CEO Baru

Seminggu berjalan begitu cepat tetapi begitu menyiksa untuk Adelina, karena HRD alias selingkuhan Dimas selalu mempersulit plus memamerkan kemesraan di kantor membuat hati kecil Adelina sering meringis walau masih dia kuat-kuatkan dengan mengatakan jika dia bisa tanpa Dimas.

Tidak ada yang berubah, hanya saja Adelina masih beradaptasi dengan kehidupannya tanpa Dimas walau sebenarnya dia kadang merasa jika ada yang mengawasi dia tetapi kembali ke awal hanya perasaannya saja.

Hari ini semua orang berdiri di depan kantor menyambut seorang pria alias CEO baru yang kabar-kabarnya sangat tampan. Adelina sebenarnya tidak peduli dengan CEO baru mereka ini karena sejak dua hari yang lalu dia merasakan perutnya yang serasa ingin muntah, bahkan sudah dua hari saat bangun dari tidur dia mual-mual terus, ditambah nafsu makannya yang menurun membuat energi Adelina seakan terkuras habis.

"Selamat datang CEO!"

Semua orang bertepuk tangan saat seorang pria melangkah masuk, bahkan beberapa wanita mulai berbisik akan ketampanan CEO mereka ini, lain dengan Adelina, dia malah menahan mulutnya seperti akan muntah.

"Eh, mau ke mana?" bisik Fiola kepada Adelina saat melihat wanita itu sudah pergi begitu saja membuat Fiola hanya melongo keheranan, dia tau kondisi Adelina yang akhir-akhir ini kurang baik.

Setelah beberapa menit berada di toilet, wanita itu melangkah keluar, dia menjatuhkan tubuhnya di atas kursi dengan helaan panjang, jujur saja dia capek berada di situasi ini.

"Kenapa enggak pergi berobat aja?"

Adelina secara pelan menggelengkan kepala, dia tidak suka ke Rumah Sakit, dulu jika dia sakit pasti Dimas yang merawatnya, sekarang dia hanya bisa merawat diri sendiri.

"Tau enggak? CEO kita tampan banget," bisik Fiola tetapi tidak dipedulikan oleh Adelina, saat ini dia hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaannya lalu pulang untuk beristirahat.

Apa pedulinya dengan ketampanan CEO baru? Lagian tidak bisa dia miliki juga jadi percuma. Fiola masih saja mengoceh Bersama beberapa karyawan wanita, apalagi jika bukan membahas CEO tampan yang mungkin akan menjadi hot topik selama seminggu.

"Adelina!"

Dengan terpaksa Adelina mengangkat kepala, matanya menatap ketua yang sesuai dugaan dirinya hanya akan menambah pekerjaan saja.

"Selesaikan dokumen ini hari ini juga!" Dua dokumen tebal seketika sudah terletak di atas mejanya membuat wanita itu melototkan Kedua mata, apakah ketuanya ini tidak tau jika dia sedang tidak enak badan dan ingin segera beristirahat?

"Ketua, aku tidak bisa lembur malam ini, aku kurang enak badan," alasan Adelina berharap ketua akan mengerti.

Tetapi tetap, harapan hanya tinggal harapan, ketua malah tidak mempedulikan dirinya dan mengatakan jika itu semua hanya alasan Adelina saja. Tuhan, jika bisa Adelina menangis ingin rasanya dia menangis, kenapa tidak ada yang kasihan kepadanya? Belum lagi perutnya yang terus-terusan merasa mual dari tadi pagi dia belum makan sama sekali.

Waktu berlalu dengan cepat, lagi dan lagi hanya wajah lesu yang Adelina tampilkan, saat makan siang dia hanya makan sedikit karena benar-benar tidak ada selera, belum lagi nanti dia lembur membuat mood-nya semakin hancur saja.

"Kamu yakin mau lembur?" Fiola menatap Adelina yang masih fokus dengan dokumen di tangannya.

Dengan anggukan pelan Adelina menjawab pertanyaan Fiola, lagian dia bisa apa? Dari pada besok dia dimarahi lebih baik dia lembur saja, lagian dia rasa masih sanggup untuk lembur.

"Ya udah, jangan memaksakan diri. Aku pulang dulu." Fiola menepuk pundak Adelina yang diangguki oleh wanita itu.

Satu persatu karyawan segera pulang, bahkan di ruangan ini hanya tinggal Adelina seorang, sebenarnya dia tidak takut lembur sendirian, hanya saja jika dia tengah lembur seperti ini pasti Dimas menemaninya.

"Sial, kenapa aku harus memikirkan pria itu sih!" kesal Adelina lalu kembali fokus dengan dokumen di tangannya.

Waktu kembali berlalu, tanpa terasa perut Adelina tiba-tiba berbunyi membuat wanita itu menghentikan kegiatannya, dia melirik ponsel yang menampilkan pukul Sembilan malam, ternyata sudah selama ini dia fokus bekerja.

Saat Adelina mengedarkan pandangannya, dia baru menyadari hanya dirinya sendiri yang tengah lembur, perasaan takut mulai datang, bagaimana jika terjadi hal yang tidak-tidak? Sialnya saat seperti ini Adelina malah mengingat ucapan Fiola jika perusahaan memang ada penunggunya.

"Fiola sialan, kenapa juga aku harus ingat ucapannya?" keluh Adelina seraya membuka ponselnya.

Lebih baik dia mengurus perutnya yang tengah lapar, saat tengah asik melihat-lihat makanan yang ada, telinga Adelina tiba-tiba Mendengar langkah kaki membuat tubuh wanita itu menegang, bahkan dengan perasaan takut dia perlahan memutar kursi.

Tepat di hadapan Adelina seorang pria melangkah ke arahnya, dengan cepat Adelina berdiri, dia menatap wajah pria itu dengan tatapan takut, siapa pria itu?

"Siapa kamu? Kamu mau apa? Aku bisa aja teriak minta tolong!"

"Aku Arkan, CEO baru."

"Eh?"

Adelina mengerjapkan kedua matanya, saat penyambutan Arkan, dia tidak terlalu fokus karena perutnya yang tengah mual, kali ini saat melihat CEO baru dari dekat, Adelina akui sangat tampan.

"Maaf pak, saya benar-benar tidak tau jika bapak CEO baru kami!"

"Santai saja. Ngomong-ngomong kamu hanya lembur sendiri?" Tatapan Arkan beredar ke segala arah, memang hanya Adelina saja yang dia lihat lembur.

"Iya, kebetulan yang lain sudah pulang," jawab Adelina dengan senyum yang sedikit dipaksakan, entah kenapa akhir-akhir ini dia merasa ketua memang sangat tidak adil, banyak pekerjaan yang diberikan begitu saja kepadanya, tidak jarang Adelina harus lembur sendirian.

"Jangan terlalu memaksakan diri, aku lihat kamu sedikit pucat."

Adelina segera mengambil cermin, saat melihat wajahnya sendiri memang apa yang dikatakan Arkan, dia memang pucat, padahal Adelina merasa dirinya baik-baik saja, kenapa bisa pucat?

"Mungkin karena belum makan, pak," balas Adelina dengan sopan.

Kali ini Arkan menganggukkan kepala, kali ini hanya keheningan yang menyelimuti kedua orang itu, Adelina juga tidak tau akan mengatakan apa, malahan dia merasa sedikit canggung hanya berdua saja dengan Arkan.

"Jika begitu saya lanjut bekerja, pak," ujar Adelina tetapi digelengi oleh Arkan.

"Simpan saja, ayo aku traktir!"

Adelina melongo, saat melihat senyum dan kembali mencerna ucapan Arkan baru wanita itu tersadar dan segera menganggukkan kepala, kapan lagi makan Bersama CEO tampan? Jika Fiola tau akan hal ini pasti wanita itu akan berteriak histeris.

"Baik, pak. Saya bereskan ini dulu!" Dengan cepat Adelina membereskan dokumen-dokumen tersebut, memasukkan ponsel, cermin serta beberapa alat make up ke dalam tas, saat merasa tidak ada yang tinggal Adelina segera melangkah mendekati Arkan.

"Ayo pak! Saya ...." Adelina secara tiba-tiba memegang kepalanya, dia merasa kepalanya mulai memberat bahkan pandangannya perlahan mulai berkunang-kunang, tanpa Adelina sadari pandangannya seketika berubah jadi gelap.

"Adelina!"

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!