"Perempuan yang aku cintai adalah_" ucapan Bisma terhenti karena merasa ragu untuk mengatakannya kepada Zahra.
"Siapa?" tanya Zahra lagi.
"Dasar kepo," ujar Bisma dengan menyentil dahi Zahra.
"Dasar pelit, awas saja, aku tidak mau bicara lagi dengan Tuan iblis," ujar Zahra kemudian berbaring membelakangi Bisma.
Entah kenapa dada Zahra terasa sesak ketika mengetahui Bisma telah jatuh cinta, dan Zahra merasa sedih karena takut kehilangan Bisma.
Kenapa dengan ku? Tidak seharusnya aku seperti ini, ucap Zahra dalam hati.
"Zahra, apa kamu marah? Kalau begitu aju pergi lagi saja," ujar Bisma.
Pada saat Bisma hendak pergi, tiba-tiba Zahra memeluk tubuh Bisma dari belakang, sontak saja semua itu membuat Bisma merasa terkejut.
"Tuan iblis, jangan pernah tinggalkan aku lagi," ucap Zahra dengan lirih.
Bisma tersenyum mendengar perkataan Zahra, kemudian Bisma membalikan tubuhnya lalu menangkup kedua pipi Zahra.
"Aku sudah berjanji kalau aku tidak akan pernah meninggalkan kamu untuk selamanya, jadi kamu harus berhenti menangis," ucap Bisma dengan mengelap airmata yang terus menetes pada pipi Zahra.
"Siapa yang menangis? Aku hanya kelilipan saja," ujar Zahra yang berusaha menyangkal semuanya.
"Iya iya, aku tau, mana mungkin gadis tomboy seperti kamu menangis. Sebaiknya sekarang kamu tidur, aku akan pulang dulu," ujar Bisma.
"Kamu mau pulang kemana?" tanya Zahra.
"Kita tidak mungkin kan tidur satu kamar? Atau kamu memang berharap aku tidur di sini?" goda Bisma dengan mendekatkan wajahnya kepada Zahra sehingga membuat Zahra salah tingkah.
"Ma_mana mungkin seperti itu, lagian kita bukan muhrim. Hanya saja aku takut kamu kedinginan, apalagi sekarang kan musim hujan."
"Kamu tenang saja, sekarang aku sudah punya rumah, tuh di pohon beringin yang berada di belakang rumah ini. Jadi aku bisa selalu dekat dengan kamu. Gadis kecil, kalau begitu aku pulang dulu," ucap Bisma dengan mengusap lembut kepala Zahra sebelum dirinya menghilang.
Setelah kepergian Bisma, Zahra menghela nafas panjang, tapi dirinya merasa bahagia karena akhirnya Bisma kembali lagi ke sampingnya.
"Tuan iblis, meski pun kita berasal dari alam yang berbeda, tapi aku selalu berharap kita akan selalu bersama selamanya," gumam Zahra.
......................
Keesokan paginya, Bulan dan yang lainnya ke luar dari dalam rumah mendiang Bu Narsih, kerena saat ini di halaman rumah Bu Narsih sudah ramai dengan kedatangan para warga yang semalam dihantui oleh arwah Bu Narsih.
"Andini, ke luar kamu," teriak salah satu warga.
"Maaf semuanya, ada apa ya pagi-pagi begini sudah mencari Andini?" tanya Bulan yang merasa heran.
"Kamu jangan ikut campur, Andini harus bertanggung jawab atas kejahatan yang telah dilakukan oleh Narsih selama hidupnya, bahkan sudah mati saja, arwah Narsih masih datang untuk mengganggu kami," teriak salah satu warga.
"Astagfirullah Bu, Andini sedang berduka, bisa-bisanya kalian meminta pertanggungjawaban terhadap Andini," ujar Alexa.
Bintang, Sandi, dan Ali yang mendengar keributan, bergegas menuju halaman rumah mendiang Bu Narsih, karena mereka takut jika Bulan dan yang lainnya sampai terluka, sedangkan Risma yang mulai berubah menjadi jahat karena mendengar bisikan-bisikan Raja iblis, hanya tersenyum dan menjadi penonton dari kamarnya yang berada di lantai atas.
"Mohon tenang semuanya, kita bisa membicarakan semuanya baik-baik," ujar Sandi yang mencoba menenangkan para warga, apalagi saat ini Pak RT tidak berada di sana karena sakit.
"Memangnya kalian siapa berani-beraninya ikut campur urusan warga kampung ini?" tanya salah satu tetangga mendiang Bu Narsih.
"Kami memang buka warga kampung ini, tapi sebentar lagi Andini akan menjadi Keluarga kami, karena Andini adalah calon Menantu kami," ujar Sandi.
Semua warga yang berada di sana terdengar berbisik-bisik membicarakan Andini dan mendiang Bu Narsih, karena selama ini mereka selalu menganggap Bu Narsih dan keluarganya adalah pembawa sial.
"Kasihan sekali keluarga kalian, mau maunya kalian menerima Andini. Keluarga mendiang Narsih itu pembawa sial, hati-hati Pak, nanti Anaknya jadi tumbal," ujar para tetangga Bu Narsih.
Andini sebenarnya merasa kecewa, karena Ali hanya diam dan tidak ikut membelanya, padahal biasanya Ali akan langsung pasang badan untuk Andini.
"Astagfirullah, bisa-bisanya kalian berbicara seperti itu, pantas saja arwah Bu Narsih meneror kalian. Apa kalian pikir jika kalian mengganggu Andini, arwah Bu Narsih akan berhenti mengganggu kalian? Justru jika kalian mengganggu Andini, arwah Bu Narsih pasti akan terus-terusan datang mengganggu dan membalas perbuatan kalian," ujar Sandi sehingga membuat semuanya diam.
Bulan terbesit sebuah ide supaya arwah Bu Narsih tidak terus meneror warga sekitar rumahnya, apalagi Bulan merasa kasihan melihat Andini yang terlihat sedih dan ketakutan.
"Ibu dan Bapak sekalian, sebaiknya kita melakukan acara pengajian supaya arwah Bu Narsih berhenti mengganggu semuanya, siapa tau dengan begitu arwah Bu Narsih akan merasa tenang."
Semuanya kembali berbisik-bisik membicarakan usul Bulan, sampai akhirnya mereka menyetujui usul Bulan tersebut.
"Kalau begitu nanti malam kami akan datang ke sini mengikuti acara tahlil, siapa tau dengan begitu arwah Bu Narsih tidak akan meneror kami lagi," ujar salah satu tetangga mendiang Bu Narsih yang disetujui oleh semua tetangga lainnya.
Setelah semua masalah di atasi dengan baik, para tetangga Bu Narsih memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing, dan Andini tersenyum bahagia mendengar para tetangganya bersedia untuk mengikuti acara tahlil.
"Terimakasih banyak semuanya, aku tidak tau apa jadinya jika tidak ada kalian," ucap Andini dengan tersenyum sekaligus menitikkan airmata.
"Sayang, kita adalah keluarga, jadi sudah seharusnya kami selalu ada untuk kamu," ucap Alexa dengan memeluk tubuh Andini.
Risma yang merasa geram mengepalkan kedua tangannya, karena dia merasa tidak rela melihat Andini yang sudah mendapatkan lampu hijau dari Kedua orangtua dan keluarga Ali.
"Kenapa mereka lebih menyukai Andini dibandingkan dengan ku?" gumam Risma.
Ali yang dari tadi terus melihat ke arah Risma semakin merasa bersalah ketika melihat wajah Risma yang terlihat sedih.
Kasihan Risma, dia pasti sedih melihat keluargaku yang lebih menyukai Andini dibandingkan dengan dirinya, ucap Ali dalam hati.
Beberapa saat kemudian, handphone Bulan berbunyi, dan ternyata itu adalah telpon dari Dokter Anwar yang meminta Bulan supaya segera datang ke rumahnya.
"Sayang, siapa yang barusan telpon?" tanya Bintang.
"Dokter Anwar meminta aku supaya segera ke rumahnya. Beliau bilang Dokter Zacky seperti orang kebingungan dan terus berteriak menyebut nama Risma," jawab Bulan.
"Kalau begitu sekarang kita harus segera pergi ke rumah Om Anwar," ujar Bintang.
"Iya, kita juga sekalian beli makanan untuk acara tahlil nanti malam," ujar Bulan.
"Jangan lupa beli yang banyak untuk Kak Sandi yang tampan ini," ujar Sandi dengan cekikian sehinngga membuat Alexa, Bulan dan Bintang memutar malas bola mata mereka.
Sebelum berangkat, Bulan dan Bintang meminta kepada semuanya supaya merahasiakan kepergian mereka kepada Risma, karena Bulan akan mencoba mengeluarkan pengaruh susuk pemikat dari tubuh Dokter Zacky, tapi Risma muncul secara tiba-tiba sehingga membuat semuanya terkejut.
"Ada apa dengan Zacky?"
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Lee
Sebel bnget sma Ali y thor, gk kasihan Andini mlah ksihan sma Risma😤
2024-03-31
1
Sunshine
semangat terus Thor, ☕ dan vote mendarat
2024-02-19
2
Sunshine
karena Andini lebih baik daripada kamu
2024-02-19
1