Pria Berbaju Hitam

Walau sakit tetapi sesuai permohonan Dimas, Adelina memohon kepada Arkan untuk memecat siapapun apalagi Bayu dan Riska, awalnya sulit membujuk Arkan tetapi akhirnya pria itu mau juga walau sebenarnya Alex yang setuju. Karena tidak jadi pemecatan, akibatnya Bayu dan Riska turun jabatan, Bayu dan Riska hanya menjadi karyawan biasa sedangkan karyawan lain dipotong setengah gajinya atas kejadian itu.

Semenjak itu tidak ada lagi yang berani menggosipkan Adelina lagi bahkan tidak ada yang berani berbuat yang tidak-tidak kepadanya, posisi sekretaris juga telah diganti oleh orang lain, Adelina juga tidak terlalu dekat dengan pria itu tetapi sebenarnya dia anak buah Arkan sendiri.

Satu bulan berlalu begitu saja, tidak ada yang spesial, hanya kedekatan Adelina dan Arkan saja yang terlihat semakin dekat, ditambah Adelina rasa berat badannya sedikit bertambah begitu pula dengan nafsu makannya, seperti malam ini wanita itu malah ingin makan pecal lele langganannya.

"Pecal lele satu bungkus," ucap Adelina saat ada di warung langganan.

Pria tua mengangkat jempolnya menandakan akan segera membuat pesanan wanita itu, sedangkan Adelina segera membuka ponsel melihat beberapa notif dari aplikasi hijau lalu membuka aplikasi berwarna hitam sampai akhirnya pesanannya siap.

"Terima kasih," ujar Adelina dengan senyum mengembang membuat pria itu tersenyum lebar.

Setelah itu baru Adelina melangkahkan Kakinya pergi dari sana, dia terbiasa berjalan kaki membeli pecal lele karena jarak dari tempatnya tinggal dan warung tidak terlalu jauh, hanya berjalan sepuluh menit. Tetapi malam ini benar-benar ada yang aneh, entah kenapa lampu di depan sebuah bangunan tua tidak hidup, padahal biasanya hidup.

Adelina melangkahkan kakinya lumayan cepat, pasalnya di depannya sekarang ini dia dapat melihat tiga pria yang malah melangkah mendekatinya, sudah sejak tadi dia berharap ada seseorang yang lewat atau tidak semoga tiga pria itu tidak menganggunya, dia tidak mau terjadi hal yang tidak-tidak, ditambah jika diperhatikan keadaan lumayan sepi.

"Hai cantik, sendirian aja?" Seorang pria menghadang jalan Adelina membuat wanita itu berniat mengeserkan tubuhnya ke samping tetapi dihalang oleh dua pria lainnya.

"Minggir! Aku mau lewat!" tekan Adelina dengan tatapan tajam, walau sebenarnya dia takut tetapi dia tidak mau terlihat lemah, bisa saja tiga pria ini semakin semangat jika dia terlihat lemah.

"Cantik-cantik kok galak, ayolah sini duduk dulu bersama kami." Tangan pria paling depan menyentuh dagu Adelina membuat wanita itu melototkan kedua matanya, jika dia lama-lama di sini mungkin akan terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Jangan kurang ajar ya, aku bisa laporkan kalian ke polisi!" ancam Adelina seraya mengangkat ponselnya, di saat dia mengetuk nomor polisi, pria paling depan memberikan isyarat membuat dua pria lainnya dengan tiba-tiba mengengam kedua tangannya, reflek saja wanita itu berteriak minta tolong karena benar-benar tidak menyangka jika mereka berani melakukan hal tersebut.

Suara teriakan Adelina semakin menggema, ditambah dua pria itu malah menariknya menuju bangunan tua itu membuatnya semakin panik, bahkan air matanya sudah mengalir, dia benar-benar tidak tau akan melakukan apa ditambah tidak ada seorangpun yang mendengar suara teriakannya.

"Aku mohon lepaskan aku!" pinta Adelina masih berupaya memberontak.

Bukannya kasihan, tiga orang itu malah tertawa cukup keras, mereka malah mengatakan tidak sabar bermain-main dengan tubuh Adelina membuat wanita itu menegang, pikiran buruk sudah merasuki dirinya dan sekarang yang terpikirkan adalah bagaimana cara lepas dari ketiga orang tersebut.

Tetapi sial, jarak bangunan dengan dirinya semakin dekat, bahkan tubuhnya sudah dimakan oleh kegelapan malam, soalnya sampai saat sekarang ini tidak ada yang mendengar suara teriakannya, apakah semua orang sudah menghilang? Dia benar-benar butuh pertolongan!

"Siapapun, TOLONG!" teriak Adelina untuk kesekian kalinya.

Kali ini harapannya mulai menipis, dia masih berupaya memberontak walau tenaganya mulai hampir habis, bahkan air matanya sudah kering begitu saja dan suaranya mulai serak. Ketiga pria itu malah tertawa penuh kemenangan melihat Adelina begitu menderita.

Di saat genting seperti itu, dengan cepat bahkan tanpa bisa Adelina pahami apa yang terjadi, suara tembakan terdengar bersamaan suara teriakan kesakitan dari pria yang memegang tangan kanannya, bahkan sedetik kemudian juga tangannya dilepas oleh pria itu.

Saat masih mencerna apa yang terjadi, pria di samping kirinya tiba-tiba tersungkur ke depan saat seorang pria berpakaian serba hitam menendang pria jahat itu dari belakang, otak Adelina masih mencerna apa yang terjadi sampai-sampai saat seorang pria berpakaian hitam itu menarik tangannya, dia sama sekali tidak berteriak atau memberontak.

"Siapa kalian? Lepaskan wanita itu!" teriak pemimpin penjahat tadi, jika keadaan terang mungkin Adelina bisa melihat wajah pucat pria itu, bahkan dia perlahan berjalan mundur ke belakang walau dua pria hitam lainnya sudah menangkap pria penjahat itu dari belakang.

"Siapa kalian?" lirih Adelina pelan lalu segera memejamkan kedua matanya karena tidak sadarkan diri, dia terlalu syok untuk mencerna kejadian barusan ditambah tenaganya yang berkurang membuat Adelina menjadi lemah.

Perlahan, Adelina membuka matanya, hal yang pertama kali dia lihat adalah ruangan putih dan seorang pria yang tengah duduk di sebuah sofa tidak jauh dari tempatnya berbaring, Adelina sejenak terdiam memikirkan apa yang terjadi sampai akhirnya dia ingat sesuatu jika terakhir kali ini pingsan!

"Kenapa aku ada di sini? Mana orang-orang itu?" lirih Adelina seraya duduk.

Arkan yang mendengar suara Adelina segera melangkah mendekati wanita itu, dia membantu Adelina untuk duduk dan memberikan segelas air minum.

"Untung saja kamu baik-baik saja, tidak usah pikirkan mereka, lebih baik focus saja dengan kesehatanmu!" ucap Arkan seraya mengelus rambut Adelina membuat wanita itu hanya menganggukkan kepala dengan patuh.

Sebenarnya saat Adelina pingsan, Alex sendiri yang datang dan langsung membawa wanita itu ke Rumah Sakit. Tiga pria yang menganggu Adelina di bawa ke ruangan bawah tanah untuk dieksekusi oleh Alex nantinya, dia yakin tiga pria itu bukan preman biasa melainkan suruhan dari seseorang.

Setelah mengantarkan Adelina dan menjaganya sepanjang malam, barulah keesokan harinya Alex meminta Arkan datang karena malam itu Arkan tengah sibuk mengurus sesuatu dan tidak bisa diganggu karena itu Alex sendiri yang turun tangan.

Alex sendiri tidak menyangka jika hal ini terjadi, untung saja pria-pria suruhannya itu dapat menyelamatkan Adelina, jika tidak mungkin Arkan juga akan ikutan terlibat.

"Apa yang terjadi tadi malam? Ada banyak pria berpakaian hitam menolongku, siapa mereka?" tanya Adelina ketika ingat jika malam tadi hampir terjadi hal buruk kepadanya.

"Mulai sekarang, aku akan menjagamu," lirih Arkan membuat Adelina menatapnya dengan tatapan tidak percaya, apakah Arkan serius?

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!