Siapa Adelina?

Setelah semua acara selesai, sekarang Adelina tengah berdiri di samping Arkan dan Alex, terlihat kedua orang itu masih berbicara, lebih tepatnya Arkan yang banyak berbicara karena Alex hanya sesekali mengeluarkan suaranya, setelah selesai barulah Arkan mengalihkan pandangan menatap Adelina.

"Kalo begitu saya permisi pak Alex," ujar Arkan seraya menjabat tangan Alex yang langsung diikuti oleh Adelina.

"Hati-hati!" ujar Alex lebih tertuju kepada Adelina.

Wanita itu hanya menganggukkan kepala lalu segera masuk ke dalam mobil, bahkan Adelina sempat melirik Alex yang masih menatap mobil mereka sampai akhirnya menghilang. Selama perjalanan Adelina sama sekali tidak membuka suara begitu pula dengan Arkan yang hanya focus menyetir, bahkan sampai Adelina turun dari mobil karena sudah sampai di rumah.

"Istirahatlah!" ujar Arkan saat Adelina berniat turun.

"Terima kasih pak," ujar Adelina lalu menutup pintu mobil.

Wanita itu langsung masuk ke dalam rumah tidak mempedulikan mobil Arkan yang masih terparkir di sana karena jujur saja Adelina lumayan capek, baru pulang kerja langsung pergi menghadiri acara, apalagi dengan kondisinya saat sekarang ini.

Setelah membersihkan diri, Adelina segera merebahkan tubuhnya di atas kasur, tanpa menunggu lagi dia langsung terlelap. Saat Adelina tengah terlelap, Arkan melajukan mobilnya ke sebuah bar biasa tempat mereka berkumpul, bar itu memang milik Alex dengan salah seorang anak buah Alex yang mengelolanya.

Saat baru duduk di hadapan Alex, Arkan langsung memesan minuman kepada bartender membuat pria itu segera menyiapkan pesanan Arkan, di samping Arkan juga tengah duduk William yang tengah fokus dengan laptopnya, pria berkacamata itu jarang sekali lepas dengan gadget.

"Sudah dapat?" tanya Alex seraya melirik William.

Pria itu menggelengkan kepala, dia masih saja fokus membuat Arkan meneguk minumannya sambil melirik William, sebenarnya Arkan belum tau apa yang terjadi, karena itu hanya menatap Alex dan William secara bergantian ditambah pria-pria yang mencelakai Adelina, Alex yang mengurusnya dan ditambah sibuk dengan beberapa kerjakan membuat Arkan tidak tau informasi selain hal yang berhubungan dengannya.

"Ada apa?" tanya Arkan seraya melirik William yang sesekali memperbaiki kacamatanya.

"Pria-pria yang mencelakai Adelina itu suruhan seseorang."

"Aku tau itu," balas Arkan membuat William mengangkat kepalanya.

Arkan selalu suka memotong ucapan William membuat pria yang tidak suka ucapannya dipotong ini menatap tajam Arkan.

"Iya, aku salah! Lanjutkan!" pinta Arkan sambil tersenyum lebar.

"Mereka anak buah Mafia EC."

Arkan menatap William dengan tatapan serius, Mafia EC? Mereka tidak pernah berurusan dengan mereka bahkan bias dibilang mereka jarang terlibat masalah tetapi kenapa mereka ingin mencelakai Adelina? Jika alasannya Alex, Arkan tidak yakin karena Mafia EC tidak terlalu suka mengurus kehidupan Alex, jadi apa alasannya?

"Aku sedang mencari identitas asli Adelina tetapi tidak ditemukan seperti sengaja disembunyikan. Di sini hanya ada identitas biasa saja seperti yang kamu ketahui," lanjut William membuat Arkan mengalihkan pandangan menatap Alex yang sedang mengisap rokok.

Asap mengepul keluar dari mulut pria itu, dia sesekali melirik keadaan sekitar lalu meminum minumannya, Arkan benar-benar tidak menyangka jika Adelina bukan wanita biasa-biasa saja melainkan lebih dari itu.

"Apa aku harus turun mencari identitasnya?" Arkan mengalihkan pandangan menatap Alex yang masih diam.

Pria itu menatap Alex lalu menekan puntung rokok ke dalam asbak, dia kembali menghidupkan sebatang rokok dan menghisapnya.

"Tidak usah!" jawab Alex akhirnya.

"Kamu hanya perlu menjaga Adelina dan anaknya!" lanjut Alex membuat Arkan segera menganggukkan kepala.

Alex tau bagaimana begitu ambisinya Arkan dalam menyelesaikan sesuatu misi, dia akan menyelesaikannya dengan berbagai cara dan untuk itu Alex menolaknya, dia tidak mau karena ambisi Arkan maka Adelina akan terluka, ditambah Alex yakin cepat atau lambat identitas Adelina akan terungkap dan Alex yakin itu!

Karena mendapat penolakan dari Alex, Arkan membuka ponselnya, dia berpamitan karena ada hal yang harus di selesaikan malam ini juga, William menganggukkan kepala sedangkan Alex hanya diam melihat kepergian anak itu. Alex tau Arkan tengah marah kepadanya tetapi Arkan tidak bisa melawan Alex karena itu dia memilih untuk pergi untuk melampiaskan amarahnya.

"Tuan aku menemukan sesuatu," ujar William membuat Arkan meletakkan rokoknya.

William segera memberikan laptopnya kepada Alex membuat pria itu segera menerimanya dengan sedikit senyum tipis.

"Batalkan jadwalku ke Rusia, aku akan ke tempat 'itu'!"

William menganggukkan kepala, dia segera menjalankan perintah Alex tanpa banyak berbicara, dia tidak seperti Arkan yang kadang suka membantah, bagi William dia hanya perlu patuh dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Alex.

Pagi datang begitu cepat, Adelina yang baru saja bangun langsung melihat ponselnya saat menyadari jika dia terlambat bangun, bahkan wanita itu segera mengambil handuk dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Tidak sampai setengah jam, wanita itu segera menghentikan taksi untung saja dia dengan mudah mendapatkan taksi dan langsung melaju menuju Perusahaan.

"Terima kasih!" ujar Adelina setelah sampai di tempat tujuan.

Dia melirik jam di pergelangan tangannya, dia sudah telat beberapa menit dan semoga Arkan tidak marah kepadanya. Saat memasuki kantor, terlihat semua orang tengah sibuk, bahkan ada beberapa pasang mata yang menatap Adelina dengan tatapan aneh walau sedetik kemudian mereka menyapa Adelina dengan hangat.

Adelina hanya membalasnya dengan senyuman tipis, dia segera melangkah menuju ruangannya berharap Arkan tidak akan marah kepadanya, lagian ini karena efek kecapean tadi malam.

"Enak ya jadi Adelina, datang bisa telat, pulang paling cepat, jarang lembur juga tuh, gaji gede bisa bekerja sama pria tampan," ujar salah seorang karyawan membuat temannya segera meminta wanita itu untuk diam.

"Kamu mau kita kena masalah lagi?"

Seketika dia menutup mulutnya, dia benar-benar lupa jika mereka tidak diperbolehkan membicarakan Adelina, baik di kantor, di luar tempat kerja bahkan di sosmed sekalipun. Pernah satu kali ada yang kedapatan megosipkan Adelina di luar kantor dan mereka langsung diberi surat peringatan oleh sekretaris baru, memang bukan Arkan tetapi sekretaris baru itu juga sedikit menakutkan walau lebih menakutkan pak Bayu.

"Kenapa baru datang? Klienmu dari tadi sudah menunggu!" ujar sekretaris baru tersebut membuat Adelina menepuk jidatnya, dia lupa jika ada janji bertemu klien pagi ini.

"Sekarang di mana klienku?" tanya Adelina seraya mengedarkan pandangannya, lebih tepatnya melirik ruangan Arkan tetapi ruangan itu malah kosong, apa Arkan tidak masuk lagi?

"Sudah di urus oleh pak Arkan," jawabnya membuat Adelina melototkan mata.

Dia hanya bisa menghela napas pasrah karena tidak becus mengurus pekerjaan, semoga saja Arkan tidak marah kepadanya dan mau memberikan kemurahan hati.

"Kamu sudah datang?"

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!