Susu Ibu Hamil

Waktu terus berlalu, hubungan Adelina dan Arkan semakin dekat, bahkan sering pria itu menemaninya untuk memeriksa kandungan, bahkan kali ini Arkan terlalu baik kepadanya, semuanya diurus oleh Arkan, menjemput lalu mengantar Adelina pulang sampai membeli stok makanan untuk wanita itu, semuanya dilakukan oleh Arkan membuat Adelina kadang-kadang tersenyum bahagia kadang dia juga terbawa mimpi karena sikap manis Arkan kepadanya.

Karena gajinya yang lumayan besar, wanita itu membeli sebuah rumah yang tidak jauh dari Perusahaan dan juga tidak padat keramaian, Arkan yang mencari lokasinya, katanya sangat cocok untuk wanita hamil seperti Adelina.

Adelina hanya menurut saja, ditambah saat Adelina ngidam Arkan dengan siap membawakan apa saja yang diminta oleh Adelina walau sebenarnya anak buah Arkan yang mencarinya lalu Arkan yang mengantar ke rumah wanita itu.

Saat ini mereka tengah duduk di depan ruangan pemeriksaan kandungan, dia baru saja selesai memeriksa kandungan dan dikatakan janinnya berkembang dengan baik jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tetapi ada hal yang membuat Adelina sangat khawatir lebih dari perkembangan janinnya. Sampai kapan ayah dari anaknya akan muncul? Usia kandungannya sudah memasuki empat bulan, sekarang Adelina masih bias menutupinya, tetapi bagaimana dengan kedepannya?

Apa yang akan dia lakukan?

"Kenapa?" tanya Arkan dengan lembut karena semenjak keluar dari ruangan itu, wajah Adelina berubah menjadi masam dan seperti ada sesuatu yang tengah dia pikirkan.

"Sampai kapan aku akan menunggu ayah dari anak ini?" Adelina menatap wajah Arkan yang hanya tersenyum.

Memang Arkan selalu ada di sisinya, tetapi Adelina butuh tanggung jawab dari ayah anaknya, dia tidak Mungkin terus-terusan bergantung kepada Arkan, ditambah cepat atau lambat Arkan juga akan menjalin hubungan dengan wanita lain dan saat itu tiba Arkan tidak mungkin masih memperhatikan dirinya.

"Jangan khawatir, aku akan secepat mungkin menemukannya," janji Arkan membuat Adelina hanya menghela napas pelan.

Arkan terus-terusan saja mengatakan hal itu tetapi buktinya apa? Sampai sekarang pria itu belum juga menemukan ayah dari anaknya, petunjuknya saja sama sekali tidak ada membuat Adelina mulai meragukan Arkan.

Apa jangan-jangan Arkan memang ayah dari anaknya tetapi dia tidak mau mengakuinya? Jika anaknya sudah lahir, Arkan akan langsung mengambilnya dari Adelina.

"Apa yang aku pikirkan! Enggak mungkin seperti itu!" monolog Adelina seraya menggelengkan kepala.

Dia segera berdiri membuat Arkan membantu Adelina, setelah itu barulah mereka melangkah bersama. Saat melewati sebuah ruangan, Adelina memperlambat langkahnya melihat Dimas baru saja keluar dari ruangan tersebut, ruangan kemarin di mana mereka sempat bertemu, apa yang dilakukan Dimas di sana? Siapa yang sakit? Tidak mungkin Dimas datang tanpa alasan yang jelas, pasti terjadi sesuatu!

"Pak, apa saya boleh minta tolong?" Adelina mengalihkan pandangannya membuat Arkan menganggukkan kepala.

Awalnya Adelina sempat ragu, tetapi akhirnya dia mengatakannya. "Tolong periksa kenapa Dimas ke ruangan itu!" Adelina menunjuk ruangan tempat Dimas baru saja keluar.

Arkan yang mendengar itu sejenak terdiam, dia tidak bisa melakukan sesuatu tanpa persetujuan Alex, tetapi melihat tatapan Adelina Arkan menyanggupinya, Alex tidak Mungkin marah hanya karena itu 'kan?

"Terima kasih," ujar Adelina dengan senyum tipis.

Adelina kembali melirik ruangan tadi lalu melangkahkan kaki, Apa Dimas sebenarnya tengah sakit? Tetapi sakit apa? Seperti kata Fiola, Dimas terlihat sehat-sehat saja jadi kenapa pria itu ke Rumah Sakit? Adelina cukup mengenali seperti apa pria itu.

Mobil melaju membelah jalanan, sekarang Adelina tengah melihat keluar jendela, memperhatikan banyaknya kendaraan yang lewat. Tidak sampai setengah jam mobil berhenti membuat wanita itu segera turun tentu saja tidak lupa mengucapkan terima kasih.

Saat Adelina sudah turun, mobil Arkan langsung melaju, setelah tidak tampak lagi barulah Adelina membalikkan badannya tetapi wajahnya langsung berubah datar saat melihat senyum lebar Fiola. Kenapa wanita itu di sini?

"Ada apa?" ketus Adelina seraya membuka rumah.

Kaki mereka masuk ke dalam tetapi Fiola masih saja tersenyum dengan tatapan menggoda seakan dia baru saja mengetahui sebuah kebenaran hubungan.

"Aku lihat hubunganmu dan pak Arkan semakin dekat!" Adelina mendekatkan jari telunjuk dan tengahnya membuat Adelina memutar bola matanya dengan malas, wanita itu selalu menggodanya akan hal itu, padahal sudah berulang kali dia katakana jika mereka tidak ada hubungan apa-apa dan pak Arkan tidak pantas untuknya.

"Jujur aja enggak apa-apa," lanjut Fiola membuat Adelina menghela napas dengan kasar.

Adelina duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, tidak terlalu mempedulikan Fiola yang malah tertawa cukup keras, dia terlihat puas karena berhasil menggoda Adelina.

"Kalo aku jadi kamu, langsung kupelet pak Arkan." Kaki Fiola melangkah menuju dapur sambil tertawa pelan.

Wanita itu membuka kulkas lalu mengambil sebuah apel, dia juga langsung mencuci bersih apel tersebut, baru saja selesai tatapan Fiola langsung mengarah ke sebuah kotak berwarna pink, tangan wanita itu langsung mengambilnya seraya mengerutkan kening.

"Adel, ini susu ibu hamil kenapa ada di dapurmu?"

DEG!!

Adelina seketika melototkan matanya, kenapa tadi pagi dia bisa lupa menyimpannya! Mampus, apa yang akan dipikirkan Fiola tentang hal itu? Adelina bahkan segera menyusul ke dapur, merebut susu tersebut dari tangan Fiola membuat wanita itu menatap Adelina dengan tatapan penuh selidik.

"Ini---"

"Apa hayo!"

"Punya temanku, kebetulan dia lagi hamil dan memintaku untuk membelinya, tapi belum kuantar makanya masih ada di sini," bohong Adelina seraya tersenyum walau dia yakin senyumnya sekarang terlihat aneh.

"Temanmu yang mana?" Fiola mengigit apel tersebut dengan tatapan masih menatap Adelina.

Adelina menelan selivanya sendiri, otaknya benar-benar buntu tidak tau akan mengatakan apa, harusnya di ingat jika Fiola tau semua temannya Adelina, sekarang alasan apalagi yang akan dia katakan? Intinya jangan sampai Fiola curiga!

"Temanmu yang mana? Malah bengong!" ujar Fiola membuat Adelina tersadar.

"Jangan bilang siapa-siapa ya." Adelina menatap Fiola dengan tatapan serius membuat Fiola juga ikut serius.

Dia sudah menunggu jawaban dari Adelina tetapi wanita itu masih menetralkan detak jantungnya yang terasa sangat kencang.

"Ini susu untuk sekretaris baru kita, dia memintaku membelinya," lirih Adelina dengan pelan membuat Fiola melototkan matanya.

"Serius?"

Adelina dengan cepat menganggukkan kepala, di dalam hatinya dia meminta maaf kepada pria yang sudah dia fitnah, ini demi kebaikan semua orang.

"Jadi susu itu untuk--"

Adelina menganggukkan kepala mengiyakan ucapan Fiola, wanita itu malah menggelengkan kepala seraya berdecak tidak menyangka.

"Padahal tampangnya baik-baik aja, kok bisa-bisanya menghamili pacarnya, emang betul kata pepatah jangan menilai buku dari covernya," lanjut Fiola membuat Adelina segera membalikkan badan dan membuka kulkas, dia mengambil buah apel dan anggur.

"Eh, langsung sama susu dong!"

Dengan cepat dia mengambil dua kaleng susu sesuai permintaan Fiola, dia bahkan memejamkan mata dan bernapas lega, Adelina tidak bisa membayangkan jika Fiola tau kebenarannya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!