Jangan Jatuh Cinta!

Pagi ini entah kenapa Adelina tiba-tiba sangat ingin memasak nasi goreng, wanita itu bahkan sejak tadi sudah sibuk berkutat dengan alat masaknya bahkan bias dibilang sejak pagi dia sudah tersenyum lebar tidak sabar untuk memberikan masakannya kepada Arkan.

Setelah satu jam berlalu, Adelina memasukkan kotak makanan ke dalam tasnya, dia segera mengecek ponsel apakah ada notifikasi dari Arkan karena biasanya jika akan menjemputnya, dia selalu memberitahu Adelina, tetapi karena tidak mendapatkan satupun notifikasi, Adelina hanya menghela napas pelan, dia sedikit kecewa karena Arkan tidak ada menghubunginya, apalagi melihat jam sudah seharusnya dia berangkat.

"Tunggu sebentar lagi aja," lirih Adelina seraya duduk di ruang depan, dia masih saja sedikit risau dan sesekali melirik keluar, siapa tau Arkan tiba-tiba datang.

Tetapi harapan hanya tinggal harapan, pria itu tidak kunjung datang, karena takut telat, Adelina segera memesan gocar, siapa tau pria itu sudah ada di kantor. Sepanjang perjalanan, Adelina terus membesarkan hatinya, mengatakan jika Arkan sudah ada di kantor, dia berupaya tersenyum untuk menyenangkan hati.

"Terima kasih pak!" ujar Adelina setelah membayar.

Wanita itu dengan semangat melangkah memasuki kantor, dia sesekali membalas sapaan dari beberapa karyawan bahkan Adelina hanya menyapa Fiola karena tidak sabar akan bertemu dengan Arkan.

"Loh, pak Arkan belum datang?" tanya Adelina saat melihat ruangan Arkan kosong, padahal biasanya Arkan sudah datang beberapa menit yang lalu, lagian pria itu tidak biasa terlambat.

"Pak Arkan? Hari ini pak Arkan tidak datang," jawab sekretaris baru Arkan.

Mendengar itu Adelina tersenyum tipis, setelah mengucapkan terima kasih dia melangkah menuju tempatnya duduk, bahkan wanita itu tersenyum kecut karena perjuangannya bangun pagi-pagi berakhir sia-sia.

Adelina hanya melihat kotak nasi yang ada di atas mejanya, dia tidak tau akan bereaksi seperti apa, harusnya dia tidak sedih tetapi karena efek hamil air matanya tiba-tiba saja jatuh, mood Adelina benar-benar berantakan membuat sekretaris yang melihat itu melangkah mendekati Adelina, selama Arkan tidak ada di kantor dia yang diperintahkan untuk menjaga Adelina, walau dia kurang tau alasannya tetapi dia tetap melaksanakan perintah Arkan.

"Kenapa menangis? Masih pagi," ujarnya membuat Adelina sedikit kaget lalu segera menghapuskan air mata.

Dia tersenyum kecut lalu mengatakan tidak apa-apa, sedangkan dia segera mengambil kotak nasi yang ada di atas meja.

"Nasi goreng, kamu memasaknya?" tebaknya yang diangguki oleh Adelina.

Setelah meminta izin untuk mencobanya, barulah dia segera menyendokkan nasi goreng masuk ke dalam mulut.

"Enak kok, kenapa Enggak dimakan?" tanyanya membuat Adelina sempat melirik ruangan Arkan membuat pria itu menganggukkan kepala, sepertinya dia tau untuk siapa nasi goreng ini.

Tidak ada lagi percakapan, bahkan pria itu masih saja fokus memakan masakan Adelina membuat wanita itu ngiler sendiri dan akhirnya ikut makan, Kedua orang itu akhirnya makan bersama.

"Sepertinya kamu suka sama pak Arkan," ucapnya tiba-tiba membuat Adelina hampir saja terbatuk, untuk saja dia sudah menelan makanannya.

Adelina melototkan matanya, kenapa dia bisa mengatakan hal itu? Dia tentu saja tidak menyukai Arkan, ditambah Arkan itu sosok yang sempurna, dia bisa saja mendapatkan wanita lebih darinya, apalagi dia hanya wanita hamil yang tidak diketahui siapa ayah dari anaknya.

Memang Adelina akui selama ini Arkan sangat baik kepadanya dan juga sesekali dia sedikit baper kepada Arkan, tetapi itu tidak akan menjadi alasannya untuk menyukai Arkan, dia sama sekali tidak pantas untuk Arkan!

"Pipimu memerah!"

"EH?"

Dengan cepat Adelina mengambil cermin, memang benar saat ini pipinya tengah memerah, Adelina benar-benar malu! Kenapa dia bisa baper di saat seperti ini? Sedangkan pria itu segera menghabiskan segelas air yang ada di dekatnya, setelah itu barulah dia menatap Adelina dengan tatapan serius.

"Jangan jatuh cinta kepada pak Arkan!" tegasnya membuat Adelina menatapnya dengan tatapan penasaran.

"Kenapa?" cicit Adelina dengan pelan.

"Intinya jangan!" tekannya lagi lalu melangkahkan kaki kembali ke tempatnya duduk, tidak lupa juga mengucapkan terima kasih. Sedangkan Adelina hanya menatapnya dengan tatapan penuh penasaran.

Tidak mungkin dia tau jika Adelina tengah hamil 'kan? Adelina rasa dia tidak akan tau, tetapi kenapa dia mengatakan hal barusan? Apakah salah jika jatuh cinta?

Adelina hanya menghela napas dengan pelan, lagian jika diingat memang dia tidak pantas jatuh cinta kepada Arkan, pria itu terlalu sempurna untuknya yang banyak kekurangan. Adelina kembali focus bekerja, sesekali dia akan bertanya kepada sekretaris baru jika dia tidak paham, waktu terus berlalu, saat akan memasuki jam pulang, pintu ruangan mereka tiba-tiba diketuk, menampilkan seorang wanita yang tersenyum ramah mendekati Adelina.

"Untuk bu Adelina," ujarnya seraya memberikan sebuah paperbag, Adelina awalnya sedikit keheranan siapa yang mengirimnya?

"Dari siapa?" tanya Adelina seraya menerima paperbag tersebut.

"Kata kurirnya dari pak Arkan."

Seketika senyum Adelina terbit, dia mengucapkan terima kasih dengan penuh semangat, bahkan mood-nya berubah dramatis karena mendapat kiriman dari Arkan. Bahkan dengan cepat dia melihat isi paperbag tersebut.

Kening Adelina sedikit mengerut saat melihat sebuah gaun berwarna hitam ada di sana, untuk apa Arkan memberikannya gaun? Apa pria itu mau mengajaknya jalan-jalan? Dinner? Atau kencan? Membayangkannya saja sudah membuat Adelina akan melayang.

Baru saja memikirkan alasan Arkan memberikannya tiba-tiba sebuah pesan dari Arkan datang, dengan cepat Adelina membukanya. Ternyata nanti malam ada acara perayaan sebuah perusahaan karena dia diundang makanya Arkan mengajak Adelina, tetapi jujur walaupun karena alasan itu dia tersenyum dengan lebar, di sana Arkan juga mengatakan akan menjemputnya nanti malam.

"Aku pulang dulu," ucap Adelina seraya menyambar tasnya, dia juga sempat melambaikan tangan ke arah sekretaris baru tersebut.

Adelina harus tampil cantik! Dia tidak mau mempermalukan perusahaan apalagi Arkan, pokoknya dia harus tampil sempurna sehingga nanti malam Adelina pantas bersama Arkan.

"Aku duluan!" teriak Adelina saat melewati Fiola membuat wanita itu melototkan matanya, bisa dibilang Fiola sedikit iri dengan Adelina yang bahkan jarang terlihat lembur dan selalu terlihat bahagia, tidak seperti dirinya yang selalu lembur dan semakin terlihat tua.

Setelah menghentikan taksi, Adelina segera menyebutkan lokasinya, dia tidak akan pulang tetapi ke salon dulu untuk memperbaiki diri alias perawatan. Selama satu jam lebih berada di salon, sekarang dia segera melangkahkan kaki masuk ke dalam rumahnya, duduk di meja rias seraya mengoleskan wajah dengan make up tipis, sesekali matanya juga melirik jam berharap Arkan datang saat dia selesai dandan.

Setengah jam kemudian setelah Adelina siap suara ketukan pintu terdengar membuat Adelina tersenyum lebar, dia segera berlari ke arah pintu depan.

"Pak Arkan sudah---"

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!