Bab 4 ( Permadani terbang )

Bulan dan Bintang, celingukan saat mendengar suara Sandi yang minta tolong, tapi mereka tidak melihat keberadaan Sandi di sekitar sana.

"Sayang, sepertinya itu suara Kak Sandi deh, tapi dimana orangnya ya?" ujar Bintang.

"Iya bener, barusan aku juga mendengar suara Kak Sandi," ujar Bulan.

Sandi yang melihat Bulan dan Bintang dari atas pohon, kembali berteriak untuk memberitahu jika saat ini dirinya berada di atas pohon.

"Bulan, Kak Sandi di atas pohon gak bisa turun."

Bintang tertawa ketika melihat Sandi yang memeluk pohon erat-erat karena takut jatuh, dan Bulan langsung menyenggol tangan Bintang sehingga membuatnya berhenti tertawa.

"Kak Sandi tunggu sebentar ya, Bulan mau cari tangga dulu."

"Kamu tidak usah cari tangga, biar aku saja yang membantu Sandi turun," ujar Nyai Sekar Kemuning.

Sandi yang tidak melihat sosok Nyai Sekar Kemuning, begitu terkejut ketika ada yang menarik tubuhnya dari atas pohon, bahkan Sandi berteriak minta tolong lagi ketika dirinya tiba-tiba melayang.

"Lontong, lontong," teriak Sandi dengan memejamkan matanya, padahal saat ini dirinya sudah berada di bawah.

"Kalau mau lontong, nanti Bintang beliin, sekarang Kak Sandi diam dulu, jangan membuat kehebohan, ini masih Subuh."

"Sabda, aku tidak salah lihat kan? Ini beneran calon Adik ipar ku yang sebelas dua belas tampan nya dengan ku kan?" tanya Sandi dengan memegang kedua bahu Bintang.

"Iya Kak, aku Pangeran Sabda Alam."

"Syukurlah ternyata kamu masih hidup, aku kira kita tidak akan pernah bertemu lagi," ucap Sandi dengan memeluk tubuh Bintang.

Beberapa saat kemudian, terdengar ucapan salam, dan ternyata yang datang adalah Dewa dan Dokter Zacky.

"Sepertinya sekarang kamu punya saingan cinta," bisik Sandi pada Bintang ketika melihat Dokter Zacky yang terus menatap wajah cantik Bulan.

"Kak Sandi tenang saja, sekarang aku sudah menjadi manusia, jadi aku akan segera menikahi Bulan," ujar Bintang

Dewa dan Dokter Zacky menyalami Sandi dan yang lainnya, tapi saat Dokter Zacky mengulurkan tangannya kepada Bulan, Bintang langsung menjabat lagi tangan Dokter Zacky.

"Bulan itu calon Istriku, jadi jangan berharap kamu bisa menyentuhnya," tegas Bintang.

"Hadeuh, dasar bucin," sindir Sandi.

"Papa kapan datang?" tanya Dewa yang sebenarnya merasa heran kenapa Sandi bisa tiba-tiba berada di sana, padahal dari Jawa Timur membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di Jakarta.

"Tadi Papa sama Mama dijemput sama Kak Alex, kami melakukan teleportasi. Lumayan kan gak perlu ngeluarin ongkos," jawab Sandi dengan cekikikan.

"Oh iya, Dok tolong cepat periksa Ali, Andini, sama Kak Risma," ujar Bulan yang sudah menemukan Risma juga.

Bulan mengajak semuanya masuk ke dalam rumah Bu Narsih, kemudian Dokter Zacky memeriksa satu persatu pasien nya.

"Papa dari mana saja? Tadi Mama sama Kak Alex cari cari Papa," tanya Alexa yang saat ini tengah duduk di samping Ali.

"Papa nyangkut di atas pohon, Kak Alex sih malah lepasin tangan Papa," gerutu Sandi.

"Maaf Sandi, sepertinya tadi telah terjadi kesalahan teknis," ujar Alex dengan nyengir kuda.

Semuanya harap harap cemas menunggu hasil pemeriksaan Dokter Zacky.

"Dok, bagaimana kondisi mereka?" tanya Bulan.

"Kondisi mereka saat ini masih lemah, tapi Bulan tidak perlu khawatir, saya akan memberikan cairan infusan supaya tubuh mereka cepat pulih," jawab Dokter Zacky.

Bintang terlihat cemberut ketika melihat Bulan berbicara dengan Dokter Zacky, karena Bintang selalu merasa cemburu.

"Sudah, kamu jangan cemberut seperti itu. Kamu tenang saja, cinta Bulan hanya untuk kamu. Kamu harus tau, kalau Bulan sampai tidak bisa berbicara karena begitu terpukul saat berpisah dengan kamu, Ayah dan Bunda," ujar Sandi dengan menepuk bahu Bintang.

"Apa benar seperti itu?" tanya Bintang yang merasa terharu.

"Tentu saja. Oh iya, kamu bisa mengantar Kak Sandi ke kamar kos Ali gak? Soalnya malu juga cuma pake kolor," ujar Sandi.

Dewa yang mendengar perkataan Sandi, langsung memerintahkan Asisten nya membelikan pakaian baru untuk Sandi dan Alexa.

"Dewa sudah meminta Asisten buat beliin pakaian buat Mama sama Papa, untuk sementara gak apa-apa kan kalau Papa pake pakaian Ali dulu?"

"Gak usah ngerepotin Nak, Papa jadi gak enak, tapi rezeki gak beh ditolak juga kan," ujar Sandi dengan cengengesan.

"Sayang, aku antar Kak Sandi dulu ya ke kamar Ali sekalian kami akan langsung menemui Ketua RT supaya mengumumkan kematian Bu Narsih dan Bang Deni," ujar Bintang, dan Bulan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Oh iya, apa Kak Lexa mau ganti pakaian juga? Kalau mau Kakak bisa pake dulu punya Bulan."

"Gak usah sayang, Kakak begini saja," jawab Alexa dengan memeluk tubuh Bulan.

......................

Di tempat lain, saat ini Bisma dan Zahra tengah duduk di tepi danau setelah sebelumnya Bisma mengeringkan pakaian dirinya dan Zahra menggunakan kekuatan yang dia miliki.

"Ternyata Tuan iblis hebat sekali ya," puji Zahra ketika melihat Bisma menyalakan api supaya membuat tubuh mereka hangat.

"Kenapa sih kamu manggil aku Tuan iblis terus? Aku itu Pangeran iblis, meski pun aku tidak mau mengakuinya," ujar Bisma yang memang telah kabur juga dari Kerajaan iblis.

"Kamu itu lebih tepat dipanggil Tuan iblis, tidak mungkin kalau Pangeran iblis memakai kemeja sama jas," jawab Zahra.

Bisma menghela nafas panjang, karena sebenarnya Bisma ingin sekali menjadi manusia, makanya Raja iblis selalu murka dengan kelakuan Bisma.

"Zahra, sepertinya jadi manusia itu enak ya?" tanya Bisma.

"Kata siapa jadi manusia itu enak? Kamu tidak tau saja kalau aku sudah bosan hidup, apalagi saat semua orang terus membanding-bandingkan aku dengan kembaran ku," jawab Zahra dengan mata yang berkaca-kaca.

"Berarti nasib kita sama, karena aku juga selalu dibanding-bandingkan dengan saudaraku, makanya aku kabur saja dari Kerajaan iblis. Apa sekarang kamu memiliki tempat tujuan?" tanya Bisma.

Zahra terlihat berpikir, tadinya dia akan pergi ke rumah Alexa dan Sandi, tapi sebelumnya Zahra mendengar kalau Sandi dan Alexa pergi ke Jakarta.

"Tadinya aku ingin pergi ke rumah Paman dan Bibi ku di Jawa Timur, tapi aku takut kalau mereka masih belum pulang dari rumah Anaknya yang berada di Jakarta."

"Memangnya kamu tidak Sekolah?" tanya Bisma lagi.

"Seharusnya tahun ini aku sudah kelas dua SMA, tapi aku tinggal kelas selama dua tahun di SMP, makanya kemarin aku baru lulus SMP, padahal sebentar lagi umur ku tujuh belas tahun. Tuan iblis, apa kamu bersedia mengantar ku ke rumah Nenek dan Kakek?"

"Tentu saja boleh, kamu mau naik apa?"

Zahra terlihat berpikir, karena selama ini dia ingin sekali mencoba naik permadani terbang.

"Aku ingin mencoba naik permadani terbang," jawab Zahra.

Tring

Permadani terbang sudah ada di depan mata Zahra setelah Bisma menjentikkan tangannya, dan mata Zahra terlihat berbinar.

"Silahkan naik Tuan puteri," ucap Bisma dengan tersenyum sehingga membuat jantung Zahra berdetak kencang.

Deg deg deg

Kenapa jantung ku berdetak kencang saat melihat senyuman Tuan iblis?

*

*

Bersambung

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Cie..cie jadi Jinny oh jinny nih Zahra..🤭

2024-03-13

1

Mamah Kekey

Mamah Kekey

Zahra dan Bisma

2024-02-23

1

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Kalau ingat permadani terbang langsung keingat Aladdin
DinDut Itu Pacarku mampir

2024-02-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!