya saat melihat seragam yang dikenakan kedua pria itu.

"Nona!" sapa salah satu pria itu dengan hormat. Mereka adalah petugas keamanan yang sudah dibayar oleh Kimberly agar melindunginya dari teror yang mengusiknya beberapa hari ini.

"Saat kami melacak keberadaan Anda. Kami menemukan lokasi Anda tidak bergerak selama 5 jam. Hingga kami memutuskan memastikan bagaimana keadaan Anda secara langsung." lanjutnya membuat Kimberly mengangguk paham maksud tujuan kedatangan mereka.

"Aku sedang menunggu seorang teman disini. Namun dia tak kunjung datang menjemput ku. Bahkan sedari tadi Ia belum mengangkat panggilan ku." jawab Kimberly dengan wajah sedih.

Kimberly menduga sedari awal Oscar memang sudah berniat membohonginya agar secepatnya pergi dari hadapan Kimberly.

"Kami akan mengantar Anda kembali ke mansion Anda." tawar petugas keamanan itu lagi.

Mau tidak mau. Kimberly akhirnya menyetujui tawaran petugas keamanan itu. Ia juga takut sendirian disana.

"Ryuki! Aku mau menginap di apartemen pribadiku. Aku merasa mansion peninggalan Daddy terlalu besar untuk ditinggali seorang diri." jawab Kimberly kembali menutup kaca mobilnya.

Ryuki mengangguk tanda mengerti. Mereka kemudian masuk ke salah satu dari dua mobil yang sudah menunggu mereka.

Dua mobil hitam mengawal Kimberly sepanjang perjalanan. Hingga saat mobil yang mereka tumpangi melaju di jalan raya yang cukup sepi. Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan ledakan secara bersamaan.

Dor

Dor

Dor

Duar

Terpopuler

Comments

pengayom

pengayom

wadduuh

2024-04-14

0

Leya channel

Leya channel

yg meninggal, jhonson ini kayaknya. setelah tau cerita kemarian adik ocean (saat tragedi cla terbakar)

2024-03-17

1

s

s

menenangkan

2024-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!