Sekretaris Arkan

Pagi datang begitu cepat, Adelina yang berniat memasak nasi goreng tiba-tiba mengurungkan niatnya saat terdengar suara seseorang mengetuk pintu, awalnya dia keheranan, siapa juga yang mau datang pagi-pagi seperti ini? Mungkin dulu ada Dimas tetapi sekarang mereka sudah putus, lalu siapa yang datang?

"Pak Arkan?" Adelina menatap Arkan dengan tatapan tidak percaya, bahkan Arkan segera tersenyum lebar.

"Aku boleh masuk?"

Sedetik kemudian Adelina tersadar dan mempersilakan Arkan untuk masuk ke dalam, bukannya langsung duduk Arkan malah melangkah ke dapur seakan Arkan sudah hapal letak ruangan rumah Adelina, wanita itu sendiri malah melongo.

"Aku membeli bubur, kamu suka bubur?"

"Eh?"

Arkan mengalihkan pandangan menatap Adelina lalu kembali mengulangi pertanyaan yang sama, apakah Adelina suka bubur, karena sudah tersadar Adelina menganggukkan kepala tanda mengiyakan pertanyaan Arkan. Masalahnya maksud Arkan apa datang pagi-pagi lalu membelikannya bubur? Ini bukan hal yang wajar menurut Adelina untuk hubungan sekedar atasan dan bawahan, apalagi dia wanita yang tengah hamil, tidak pantas rasanya Arkan memberikan perhatian khusus seperti ini, atau apakah hanya Adelina saja yang baper dan berpikir seperti itu?

"Ayo makan! Kenapa hanya berdiri?" Suara Arkan terdengar membuat Adelina sedikit kaget menuruti ucapan Arkan.

Mereka berdua fokus makan tanpa ada percakapan sama sekali, sesekali bahkan Adelina melirik Arkan, padahal mereka baru kenal tetapi kenapa Arkan seperhatian ini kepadanya?

"Mana obatmu?" tanya Arkan setelah mereka selesai sarapan.

Adelina menunjuk obat yang dibicarakan oleh Arkan, pria itu malah melangkah ke sana serta mengambil beberapa butir obat untuk Adelina membuat wanita itu semakin melongo, apa-apaan ini? Jika seperti ini terus bisa saja Adelina baper sendiri.

"Terima kasih," ucap Adelina dengan tulus.

Setelah semuanya selesai, Arkan juga mengajak Adelina untuk berangkat ke kantor bersama membuat wanita itu hanya setuju-setuju saja, selama perjalanan menuju kantor tidak ada percakapan di antara mereka, Adelina fokus dengan pikirannya sendiri dan Arkan fokus menyetir. Setelah sampai di kantor, Adelina segera turun dan melangkah di samping Arkan, bahkan beberapa karyawan yang melihat itu menatap Adelina dengan tatapan tidak percaya.

"Terima kasih pak," ujar Adelina saat mereka akan berpisah karena ruangan Adelina sudah dekat.

Arkan menganggukkan kepala tanda jawaban, dia terus melanjutkan langkah sedangkan Adelina masuk ke dalam sebuah ruangan, baru saja dia duduk beberapa karyawan mendekati ke arah mejanya, apalagi Fiola yang sudah heboh duluan melihat Adelina dan Arkan datang bersamaan, bahkan ada beberapa karyawan yang melihat jika Adelina turun dari mobil Arkan.

"Ceritakan bagaimana kamu bisa bersama pak CEO!" tekan Fiola yang diangguki oleh yang lain, bahkan semua menatap Adelina dengan tatapan penuh harap membuat wanita itu ingin tertawa.

"Ceritanya panjang, tetapi intinya aku karyawan paling rajin makanya bisa bersama pak Arkan."

"Bohong banget!"

"Rajin apaan, suka tidur iya."

"Sok-sokan rajin, ayo bilang!"

Adelina tertawa pelan mendengar ocehan karyawan yang lain, apalagi Fiola yang paling tidak terima saat Adelina mengatakan hal tersebut, baru saja Adelina akan membuka suara, ketua lebih dulu datang membuat semuanya mau tidak mau bubar dulu.

"Tolong perhatiannya!"

"Adelina Raisha mulai sekarang kamu akan menjadi sekretaris CEO!"

"HAH?" teriak semua orang dengan tatapan mengarah ke arah Adelina.

Bahkan Adelina yang mendengar itu hanya menatap ketua dengan tatapan tidak percaya, apakah ketuanya tengah bercanda? Dia jadi SEKRETARIS CEO? Yang benar saja! Kenapa dia? Masih banyak yang pantas selain dirinya.

"Ketua serius?" tanya Adelina memastikan lagi jika pendengarannya tidak salah.

"Iya, cepat kemasi barangmu dan pindah!" tekan ketua seraya melangkah ke tempat duduknya.

Karena tidak mau dimarahi lagi, Adelina segera mengemasi barang-barangnya, bahkan sejak tadi dia tersenyum dan sesekali melirik Fiola sebagai tanda mengejek wanita itu. Fiola hanya bisa mendengus kesal, dia benar-benar iri dengan Adelina, mungkin bukan Fiola saja, hampir semua karyawan wanita itu kepada Adelina.

"Sini aku bantu!" tawar Fiola dengan sedikit pemaksaan, setidaknya bisa melihat CEO lagi, mungkin itu pemikiran Fiola.

Adelina yang sudah curiga dengan Fiola hanya menganggukkan kepala, setelah selesai membereskan semuanya, Adelina segera berpamitan kepada rekan kerjanya, tidak lupa pula kepada ketua.

"Kamu kasih pelet apa ke CEO?" tanya Fiola saat mereka melangkah menuju ruangan baru Adelina.

Adelina yang Mendengar itu hanya menggelengkan kepala, tentu saja dia tidak melakukan apa-apa kepada Arkan, dia sendiri heran kenapa Arkan bisa perhatian kepadanya. Saat mendekati ruangan Arkan, seorang pria sudah menunggu Adelina dengan tatapan tidak bersahabat, dia adalah sekretaris lama; Bayu, tampangnya memang selalu menakutkan, bahkan Adelina pernah dimarahi oleh Bayu.

"Itu ruanganmu! Lalu temui pak Arkan!" tekan Bayu seraya masuk ke dalam ruangan Arkan.

Adelina hanya menganggukkan kepala tanda setuju, bahkan setelah kepergian Bayu Kedua orang itu hanya bias menghela napas lega, sangat menakutkan berhadapan dengan pria itu.

"Yah, enggak bisa lihat pak CEO," keluh Fiola sedikit kecewa.

"Tapi semangat aja deh kerja sama pak Bayu, kamu tau sendiri dia seperti apa. Udah dulu ya, mau kerja dulu. Titip salam sama pak Arkan!" lanjut Fiola lalu melangkahkan kaki pergi dari sana.

Adelina tersenyum lebar, dia lalu merapikan barang-barangnya, bahkan dia dan Bayu satu ruangan. Adelina tidak bisa bayangkan betapa tersiksanya dia bersama Bayu. Tetapi jika ditolak, dia juga merasa tidak enak, kapan lagi bisa naik jabatan menjadi sekretaris?

Setelah semuanya selesai, Adelina melangkahkan kaki mendekati ke arah pintu, setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk oleh suara Bayu, barulah Adelina masuk dan tersenyum tipis kepada dua orang itu.

"Beberapa hari ini kamu akan dibantu oleh Bayu, saya harap kamu betah menjadi sekretaris saya!" ujar Arkan dengan senyum bersahabat.

"Tentu saja saya betah, pak!"

"Ehem!"

Adelina segera menutup mulutnya saat Mendengar suara deheman Bayu, ditambah lirikan tajam pria itu membuatnya seakan mati kutu, Tuhan selamatkan nyawa Adelina!

Setelah basi-basi beberapa kata, Adelina dan Bayu pamit dari ruangan Arkan, mereka akan sibuk mengurus pekerjaan masing-masing, bahkan jantung Adelina sejak tadi sudah berdetak sangat kencang, bukan karena jatuh cinta kepada Arkan tetapi tegang akan berhadapan dengan Bayu.

"Saya bahkan heran kenapa kamu bisa menjadi sekretaris dengan kemampuan biasa-biasa saja," sinis Bayu ketika mereka telah sampai di ruangan.

Adelina hanya mengelus dada dengan sabar, bahkan baru beberapa jam dia diangkat menjadi sekretaris tetapi mentalnya sudah diuji saja, semoga saja dia tidak stres bekerja dengan Bayu.

"Mohon bimbingannya pak Bayu," ujar Adelina dengan rasa hormat dan sopan, dia benar-benar tidak mau mencari masalah dengan pria itu.

Bayu hanya melirik Adelina dengan tatapan sinis, bahkan dia segera memerintahkan Adelina untuk mengerjapkan beberapa dokumen yang menurut Adelina cukup banyak.

"Selesaikan hari ini juga!"

"Baik, pak!" jawab Adelina cepat walau dalam hatinya mengeluh menatap berkas-berkas tersebut, apa dia bisa mengerjapkan itu semua?

"Mampus Adelina, nyawamu tidak tertolong lagi!" lirihnya pelan.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!