Gosip di Kantor

Adelina kehilangan kata-katanya, dia ingin pergi dari sana tetapi dia juga tidak bisa, dia masih ingin tau apa yang mereka bicarakan tentangnya, dia ingin tau semuanya! Walau air matanya sudah mengalir tetapi Adelina tidak akan pergi begitu saja.

"Dengar-dengar kata pak Bayu, Adelina jarang banget kerja, bahkan pak Arkan sama sekali enggak marah," lanjut yang lainnya membuat tubuh Adelina menegang.

Apa jangan-jangan yang menyebarkan gosip adalah pak Bayu? Tetapi untuk apa pak Bayu menyebarkan gosip itu? Dia sama sekali tidak pernah membuat masalah kepada pria itu lalu kenapa? Kenapa pak Bayu tega melakukannya?

"Adelina, dari tadi ditungguin, kenapa lama banget?"

Adelina membalikan badannya, dia menatap Fiola dengan air mata yang masih mengalir membuat Fiola yang melihat itu menjadi panik.

"Ada apa?" tanya Fiola membuat Adelina segera menghapus air matanya.

Suara orang-orang tadi tidak terdengar lagi, bahkan Adelina bisa melihat tiga orang wanita menatapnya dengan tatapan terkejut, mereka juga segera berpamitan, siapa juga yang mau membuat masalah dengan Adelina? Bagaimana jika gosip itu benar? Bisa-bisa mereka langsung dipecat.

"Fio, kenapa? Kenapa orang-orang mengosipkan hal yang tidak aku lakukan? Aku tidak pernah menggoda pak Arkan, sama sekali tidak pernah!"

"Jadi kamu sudah tau?" lirih Fiola dengan perasaan bersalah, dia sudah berupaya untuk menyembunyikan hal tersebut, tetapi siapa yang sangka jika akhirnya gosip itu sampai juga ke telinga Adelina.

"Pak Bayu, aku harus bertemu pak Bayu!" tekan Adelina seraya berdiri.

Dia harus membuat perhitungan dengan pria itu, walaupun sebenarnya Adelina sedikit takut dengan Bayu, tetapi dia tidak mau nama baiknya menjadi seperti ini, dia tidak mau dikatakan menggoda Arkan. Bahkan jika bisa dia akan kembali ke jabatan awalnya saja, sejak awal dia juga tidak ingin menjadi sekretaris.

"Pak Bayu!" Adelina melangkah mendekati Bayu yang berniat masuk ke dalam ruangannya.

Bayu yang melihat kedatangan Adelina hanya mengangkat sebelah alisnya, dia menatap Adelina dengan tatapan datar.

"Bapak yang menyebarkan gosip jika saya menggoda pak Arkan? Bapak gila? Apa bapak pernah lihat saya menggoda pak Arkan?" emosi Adelina mengebu-gebu, dia selama ini menghormati Bayu tetapi apa yang dilakukan pria itu kepadanya? Menyebarkan gosip yang sama sekali tidak terbukti kebenarannya.

"Kamu punya bukti saya yang menyebarkannya?" tanya Bayu dengan senyum liciknya, dia bahkan menatap Adelina dengan tatapan yang menantang.

Sejenak Adelina kehilangan kata-katanya, dia juga tidak mempunyai bukti jika pak Bayu yang menyebarkan gosip itu, tetapi siapa lagi? Perkataan dari tiga wanita itu sudah cukup untuk membuktikannya.

"Ada orang yang mengatakan jika pak Bayu pelakunya!"

"Bawa orang itu ke sini! Kita tanya bersama-sama," ujar Bayu membuat Adelina benar-benar tidak berkutik.

Dia paham dengan semua rekan kerja, jika dia menyuruh tuga wanita tadi mengaku pasti mereka tidak mau mengaku, apalagi hanya Adelina sendiri yang mendengarnya dan bisa saja mereka bertiga memutarbalikkan fakta, mengatakan jika Adelina salah dengar atau malah menyebarkan fitnah.

"Kenapa? Tidak bisa?" lanjut Bayu dengan senyum sinisnya, lalu dia melangkahkan kaki masuk ke dalam, meninggalkan Adelina yang berdiri di sana begitu saja, bahkan Fiola segera menyentuh bahu Adelina seraya meminta yang lainnya untuk bubar karena suara Adelina yang cukup kuat tadi berhasil menarik perhatian beberapa karyawan yang penasaran.

"Udah, aku percaya samamu," ucap Fiola seraya mengelus bahu Adelina.

Wanita itu menangis di dekat toilet, memeluk tubuhnya sendiri dengan perasaan yang tidak menentu, siapa yang berani menyebarkan gosip kepadanya? Padahal dia merasa tidak merugikan siapapun, tetapi kenapa?

"Kamu tau sendiri bagaimana kantor kalo ada gosip, enggak bakalan ada yang tau awalnya dari siapa," lanjut Fiola masih berupaya menenangkan Adelina.

Jujur Fiola merasa kasihan kepada Adelina sekaligus merasa bersalah karena tidak tau harus mengatakan apa, dia yakin Adelina tidak seperti itu tetapi gosip menyebar begitu cepat, semua orang lebih percaya gosip yang menyebar.

Sedangkan Adelina benar-benar tidak menyangka jika kebaikan dan kedekatannya dengan Arkan membuat ini terjadi. Air mata wanita itu masih mengalir dan Fiola masih setia menemani Adelina.

"La, aku mau pulang," lirih Adelina membuat Fiola menganggukkan kepala mendengar hal tersebut memang sudah seharusnya Adelina pulang, daripada mendengar gosip di kantor ini.

Setelah beberapa saat berdiam diri di toilet, kedua orang itu keluar dari toilet, selama perjalanan keluar dari perusahaan beberapa pasang mata memandang mereka dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

Dimas yang melihat kepergian Adelina hanya menatap wanita itu dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, dia melirik Riska yang malah tertawa cukup keras karena bahagia dengan gosip yang semakin menyebar dan memanas.

"Kamu puas!" desis Dimas membuat Riska menatapnya dengan tatapan yang tajam, dia bahkan sedikit menyinggung senyum sinis melihat raut wajah Dimas.

Sedangkan di benua lain, seorang pria yang tengah menjalankan misi berdecih kesal saat ponselnya berdering, nama William tertera di sana membuatnya hanya menghela napas pelan, bukankah mereka semua tau jika dia tidak mau diganggu?

"Kenapa kamu menghubungiku? Apa kamu tidak mau---"

"Tuan menyuruhmu kembali." Willian memotong ucapan Arkan.

Arkan yang mendengar itu terdiam, dia menarik pelatuk pistol membuat suara tembakan terdengar, bahkan tidak hanya sekali melainkan berkali-kali membuat beberapa orang di depan sana seketika merintih kesakitan.

"Sialan, kenapa harus sekarang!" pekik Arkan memerintah anak buahnya untuk mengurus beberapa orang yang ada di sana.

Arkan melangkahkan kaki masuk ke dalam mobil, dia segera melaju meninggalkan lokasi, setelah itu segera dia naik ke dalam jet pribadi meninggalkan Swiss dan kembali menemui Alex, untuk apa pria itu menyuruhnya pulang? Memang Arkan yakin ada hal yang penting tetapi ini sangat menganggu, apakah tidak ada orang lain yang bisa menyelesaikan hal tersebut?

Beberapa jam kemudian, Arkan melangkah memasuki ruangan Alex, tatapan mata Alex serta tatapan datar Arkan saling beradu, Arkan benar-benar tidak terima Alex menyuruhnya pulang.

"Lihat!" Alex meletakkan tablet di atas meja membuat Arkan segera melihatnya.

Dia mengepalkan sebelah tangannya saat melihat rekaman CCTV, terlihat Adelina yang menangis dan berdebat dengan Bayu, jadi Alex menyuruhnya pulang hanya karena masalah ini? MASALAH SEPELE INI?

"Hanya ini?" tanya Arkan benar-benar tidak terima.

Alex mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan Arkan barusan, dia tau Arkan sekarang kesal karena masalah ini karena baru kali Arkan pulang hanya karena masalah 'sepele' menurutnya.

"Maaf, akan kuselesaikan!" ucap Arkan lalu melangkah keluar.

Setelah keluar tinju Arkan melayang mengenai dinding, William yang melihat itu hanya menggelengkan kepala melihat kemarahan Arkan, dia sebenarnya tau alasan Alex menyuruhnya pulang.

"Akan kubunuh mereka semua!"

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!