Mencurigai Arkan

Adelina lupa, dia bahkan lupa jika tengah hamil karena kedekatannya dengan Arkan. Apa jangan-jangan Arkan baik kepadanya karena dia tengah hamil? Atau jangan-jangan Arkan adalah ayah dari anak yang tengah dia kandung? Tidak mungkin! Adelina rasa belum pernah bertemu dengan Arkan selama ini. Lalu kenapa Arkan malah baik kepadanya?

"Kenapa? Bapak mau aku megugurkannya?" tanya Adelina memastikan, jika Arkan memang ingin anak ini digugurkan maka benar anak dari ayah anaknya ini adalah Arkan.

"Tidak, justru sebaliknya. Aku ingin kamu mempertahankan anakmu!"

Adelina melongo, kenapa? Kenapa Arkan menyuruhnya mempertahankan kandungannya? Sebenarnya apa maksud dari Arkan ini?

"Kenapa?" tanya Adelina penuh curiga.

Arkan sejenak terdiam, tentu saja dia tidak bisa mengatakan jika ayah dari anak Adelina adalah Alex, ditambah Alex juga belum memberi perintah untuk mengungkap identitasnya. Banyak hal yang perlu diwaspadai, jika kabar Alex mempunyai anak diketahui oleh musuhnya, itu akan menjadi kelemahan untuk Alex.

"Adelina, anak itu tidak bersalah!"

"Aku tau, tetapi aku juga tidak bisa mempertahankannya. Di mana akan kuletakkan wajahku jika semua orang aku hamil di luar nikah, hanya butuh beberapa bulan lagi sampai semua orang tau kebenarannya." Adelina menatap Arkan dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, ada sedikit kecewa kepada Arkan.

Arkan hanya diam, dia perlahan melangkahkan kaki mendekati Adelina, dengan pelan tangan Arkan menyentuh tangan Adelina, pria itu menatap Adelina dengan tatapan lembut, sedangkan Adelina seperti terhipnotis akan tatapan Arkan hanya diam menunggu apa yang akan dilakukan Arkan.

"Beri aku waktu untuk mencari ayah dari anakmu ini, jika lima bulan kemudian aku belum menemukannya, maka aku yang akan bertanggung jawab atas anak ini," jelas Arkan dengan tatapan yang yakin akan ucapannya.

"Bertanggung jawab?" lirih Adelina pelan, dia masih belum memahami maksud Arkan mengatakan hal tersebut, apa yang akan dilakukan Arkan?

"Iya, aku akan menikahimu!"

DEG!!

Jantung Adelina seperti berdetak sangat kencang, dia menatap Arkan dengan tatapan tidak percaya, apakah Arkan serius dengan ucapannya? Arkan akan menikahinya dan bertanggung jawab atas anaknya ini? Tetapi kenapa? Kenapa Arkan harus melakukan hal tersebut? Mereka hanya dua manusia yang baru kenal tanpa kesengajaan, Arkan tidak perlu melakukan hal tersebut karena mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa, Arkan cukup menutup mulut saja dan membiarkan Adelina bekerja seperti biasanya, hanya itu, tidak lebih!

"Pak Arkan serius?" tanya Adelina dengan tatapan tidak percaya, dia bukan remaja lagi yang mudah percaya kata-kata seperti itu, sangat berisiko Arkan menikahinya.

Arkan menganggukkan kepala dengan penuh keyakinan membuat Adelina kembali membeku, perasaannya sekarang campur aduk, antara percaya dan tidak percaya. Coba bayangkan, dia menikah dengan Arkan, CEO tampan dan kaya mereka, pasti banyak yang iri kepadanya, apalagi karyawan di perusahaan dan FIOLA! Adelina yakin Fiola tidak akan terima.

Tetapi sedetik kemudian Adelina tersadar sesuatu hal, dia akan menikah dengan Arkan jika Arkan tidak bisa menemukan ayah dari anaknya, apakah Adelina jahat jika berharap Arkan tidak menemukan pria itu? Arkan adalah pria sempurna yang diimpikan semua wanita.

"Ayo kita periksa kandunganmu!" ajak Arkan.

Kali ini Adelina hanya menuruti saja, dia mengikuti langkah kaki Arkan masuk ke dalam sebuah ruangan, di dalam sana seorang wanita sepertinya sudah menunggu mereka, dia tersenyum lebar saat melihat Adelina dan Arkan.

Setelah melalui beberapa proses dan menjawab pertanyaan dari dokter tersebut, Adelina sudah diperbolehkan keluar, dia menyarankan Adelina untuk tidak stres dan mengatur pola makan, ditambah janin yang dia kandung sehat-sehat saja.

Setelah semuanya selesai, Arkan mengantar Adelina pulang untuk beristirahat, sedangkan pria itu melajukan mobil menuju suatu tempat.

"Tuan sudah kembali?" tanya Arkan saat berhadapan dengan Alex, pasalnya Alex baru saja kembali dari Brazil mengurus bisnis yang sedikit macet di sana. Alex yang melihat kedatangan Arkan segera duduk, dari tatapannya Arkan sudah tau harus melakukan apa.

"Ini pernyataan dokter tentang janin yang dikandung Adelina." Arkan memberikan beberapa lembar kertas yang segera diambil oleh Alex, pria itu terlihat fokus membacanya lalu menganggukkan kepala.

"Aku sudah meminta beberapa orang untuk menjaga Adelina," lanjut Arkan.

Alex memberikan sebuah kunci kepada Arkan membuat pria itu menganggukkan kepala, setelah mengucapkan terima kasih, dia tersenyum tipis. Hari yang dia tunggu akhirnya datang, setelah bosan hanya mengurus Perusahaan dan Adelina akhirnya Alex memperbolehkannya pergi ke Swiss mengurus beberapa pemberontak di sana, akhirnya dia bisa bergerak walau hanya sebentar.

Arkan segera mengirim pesan kepada Bayu dan Adelina jika dia tidak akan ke kantor selama seminggu, dan selama itu juga semua urusan dia serahkan kepada Bayu, tetapi tetap Arkan tetap meminta Bayu untuk menjaga Adelina karena Arkan tetap tidak mau terjadi apa-apa dengan wanita itu, apalagi mengingat kejadian terakhir kali.

Adelina yang mendapat kabar itu hanya menghela napas pelan, padahal dia tidak ingin berpisah dengan Arkan, kenapa sekarang pria itu malah ada urusan? Tetapi mau bagaimana lagi, semua sudah risiko dan Adelina juga tidak ada hak untuk melarang Arkan.

Adelina hanya berharap Arkan tidak menemukan ayah kandung dari anaknya ini.

Beberapa hari kepergian Arkan, semua berjalan baik, Adelina melakukan tugasnya dengan baik walau sesekali Bayu seperti menyindir dirinya tetapi tidak ada masalah sampai suatu hari saat Adelina masuk ke kantor semua pandangan seperti mengarah kepadanya, kenapa Adelina merasa jika semua orang tengah mengosipkan dirinya?

"Apa yang terjadi?" tanya Adelina kepada Fiola karena setiap dia datang pasti semua orang seperti berhenti berbicara, seperti ada yang disembunyikan, tetapi apa?

"Enggak ada apa-apa, enggak usah dipikirkan, mending kita ke kantin!" ajak Fiola membuat wanita itu menganggukkan kepala.

Kedua orang itu melangkah menuju Kantin, walau sebenarnya Adelina tidak nyaman dengan tatapan semua orang tetapi dia berupaya bersikap seperti biasa saja, jujur saja dia sedikit risih.

"Fio, aku ke toilet dulu, kamu duluan aja!" ujar Adelina tiba-tiba saat merasakan perutnya sedikit sakit.

Fiola menganggukkan kepala, mereka berdua berpisah di sana, saat Adelina akan membuka pintu toilet tubuhnya menegang saat dari dalam seseorang menyebutkan namanya.

"Benar banget, mana mungkin Adelina bisa naik jabatan dan punya barang-barang mewah itu jika bukan hasil menggoda pak Arkan, bahkan aku dengar-dengar pak Arkan begitu memperhatikan Adelina."

DEG!!

Jantung Adelina berdetak cukup kencang, dia tidak tau akan bereaksi seperti apa saat mendengar hal tersebut, dia menggoda pak Arkan? Sama sekali tidak! Dia tidak pernah melakukan hal seperti itu. Untuk apa dia menggoda pak Arkan?

"Bisa jadi aja mereka punya hubungan," sahut yang lain.

"Enggak mungkin banget! Dimas aja ninggalin Adelina, masa pria setampan dan sekaya pak Arkan mau sama Adelina?"

"Apa aku sehina itu?" monolog Adelina.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!