Bab 18

Setelah hilangnya mobil suaminya itu, Emilia membuang napasnya dengan kasar. karena semoga saja kali ini orang-orang tidak mengintimidasinya.

Emilia melanjutkan langkahnya dan bener saja bahkan ada beberapa pasang mata yang melihat kearahnya dengan sinis, tetapi Emilia memilih melangkah dengan tersenyum ke arah pasang mata itu tanpa memperdulikan bisikin-bisikan yang mungkin saja sedangkan membicarakannya.

Tiba-tiba tangannya di tarik, dan ternyata Eva yang menariknya dengan mimik yang serius Eva menurunkan nada bicaranya dengan pelan.

“Jangan bilang yang mengantarkanmu itu suamimu?”Tanya Eva

Emilia mengangguk pelan, sudah ia pastikan sebelumnya pasti temannya ini akan menodainya dengan banyaknya pertanyaan.

Eva menyenggol tangan Emilia yang berada di sampingnya, “Ehm cie sudah sejauh ini ternyata pernikahanmu” Emilia menggeleng dengan tingkah Eva yang menurutnya lebay.

“Kalo dia tidak memaksa, aku malas sekali harus di antar olehnya” Emilia memilih melangkah menaiki lift meninggalkan Eva yang mungkin sekarang mimiknya menampakan kekesalan.

“Dasar kampret, Emilia” panggil Eva dengan cemberut, temannya ini kebiasaan jika sedang serius pasti ada saja tingkah yang membuatnya kesal.

Lift sudah terbuka, Emilia terkekeh dengan tingkah Eva yang setiap pagi pasti ada saja rasa ingin tau nya.

Ia membuka ruangannya, mendudukkan pada kursi di sampingnya membuka laptop nya mulai fokus pada pekerjaannya, salah satu office girl membawa sebuah minum untuknya, “Terima kasih” office itu mengangguk berpamitan untuk keluar.

Tidak berselang lama sang atasan nya pun muncul dengan membawa tas di tangan kirinya, Emilia dengan sigap berdiri membungkukan badanya tanda memberi hormat.

“Selamat pagi, pak.” Ucap Emilia.

“Pagi”

Emilia kembali melanjutkan pekerjaannya, hari ini ia sempat di hubungi oleh salah satu Kline nya untuk pertemuan di luar untuk membahas salah satu keuntungan dalam kerja sama nya dengan perusahaannya.

“Bagaimana jadwal hari ini, apa cukup padat?”. Tanya Tuan Dika

“Tidak tuan, Hari ini hanya ada dua jadwal pertemuan, dan dengan salah satu kline yang meminta pertemuan di luar” Jawab Emilia dengan cekatan.

“Silahkan kamu persiapkan semuanya,”

“Baik Tuan”.

.....................

Verhag mengangkat ponselnya yang beberapa kali berdering, ia membuka ponselnya tertera nama orang tuanya di layar ponselnya, dengan sigap ia menelpon balik yang tadi sempat ia tidak diangkat karena masih dalam meeting nya.

“Hallo, Ada apa mom?” Tanya Verhag melangkah ke arah balkon dengan view pencarakar gedung gedung tertinggi.

“Sebentar lagi mommy akan sampa di Barcelona, mommy harap kamu bisa menjemput mommy di bandara dengan Lana”

Verhag menegakan tubuhnya, ia di buat kaget dengan pernyatanyaan mommy nya, yang di mana katanya sebentar lagi akan sampai di negaranya.

“Astaga kenapa mommy mendadak sekali”. Demi apapun Verhag kaget, ia bukan tidak senang orang tuanya berkunjung ke rumahnya, tetapi kenapa harus mendadak sekali.

“Memangnya kenapa jika mommy mendadak, sepertinya kamu tidak senang jika mommy datang ke Barcelona” Sungut mommy Sena dari sebarang sana.

“Bukan begitu mom, tapi tumben sekali". Verhag menyela ucapannya, ia malah senang mommy nya sudah tidak takut lagi di mana yang berhubungan dengan negara Barcelona.

“Sudah lah mommy hanya ingin memberi tahu itu saja, oh iya ingat pesan mommy jangan lupa kamu beri tahu calon menantu mommy itu”

Verhag menyandarka tubuhnya pada salah satu sofa, ia memijit pelipisnya jika sudah begini pikirannya hanya tertuju pada istrinya, sebisa mungkin ia bisa mencari alasan supaya istrinya ini aman. Ini bukan saatnya untuk memberi tahu mommy nya atas pernikahan apa lagi dengan anak salah satu yang mungkin saja terlibat dalam perusak rumah tangga orang tuannya.

Beberapa jam kemudian. pesan masuk dalam layar ponselnya,mommy nya berpesan untuk menunggu nya di sebuah restoran yang sudah mommy nya kirim alamatnya, ia beranjak dari duduknya menyambar jas nya yang tadi sempat ia lepas.

Buka ruangan itu terbuka, Gery memberi kunci mobilnya pada bosnya, tadi tuannya ini menghubunginya untuk meng-handle lagi pekerjaan.

“Tolong kau handle lagi pekerjaannya,” Setelah mengatakan itu Verhag menerima kunci mobilnya, meninggalkan Gery sendiri dalam ruangannya.

Gery sebenarnya penasaran dengan tingkah tuannya, tetapi dia tidak cukup berani harus mencampuri urusan kehidupan tuannya ini.

Happy Reading guys.

Jangan lupa like dan komennya yaa, Terima kasih.

Oh iya satu lagi kalo ada kata-kata typo tolong koreksinya yaa, guys.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!