Kebencian Bayu

"Banyak banget, kapan selesainya ini?" keluh Adelina seraya mengacak rambutnya karena belum sampai tiga berkas yang dia kerjakan tetapi sudah membuatnya pusing saja, pekerjaan biasa saja dia kesulitan apalagi mengerjapkan berkas-berkas di luar kemampuannya? Lagian kenapa Arkan malah mengangkatnya jadi sekretaris? Gajinya memang besar tetapi pusingnya juga lebih besar.

"Adelina, ayo keluar!" ajak Arkan membuat wanita itu sedikit terkejut.

Bukannya langsung menjawab ajakan Arkan, Adelina malah terlihat bimbang dan menatap berkas-berkas yang ada di atas mejanya, dia jadi bimbang apakah semua ini akan selesai sampai besok, apalagi sekarang Arkan malah mengajaknya keluar tetapi kalo ditolak juga tidak mungkin juga.

"Baik pak!"

Adelina segera memasukkan ponsel dan beberapa barang ke dalam tas lalu melangkah mengikuti Arkan yang berjalan duluan. Sepanjang perjalanan semua mata memandang ke arah mereka berdua, bahkan saat melewati Fiola, Adelina sengaja menjulurkan lidahnya tanda mengejek Fiola, sedangkan wanita itu malah mengacungkan jari tengah ke arah Adelina.

Kedua orang itu masuk ke dalam mobil, sepanjang perjalanan tidak ada percakapan sama sekali, Adelina juga tidak berani bertanya, dia masih terheran-heran kenapa Arkan malah mengajaknya? Bagaimana jika malah bertemu klien? Adelina sama sekali tidak bisa!

"Ayo turun!" ajak Arkan membuat Adelina sedikit syok, bagaimana tidak? Sekarang mereka malah berhenti di sebuah Mall terbesar di kota mereka, bahkan gosip-gosipnya yang bisa berbelanja di sana hanya orang-orang kaya karena barang-barang di sana branded semua.

Setelah beberapa menit syok, Arkan kembali mengajak Adelina untuk turun yang diangguki oleh wanita itu, mereka berdua melangkah masuk, bahkan Adelina benar-benar dibuat tidak karuan saat pertama kali masuk ke dalam, kapan lagi dia bisa masuk ke sini?

"Kita mau ke mana, pak?" tanya Adelina akhirnya karena Arkan masih menyusuri beberapa toko bermerek, Adelina kira mereka akan bertemu dengan klien tetapi sepertinya tidak ada tanda-tanda seperti itu.

Kaki Arkan dan Adelina melangkah memasuki sebuah toko, bahkan dua wanita segera mendekati mereka. Arkan bahkan segera meminta Adelina untuk memilih beberapa pakaian membuat Adelina malah melongo, kenapa Arkan malah memintanya memilih pakaian?

"Bapak ingin memberikan hadiah? Untuk siapa pak?" tanya Adelina.

Untuk memilih pakaian dia harus tau untuk siapa Arkan memberikannya, siapa tau untuk klien, ibunya, adik, atau bahkan untuk kekasih. Jadi Adelina harus paham kepada siapa pakaian itu akan diberikan agar sesuai dengan selera penerima.

"Ambilkan saja sesuai seleramu!"

Walau Adelina masih keheranan, tetapi dia juga tidak mau membantah ucapan Arkan, kaki wanita itu melangkah menyusuri beberapa rak pakaian, setelah mendapatkan beberapa pakaian kali ini kening Adelina berkerut karena dia tidak tau berapa banyak yang harus dia ambil.

"Sudah pak," ujar Adelina ketika merasa sudah cukup.

Arkan yang melihat beberapa pakaian di tangan pramuniaga, dia malah menunjuk beberapa pakaian membuat salah satu pramuniaga segera mengambil pakaian yang ditunjuk oleh Arkan. Setelah pas, Arkan segera memberikan kartu berwarna hitam kepada salah seorang pramuniaga, barulah mereka keluar.

Adelina sama sekali tidak mengeluarkan suara, dia hanya mengikuti langkah kaki Arkan yang kali ini melangkah ke toko sepatu dan tas, bahkan lagi dan lagi dia menyuruh Adelina untuk memilih, ukuran sepatunya saja sesuai dengan kaki Adelina.

Setelah lelah berkeliling, kali ini mereka berdua tengah duduk di sebuah restoran, bahkan Arkan sendiri yang memesankan makanan untuk Adelina karena wanita itu tidak tau ingin memesan apa, namanya aneh kalo kata Adelina.

Lagi dan lagi tidak ada percakapan di antara mereka sampai akhirnya selesai makan dan mereka kembali ke mobil, bahkan saat mobil melaju membelah jalanan barulah Adelina tersadar jika Arkan bukan malah kembali ke kantor melainkan mengantarkannya pulang.

"Pak, Bukannya kita harus kembali ke kantor?" tanya Adelina dengan pelan yang digelengi oleh Arkan.

"Tidak usah, kamu istirahat saja!"

"Tapi--" Adelina mengigit bibir atasnya, dia benar-benar tidak enak mengatakan hal ini tetapi dia juga tidak mau dimarahi oleh Bayu.

"Saya masih mempunyai pekerjaan, pak. Masih ada beberapa dokumen yang harus saya selesaikan," lanjut Adelina akhirnya.

"Aku akan meminta Bayu untuk menyelesaikannya."

"Tidak usah pak!" panik Adelina saat Arkan mengatakan hal barusan.

Pasti Bayu akan semakin marah kepadanya jika Arkan memberikan pekerjaannya kepada Bayu, sedangkan Arkan yang mendengar nada panik Adelina hanya mengangkat sebelah alisnya lalu menghentikan mobil karena sudah sampai di tempat tujuan.

"Jangan khawatir, ada aku, kamu tidak usah takut!" Tangan Arkan mengelus rambut Adelina membuat tubuh wanita itu tiba-tiba menegang, dia hanya menatap Arkan dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, jantungnya berdetak sangat kencang bahkan tanpa dia sadari pipi wanita itu tiba-tiba memerah seperti kepiting rebus.

"Kamu sakit? Wajahmu memerah," ucap Arkan tiba-tiba membuat Adelina segera mengalihkan pandangannya dari Arkan.

Sebelum Arkan kembali membuka suara, Adelina sudah terlebih dahulu turun dan berpamitan untuk masuk ke dalam rumah, dia bahkan tidak mempedulikan Arkan yang segera melajukan mobil menuju perusahaan. Setelah hampir setengah jam mengendarai mobil, kaki Arkan turun dari mobil, dia sesekali membalas sapaan dari para karyawan.

"Bayu, tolong kerjakan ini!" ujar Arkan seraya meletakkan dokumen yang ada di atas meja Adelina ke meja Bayu.

Bayu yang disuruh seperti itu awalnya sedikit terkejut, dia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru mencari keberadaan Adelina.

"Bukankah itu pekerjaan Adelina? Ke mana dia?" tanya Bayu dengan tatapan penasaran, jelas saja dia tidak mau mengerjapkan dokumen tersebut karena pekerjaannya semakin bertambah dan otomatis dia harus lembur.

"Dia sudah pulang. Satu lagi, aku mengangkatnya bukan mengerjapkan tugasmu, dia sekretarisku dan hanya aku yang bisa memberikannya pekerjaan!" tekan Arkan dengan tatapan datar membuat Bayu sedikit kaget melihat tatapan Arkan barusan, baru kali ini dia melihat Arkan seperti itu.

"Baik, pak!" jawab Bayu akhirnya.

Pria itu segera mengambil dokumen yang dikerjakan Adelina, sedangkan Arkan segera melangkahkan kaki menuju ruangannya, dia duduk sebentar lalu keluar lagi dari perusahaan, mengendarai mobil menuju suatu tempat.

"Adelina sialan!" maki Bayu setelah kepergian Arkan.

Dia benar-benar tidak menyangka akan ditegur oleh Arkan hanya karena menyuruh Adelina mengerjakan beberapa dokumen, sudah dipastikan jika wanita itu mengadu kepada Arkan. Baru kali ini dia merasa kewibawaan dirinya hilang begitu saja hanya karena seorang karyawan biasa, ingat! KARYAWAN BIASA!

"Adelina, kamu tunggu saja!" geram Bayu membuat dirinya semakin membenci Adelina.

Untuk sampai di titik ini butuh perjuangan panjang untuknya, tetapi Adelina? Hanya lulusan kampus biasa saja dan kemampuan biasa saja bisa menjadi sekretaris yang setara dengannya? Sangat tidak masuk akal!

"Aku tidak akan membuat hidupmu tenang!"

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!