Permintaan Maaf Adelina

Keesokan harinya kantor tiba-tiba gempar oleh gosip jika sekretaris baru menghamili pacarnya, bahkan Adelina yang saat itu tengah berada di kantin melirik Fiola yang malah asik mendengarkan gosip tersebut.

"Fio, kok orang-orang bias tau? 'kan aku cuma cerita samamu," bisik Adelina membuat Fiola melebarkan senyumnya.

"Berita panas masa enggak dibagikan," jawab Fiola dengan enteng membuat tubuh Adelina menegang.

Apa yang akan dia lakukan? Bagaimana jika Rian--sekretaris baru, tau akan hal ini? Apa yang akan dia katakan kepada pria itu? Pasti dia akan marah kepadanya.

"Fio, aku cerita padamu siapa kamu jangan menceritakannya kepada orang lain!" tekan Adelina membuat Fiola menatap wanita itu dengan tatapan penuh keheranan.

"Udah terlanjur, lagian kenapa sih? Santai aja!"

Adelina terpaku, dia benar-benar tidak menyangka jika Fiola akan menyebarkan hal tersebut, bagaimana seandainya wanita itu tau jika dia tengah hamil? Pasti Fiola sendiri yang pertama kali memberitahukannya kepada orang-orang, ternyata, pertemanan mereka seperti ini.

"Mau ke mana?" teriak Fiola saat Adelina melangkahkan kaki pergi dari sana.

Adelina sama sekali tidak mengatakan apa-apa, dia terus melangkah menuju ruangannya sendiri, bahkan saat melihat Rian yang tengah fokus membuat rasa bersalah Adelina semakin menjadi, apa yang harus dia lakukan? Tidak Mungkin dia hanya diam saja, di sini dia yang salah ditambah Rian sudah begitu baik kepadanya.

"Yok bias, pasti bisa!" Adelina menyemangati dirinya sendiri lalu melangkah masuk dengan Jantung yang berdetak sangat kencang.

Saat melihat Adelina masuk ke dalam, Rian sempat mengalihkan pandangannya tetapi hanya sebentar, pria itu kembali fokus dengan pekerjaannya sendiri, dia juga tidak peduli akan kedatangan Adelina membuat Adelina semakin merasa bersalah, biasanya Rian akan bertanya kepadanya sekedar menanyakan apa menu di kantin.

"Rian," lirih Adelina dengan pelan, dia bahkan meremas kedua tangannya dengan perasaan yang tidak menentu, semoga Rian tidak marah! Lagian kalo Rian marah dia siap menanggung risikonya walau Rian menyuruhnya melakukan klarifikasi akan dia lakukan!

"Iya, kenapa Ad?" tanya Rian masih fokus.

Adelina menghela napas dengan pelan, kepalanya sedikit tertunduk tidak berani menatap Rian. Kata orang marahnya orang yang baik seperti Rian ingin sangat menakutkan!

"Aku--Aku minta maaf," lirih Adelina akhirnya.

Mendengar itu Rian mengerutkan keningnya, Adelina tidak melakukan kesalahan tetapi kenapa dia malah meminta maaf? Lagian dari pagi mereka baik-baik saja tidak ada masalah.

"Aku Enggak sengaja menyebarkan gosip jika kamu menghamili pacarmu!" Kata itu akhirnya keluar, Adelina memejamkan kedua matanya, air matanya bahkan mengalir tanpa dia sadari, tubuhnya sedikit gemetar karena takut Rian akan marah.

"Aku minta maaf!" serak Adelina dengan air mata yang tidak bisa dia tahan lagi.

Melihat Adelina yang menangis, Rian malah panik sendiri, dia berupaya menenangkan Adelina yang terus mengatakan kata maaf, jika Arkan tau dia membuat Adelina menangis, bisa tamat riwayatnya! Apalagi dia masih ingin hidup!

"Adelina, hei jangan menangis! Coba ceritakan dulu dengan jelas apa yang terjadi!" pinta Arkan dengan lembut, dia juga menarik kursi Adelina supaya wanita itu bisa duduk.

Dengan patuh, Adelina duduk, air matanya masih mengalir walau sudah tidak sederas tadi dan tubuhnya juga tidak gemetar lagi. Rian juga masih membujuk Adelina untuk berhenti menangis sambil sesekali melirik ke arah ruangan rkan, semoga Arkan tidak mengetahui hal ini!

"Aku enggak sengaja bilang kamu menghamili pacarmu, lalu sekarang semua orang di kantor membicarakan hal itu," cerita Adelina.

Hanya itu yang bisa Adelina katakan karena tidak Mungkin dia menyebutkan alasan kenapa dia mengatakan Rian menghamili pacarnya, bisa-bisa Rian akan tau jika dia tengah hamil.

"Sudah enggak apa-apa," bujuk Rian, nama baiknya tidak perlu dipedulikan, lagian itu hanya gosip dan akan bertahan Beberapa minggu saja, tetapi jika Arkan mengetahui Adelina menangis karenanya, hanya nama yang tertinggal, ayolah dia masih ingin hidup.

"Kamu enggak marah?" cicit Adelina dengan pelan karena sejak tadi tidak ada tanda Rian akan marah, pria itu malah menenangkannya dan menyuruhnya untuk tidak menangis.

"Tidak, aku tidak marah jadi berhenti menangis!" bujuk Rian yang diangguki oleh Adelina.

Perlahan, Adelina menghapus air matanya, dia menerima segelas air yang diberikan oleh Rian, setelah beberapa menit tenang barulah Adelina menatap wajah Rian, memastikan jika benar pria itu tidak marah.

"Aku benar-benar tidak marah, lagian hanya masalah itu kenapa aku harus marah?" ujar Rian masih menyakinkan Adelina jika dia tidak marah.

Perlahan dia menganggukkan kepala, Adelina masih ingat betapa menyakitkan saat semua orang megosipkan dirinya, menyebarkan fitnah jika dia menggoda Arkan, karena itu Adelina tidak kuasa menahan tangisnya, merasa menjadi wanita paling jahat karena sudah menyebar fitnah yang tidak dilakukan Rian walau sebenarnya bukan dia yang menyebarkan melainkan Fiola, tetapi tetap saja Fiola mengetahui hal tersebut darinya.

"Aku minta maaf," lirih Adelina lagi dan lagi.

Rian hanya menganggukkan kepala, setelah beberapa menit saling diam sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul membuat pria itu menatap Adelina dengan tatapan penasaran.

"Aku mau tanya, sebenarnya kamu punya hubungan apa sama pak Arkan?"

Adelina melototkan matanya, dia bahkan segera menggelengkan kepala dan mengatakan jika dia dan Arkan tidak punya hubungan apa-apa, kenapa semua orang berpikir jika mereka mempunyai hubungan? Dia dan Arkan hanya sebatas sekretaris dan atasan walau lebih sih karena Arkan membantu Adelina.

"Begitu, ya udah," balas Rian lalu kembali fokus dengan berkas-berkas yang sempat dia lupakan.

Sebenarnya Rian tidak mau menanyakan hal itu, tetapi saat Arkan memintanya untuk menjadi sekretaris, menyelesaikan urusan Perusahaan serta menjaga Adelina membuat Rian sedikit penasaran karena selama Bersama Arkan sangat jarang pria itu begitu perhatian kepada seorang wanita, apalagi jika dilihat memang Adelina cantik tetapi lebih cantik wanita yang pernah bersama Arkan, karena itu dia penasaran. Ditambah Adelina hanya sedikit mengurus pekerjaan, tentu saja semuanya dilimpahkan kepadanya.

"Pak Arkan itu--" Adelina mengigit bibir bawahnya, dia lalu menggelengkan kepala saat tatapan Rian beralih ke arah Adelina.

Dia tidak mau mengambil risiko dengan memberitahukan hal ini kepada Rian, dia dan Rian baru kenal, bagaimana jika Rian malah membocorkannya kepada semua orang? Bisa sana Rian balas dendam karena masalah ini 'kan?

Adelina kembali ke tempatnya, mengambil sebuah dokumen membuat Rian kembali fokus. Baru saja fokus, pintu ruangan mereka tiba-tiba terbuka, menampilkan wajah Arkan dengan tatapan datarnya. Kali ini Rian menelan selivanya, pasti dia dimarahi!

"Ke ruanganku!" tekan Arkan kepada Rian membuat pria itu hanya bisa pasrah, bahkan dengan langkah sedikit berat Rian mengikuti langkah kaki Arkan.

"KAMU APAKAN ADELINA SAMPAI DIA MENANGIS?"

"Tuh 'kan, aku yang salah!"

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!