Bab 20 ( Kesambet )

Bu Maesaroh terlihat salah tingkah karena sudah keceplosan, tapi Bu Maesaroh yang banyak akal mencoba berkilah supaya Pak Rojak tidak marah.

"Bapak seharusnya bahagia karena Ibu masih normal. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah masalah Zahra, kita harus segera melaporkan kelakuan aneh Zahra kepada Aisyah dan Nak Yusuf, jangan sampai Cucu perempuan kita semakin menjadi-jadi."

"Ibu benar kita harus memikirkan masalah Zahra, tapi Ibu juga gak usah banyak alasan. Pokoknya nanti Bapak bakalan mikirin hukuman untuk Ibu supaya tidak kegatelan lagi. Ingat umur Bu, kita ini sudah punya Cucu, bahkan mungkin sebentar lagi bakalan punya Cicit kalau Zahra atau Abi sudah menikah," ujar Pak Rojak yang selalu merasa gemas dengan sikap Bu Maesaroh yang masih belum berubah juga.

"Iya iya Pak, Ibu juga ingin bertaubat, tapi apalah daya, mata Ibu yang jelalatan tidak bisa menahan godaan cowok ganteng. Ibu sudah kangen sekali ingin melihat Babang tampan Lee Min Hoo sama Song Jong Ki," ujar Bu Maesaroh dengan membayangkan wajah tampan Bara dan Sandi.

"Maesaroh," teriak Pak Rojak sehingga membuat Bu Maesaroh terlonjak kaget dan tersadar dari lamunannya.

"Hehe, maaf Pak Ibu khilaf."

"Bukan khilaf lagi, tapi khilaf terus. Sebaiknya nanti Bapak pasang cermin yang banyak supaya Ibu bisa melihat wajah sendiri yang sudah keriput," ujar pak Rojak yang merasa kesal.

"Tapi Pak_" perkataan Bu Maesaroh langsung terhenti karena Pak Rojak memotongnya.

"Gak usah ngomong, sebaiknya sekarang Ibu masak, Bapak sudah lapar. Sekarang Bapak mau nelpon Nak Yusuf dulu."

Setelah kepergian Pak Rojak, Bu Maesaroh melihat wajahnya di depan cermin untuk memastikan keriput di wajahnya.

"Masa wajah cantik begini sudah dibilang keriput? Bapak pasti cemburu karena di usia ku yang sudah akan memasuki enam puluhan, aku masih terlihat glowing. Aku harus lebih rajin memakai skincare supaya keriput pada wajah ku tidak semakin banyak," gumam Bu Maesaroh.

"Ibu, masakannya sudah matang belum?" teriak Pak Rojak dari dalam kamar.

"Aduh, kenapa aku sampai lupa? Sebaiknya aku segera memasak sebelum Bapak ngamuk."

Pada saat Bu Maesaroh sampai di dapur, Bu Maesaroh terkejut ketika melihat banyak makanan enak yang sudah terhidang di meja makan.

"Zahra, siapa yang masak semua ini?" tanya Bu Maesaroh.

"Tentu saja Cucu Nenek yang cantik ini. Memangnya siapa lagi?" jawab Zahra dengan tersenyum.

Bu Maesaroh memicingkan matanya, karena selama ini Aisyah selalu mengadu jika Zahra tidak pernah mau belajar memasak, bahkan ketika Zahra dipaksa belajar memasak, Zahra hampir membakar dapur.

"Nenek tidak percaya sama kamu. Pasti kamu pesan makanan lewat aplikasi online kan?"

"Nek, mana mungkin Zahra bisa pesan makanan, handphone saja Zahra tidak punya. Sebaiknya sekarang Nenek panggil Kakek, Zahra sudah lapar."

Apa mungkin Zahra beneran kesambet? Kenapa Cucu ku aneh sekali? Batin Bu Maesaroh.

Bu Maesaroh bergegas menuju kamarnya untuk memanggil Pak Rojak, dan Zahra tersenyum kepada Bisma yang sudah membantunya memasak menggunakan kekuatannya.

"Tuan iblis, terimakasih banyak karena kamu sudah membantuku memasak," ucap Zahra dengan memegangi tangan Bisma.

"Sayang, sudah seharusnya sebagai seorang Suami, aku membantu Istriku yang cantik ini. Tapi kamu harus ingat, semua ini tidak gratis," ucap Bisma dengan tersenyum penuh arti.

"Bukannya aku ini Istrimu? Kenapa sama Istri juga perhitungan sekali? Aku tidak punya uang, jadi aku tidak bisa membayar jasamu," gerutu Zahra dengan wajah yang terlihat kesal.

Bisma tersenyum melihat wajah Zahra yang semakin menggemaskan.

"Siapa juga yang ingin uang kamu? Aku tidak membutuhkan uang, karena aku bisa memiliki semua yang aku mau, tapi aku ingin kamu membayarnya dengan ini," ucap Bisma dengan mencium bibir Zahra.

Bisma langsung menghilang ketika melihat Bu Maesaroh dan Pak Rojak datang, dan Zahra yang masih terkejut dengan perbuatan Bisma hanya diam dan mencoba menetralkan debaran dalam dadanya.

"Zahra, kenapa wajah kamu merah seperti kepiting rebus? Kamu tidak sakit kan?" tanya Pak Rojak.

"Pak, jangan jangan Cucu kita kesambet," ujar Bu Maesaroh.

"Za_zahra baik-baik saja kok Kek, Nek. Sebaiknya sekarang kita makan, Zahra sudah kelaparan," ujar Zahra dengan bergegas mengisi piringnya dengan nasi dan lauk.

Sepanjang sarapan berlangsung, Bu Maesaroh dan Pak Rojak tiada hentinya memuji masakan Zahra yang sangat enak.

"Tidak disangka ya Pak, Cucu kita yang tomboy bisa masak juga? Padahal Aisyah bilang Zahra tidak pernah mau belajar memasak, bahkan saat Aisyah memaksa Zahra, katanya Zahra hampir membakar dapur," ujar Bu Maesaroh.

"Mungkin Cucu kita punya bakat tersembunyi Bu. Kalau begitu setiap hari kamu saja yang masak Zahra, kebetulan Kakek sudah bosan dengan masakan Nenek kamu yang selalu asin."

"Bapak, bisa-bisanya Bapak menghina masakan Ibu, awas saja, nanti malam Bapak Ibu hukum tidur di luar."

"Jangan dong Bu, Bapak hanya bercanda. Bagi Bapak tetap masakan Ibu yang paling enak di Dunia ini," ujar Pak Rojak dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Zahra hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Kakek dan Neneknya, tapi Zahra tiba-tiba merasa sedih karena teringat dengan Bisma.

Seandainya saja Tuan Iblis adalah manusia, pasti aku akan merasa bahagia karena bisa menghabiskan masa tua kami bersama, ucap Zahra dalam hati dengan menitikkan air mata.

......................

Di tempat lain, Bulan dan Bintang yang sudah selesai mengeluarkan pengaruh susuk pemikat dari dalam tubuh Dokter Zacky memutuskan untuk pulang ke rumah Mama Rika, dan Papa Panji yang sudah pulang bekerja terlihat bahagia melihat Anak dan Calon Menantunya.

"Nak, bagaimana Zacky, kalian pasti sudah berhasil mengobatinya kan?" tanya Papa Panji.

"Alhamdulillah Pa, sekarang Dokter Zacky sudah kembali seperti sedia kala," jawab Bulan.

"Calon Menantu Papa memang hebat. Oh iya, Papa dengar kalian sudah memutuskan untuk menikah dalam waktu dekat ini?"

"Bulan bagaimana Bintang saja Pa, tapi Kak Alexa meminta kami supaya menikah secepatnya."

"Bintang, kapan kamu berencana untuk menikahi Bulan?" tanya Papa Panji, tapi Bintang yang tengah melamun sampai tidak mendengar pertanyaan Orangtuanya.

Papa Panji, Bulan dan Mama Rika merasa heran karena Bintang tidak biasanya bersikap seperti itu, apalagi Bintang akan semangat jika sudah membahas tentang masalah pernikahannya dengan Bulan.

"Bintang, kamu baik-baik saja kan?" tanya Bulan dengan memegang tangan Bintang.

"Eh, Papa tanya apa tadi?" tanya Bintang yang baru tersadar dari lamunannya.

"Papa bertanya kapan kita akan menikah?" ujar Bulan.

"Bulan, sebaiknya kita menikah saat liburan semester saja, kamu juga baru masuk kuliah dengan jalur beasiswa, jadi kita tidak mungkin meminta ijin. Apalagi aku tau betul kalau kamu ingin mengadakan acara pernikahan kita di tanah kelahiran kamu," ujar Bintang yang mencoba mencari alasan, padahal saat ini dirinya tengah bingung karena kemunculan roh pemilik tubuh yang sebenarnya.

Bulan, aku sebenarnya ingin segera menikahi kamu, tapi aku takut jika pemilik tubuh yang sebenarnya kembali mengambil alih tubuh ini. Jadi, aku harus memastikan semuanya terlebih dahulu, ucap Bintang dalam hati.

Bulan sebenarnya merasa heran, karena dirinya tidak bisa mendengar isi hati Bintang.

Apa yang sebenarnya Bintang pikirkan? Bukannya kemarin dia begitu antusias ingin segera menikah? Dan anehnya kenapa aku tidak bisa mendengar isi hati Bintang? Batin Bulan kini bertanya-tanya.

*

*

Bersambung

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Apakah kisah Zahra akan sprti kakek neneknya kah? 2 iklan mndarat kak..ganbatte

2024-04-03

1

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Hahaha

2024-02-29

1

Sunshine

Sunshine

semangat terus Thor, ceritanya semakin seru, Vote mendarat biar tambah semangat

2024-02-26

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!