Dimas di Rumah Sakit

"Dok, apa saya bisa pulang?" tanya Adelina setelah dokter memeriksa dirinya.

Awalnya dokter terlihat ragu, tetapi karena paksaan dari Adelina, dokter memperbolehkan wanita itu pulang dengan syarat Adelina harus meminum beberapa obat serta tidak melakukan hal-hal bodoh seperti makan nanas muda lagi. Setelah disetujui oleh Adelina barulah dokter memperbolehkan wanita itu pulang.

"Apa aku kabari pak Arkan juga?" lirih Adelina pelan.

Sebenarnya Arkan belum memperbolehkannya untuk keluar dari Rumah Sakit, tetapi Adelina merasa tidak enak lama-lama di sini, apalagi kamar yang dipesan oleh Arkan adalah VIP dan Arkan sendiri yang menanggung biaya Rumah Sakitnya, Adelina tidak sanggup menerima kebaikan Arkan terus menerus.

Setelah selesai membereskan semua barang-barangnya, Adelina melangkah keluar dari kamar dengan perasaan yang masih tidak menentu, dia sekarang dilanda kebingungan karena janin yang ada di kandungannya masih ada, apa yang harus dia lakukan?

Saat tengah memikirkan kemungkinan yang terjadi, kaki Adelina berhenti melangkah saat melihat seorang pria baru saja keluar dari sebuah ruangan, dia sangat mengenali pria tersebut, pria sialan yang sudah membuat hati kecilnya menangis setiap malam.

"Dimas!"

Dimas yang baru saja keluar dari ruangan dokter sedikit terperanjat kaget mendengar suara yang tidak asing memanggilnya, saat membalikkan badan mata pria itu segera melihat Adelina yang melangkah ke arahnya, ternyata benar, suara itu adalah suara Adelina.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Dimas saat Adelina sudah ada di hadapannya, wajah pria itu sedikit panik melihat Adelina ada di Rumah Sakit.

Jujur saja dia tidak menyangka akan bertemu dengan Adelina karena Dimas meminta izin libur untuk ke Rumah Sakit, siapa sangka Adelina ternyata juga ada di sini, dia belum sanggup berbicara dengan Adelina karena sadar atas apa yang telah dia lakukan.

"Aku kurang enak badan, makanya ke rumah sakit, kamu sendiri?"

"Sekarang bagaimana? Udah baikkan? Kenapa bisa sakit? Kamu enggak makan teratur?" panik Dimas membuat Adelina sedikit mematung, barulah beberapa detik kemudian Dimas tersadar akan ucapannya lalu mengucapkan kata maaf.

Keadaan menjadi canggung, Adelina benar-benar dibuat tidak berdaya saat Dimas mengkhawatirkannya sedangkan Dimas tidak menyangka jika respon dirinya akan seperti, dia memang selalu panik jika Adelina sakit sedikit saja.

Setelah beberapa menit terdiam barulah Adelina berdehem untuk mencairkan suasana, dia kembali bertanya alasan Dimas ada di sini karena Adelina tau jika Dimas sangat tidak mau ke rumah sakit, lalu kenapa sekarang pria ini ada di sini? Sangat aneh!

"Itu---"

Adelina menyipitkan kedua matanya, dia merasa jika Dimas menyembunyikan sesuatu, karena bagaimanapun dia sudah mengenal Dimas sejak lama, pria itu tidak bisa berbohong kepadanya, seperti ada sesuatu yang tidak ingin Dimas katakan.

"Apa?" desak Adelina benar-benar tidak sabaran.

Saat Dimas akan kembali membuka suara, sebuah teriakan membuat kedua orang itu mengalihkan pandangan mereka, bahkan belum sempat Adelina mendengus sebuah tangan malah lebih cepat menarik Dimas supaya menjauh darinya.

"Buat apa kamu bertemu dengannya?" sinis wanita tersebut membuat Adelina menatapnya tidak percaya, apa maksudnya?"

"Kamu masih mengharapkan Dimas kembali denganmu? Jangan harap! Dimas sudah jadi milikku!" lanjutnya.

Adelina hanya dibuat tercengang saat mendengar ucapan HRD alias selingkuhan ralat maksudnya pacar Dimas tersebut, Adelina mengharapkan Dimas kembali? Sejak kapan? Dia tidak akan pernah berpikir seperti itu!

"Kamu kira Dimas itu sempurna sampai aku mengharapkannya kembali? ENGGAK SUDI! Ambil saja bekasku itu!" kesal Adelina membuat Riska-- HRD menatap Adelina dengan tatapan tidak terima.

"Sudah, ayo kita pergi! Ini rumah sakit!" Dimas terlebih dahulu menarik tangan Riska agar pergi dari sana, awalnya Riska menolak tetapi karena tenaga Dimas yang lebih kuat membuat Riska mau tidak mau ikut melangkah juga.

"Awas aja kamu Adelina kalo sampai menggoda Dimas!" teriak Riska saat melangkah pergi dari sana.

"AMBIL SAJA UNTUKMU, AKU TIDAK BUTUH!"

Setelah kepergian Dimas dan Riska, Adelina hanya menghela menghela napas dengan kasar, dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan HRD sialan itu, apa dia kira Dimas sesempurna itu untuk dia ambil lagi? Dia masih mempunyai kegiatan lain daripada, merebut Dimas lagi.

Adelina kembali melangkahkan kaki pergi dari sana, dia juga sebenarnya malu membuat keributan apalagi sekarang hampir semua mata orang-orang menatap dirinya, lebih baik dia segera pergi dari sini.

Saat Adelina berada di depan pintu Rumah Sakit, ponselnya tiba-tiba berdering membuat wanita itu segera mengangkat panggilan dari Arkan, baru saja akan mengatakan jika dia sudah keluar dari Rumah Sakit, pertanyaan Arkan lebih membuat Adelina sedikit terkejut.

"Kamu keluar dari rumah sakit? Kenapa tidak memberitahuku dulu? Tunggu di sana, aku akan menjemputmu!"

Panggilan terputus membuat Adelina hanya melongo sendiri, kenapa Arkan tau jika dia keluar dari Rumah Sakit padahal dia belum mengucapkan satu patah kata pun, sangat aneh, apa pria itu punya kemampuan melihat dari jarak jauh?

Sesuai dengan perkataan Arkan, Adelina menunggu pria itu untuk datang, hanya setengah jam sebuah mobil berhenti di hadapan Adelina, seorang pria yang sejak tadi dia tunggu keluar dari mobil tersebut.

"Kenapa sudah keluar dari rumah sakit? Kamu harusnya beristirahat saja di sana!"

"Itu, saya tidak enak di rumah sakit terus, lagian saya sudah sehat pak," jawab Adelina dengan sopan.

Arkan hanya menghela napasnya pelan, dia juga hanya bias menganggukkan kepala dan meminta Adelina untuk masuk ke dalam mobil, untung saja dia segera bias menghubungi Adelina. Saat tengah berada di luar, William tiba-tiba menghubunginya, mengatakan jika Adelina tengah siap-siap keluar dari Rumah Sakit, karena jarak yang cukup jauh dari posisi rumah sakit dia segera menghubungi Adelina, untung saja wanita itu mau mendengarkannya jika Alex tau wanita itu pulang sendirian pasti dia mendapatkan masalah.

Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara, Adelina merasa Arkan terlalu baik kepadanya, padahal pria itu adalah atasannya, Adelina takut malah berhutang budi kepada pria itu.

"Terima kasih untuk semuanya, pak!" pamit Adelina ketika sudah keluar dari mobil;.

Arkan hanya menganggukkan kepala dan meminta Adelina untuk beristirahat sedangkan dia harus kembali pergi karena urusannya tadi sebenarnya belum selesai dan harus dia selesaikan malam ini juga!

Setelah kepergian Arkan, Adelina melangkahkan kaki masuk ke dalam, dia sejenak mengerutkan kening saat melihat tidak ada lagi buah nanas di atas meja, padahal seingatnya ada buah nanas di sana. Karena haus, wanita itu melangkah menuju dapur, iseng membuka kulkas Adelina sedikit melongo saat melihat isi kulkas yang hampir penuh dengan bahan makanan.

"Siapa yang melakukannya?" monolog Adelina dengan tatapan penuh keheranan, siapa yang mengisi isi kulkasnya?

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!