Bab 3

Malam hari

Ketika semua orang sudah tertidur, Emilia menuruni anak tangga menuju dapur, rasa lapar di perutnya ia tiba bisa menahanya, dengan cekatan Emilia membuat nasi goreng karena terlalu larut malam juga dia sedikit malas jika harus memasak banyak makanan, apalagi hanya untuk dirinya.

Karena terlalu asik dengan kegiatannya, Emilia sampai tidak sadar jika di belakang tubuhnya Verhag berdiri memperhatikan dirinya.

Saat Emilia memablikan nadanya ia terkaget dengan kehadiran Verhag yang kini sedang membekap mulutnya.

“Stttt kau pelankan suaramu, kau tidak mau kan semua orang terbangun mendengar teriakanmu” ucap Verhag dengan pelan.

Emilia melepaskan tanga Verhag denga kasar yang masih membekap mulutnya. “Kau gila...” umpat Emilia berniat melangkah kan kakinya, tetapi lebih dulu Verhag mencengkal tangannya yang hendak pergi.

“Enak sekali kau hanya membuat satu makanan”

“Memang berapa banyak yang harus aku buat” sungut Emilia, bahkan rasa lapar yang ia sudah tahan sedari tadi terjeda lagi dengan kedatangan suaminya ini.

“Kau tidak lihat di sini ada dua orang, buatkan lagi untuku, Jagan membantah kau di sini istriku” perintah Verhag dengan rasa yang tidak bersalahnya.

Mau tidak mau Emilia membuatka satu porsi nasi goreng untuk suaminya, ia mengambil piring menuangkan nasi itu menyerahkan langsung piring tersebut, pada saat ia menyerahkan nasigoreng kepada suaminya suara perut Emilia yang sedari tadi di tahan akhirnya berbunyi juga.

“Kenapa harus berbunyi” batin Emilia

Ia benar benar sangat malu, wajahnya yang putih bersih bahkan kini terlihat semburat kemerahan pada pipinya.

Tanpa pemperdulikan suami nya Emilia terus melanjutkan makannya yang tadi sempat tertunda, tidak ada percakapan di antara keduanya bahkan makan pun harus berhati hati supaya tidak menimbulkan suara dentingan sendok atau piring.

“Rasanya biasa saja” ucap Verhag mengelap sisa makanan di mulutnya menggunakan tisu.

Sedangkan Emilia mendelik mendengar ucapan suaminya “Biasa saja tapi habis tidak tersisa” batinnya.

“Tidak tanya” jawab Emilia dengan jengkel.

Verhag terkekeh menatap semburat kemarahan pada istrinya, rasanya ia senang jika membua istrinya marah, istrinya ini akan terus menggerutu dengan nada yang ketus. Ia melangkah mendekat Emilia yang sedang mencuci piring kotornya sisa tadi makan.

“Tidak usah marah, masakan mu sangat enak untuk makan malamnya terima kasih” ucap Verhag meninggal kan Emilia seorang diri.

“Berapa lama lagi aku harus berurusan dengannya” gumam Emilia.

Karena sudah selesai saat nya Emilia kembali ke kamar dengan menaiki anak tangga satu persatu, di lantai dua ini terdapat tiga kamar, yang dimana kamar dirinya, Verhag dan kekasihnya itu. Emilia memegang handle pintu masuk kedalam kamarnya, di rasa ia sudah tidak lapar, Emilia mencuci mukanya untuk bersiap akan tidur.

Emilia bersandar menyandarkan punggungnya di dashboard membuka ponselnya yang ia ambil dari atas nakas, melihat notif dari atasannya ia langsung membalasnya dengan cepat.

Menaruh lagi ponselnya di atas nakas, Emilia merebahkan tubuhnya menarik selimut putih itu sampai bahunya. Perlaha ia memejamkan matanya ketika hawa kantuk menyerangnya.

****

Setelah mengambil cuti dalam dua hari, hari ini Emilia bekerja sesuai jadwal yang sudah di tetapkan, sebenarnya ia sedikit aneh saat mengambil libur selama dua hari bahkan tuan Verhag langsung menyetujuinya, ia juga bersyukur jika miliki atasan yang sangat baik.

Pakaian hari ini Emilia mengenakan celana hitam panjang dengan atasan blazer berwarna denim, jam tangan melingat di pergelangan tangannya yang putih, ia juga menata rambutnya yang terkuncir rapih.

Pagi ini Emilia bersyukur tidak melihat kemesraan dua pasangan kekasih itu, suaminya yang lebih dulu berangkat karena ada meeting.

Sedangkan si kekasih sudah pergi keluar kota untuk pemotretan, yang ia dengar katanya si akan menginap di hotel tempat pemotretannya selama emapt hari.

Meskipun Emilia bukan termasuk orang yang kepo atau orang yang penasaran dengan sesuatu, tetapi para pelayan yang berkerja di rumahnya memberi tahunya, jadi jangan salahkan jika ia tau tentang semuanya.

****

Di kantor.

Emilia tidak langsung masuk ke ruangannya, tetapi ia memilih ke ruang pantry untuk mengambil kopi untuk menemaninya pagi ini dengan banyaknya tumpukan dokumen  yang ada di mejanya.

“Selamat pagi ” sapa Emilia pada pada karyawan yang lain.

Jadwal Emilia hari ini mengorganisir dan merencanakan petemuan dengan salah satu perusahaan terbesar di Madrid.

Tok

Tok

“Masuk”

Pintu ruangan itu pun terbuka, Emilia segera melangkahkan kakinya menghampiri bosnya yang pandangannya hanya terfokus pada layar komputernya yang menampilkan dokumen yang hanya di pahami oleh atasannya itu.

“Letakan saja di sini” ucapnya dengan mengarahkan tangannya di sebalah kompunter miliknya, Emilia menyerahkan dokumen tersebut sesuai dengan arahan atasannya.

“Terima kasih” ucap bosnya

“Sama sama pak, kalo begitu saya permisi dulu pak” ucap Emilia

“Ya, silahkan...”

Setelah menyerahkan dokumen berisi file penting tersebut Emilia meninggalkan ruangan itu.

Emilia mendudukkan dirinya dikursi, ia mulai membuka laptopnya mulai fokus dengan pekerjaannya.

Deringa jam weker di sampingnya membuat Emilia menghentikan pekerjaaan.

Pintu ruangan itu terbuka, Eva yang terbiasa langsung masuk anggap saja ia tidak sopan, ia melihat Emilia memebereskan sisa pekerjaannya yang lumayan berantakan.

“Waktunya makan siang” ucap Eva dengan sibuk dengan makeup nya.

“Bagaimana tampilanku? Sempurnakan kan” tanya Eva dengan menambahkan lipstik di bibirnya.

Emilia hanya bisa menggeleng dengan kelakuan temannya ini.

“Kita mau makan, bukan mau kondangan” canda Emilia

“Ye ini kan juga salah satu cara memikat crush dengan tampil cantik siapa tau terpincut” Eva memasukan cermin tadi di

“Eh aku dengar-dengar perusahan kita akan kedatangan presiden Eugene dari perusahan terbesar di madrid” tanya Eva dengan menopangkan dagu, “Aku yakin semua karyawan di sini akan kepincut dengan pesona suamimu, bahkan terang terangan menggodanya” lanjut Eva dengan mimik muka yang serius.

“Silahkan jika Verhag mau, apa lagi kan dia memiliki istri” ucap Emilia yang tak adar mengatakan itu

Emilia langsung tersadar dengan ucapanya, ia beranjak dari duduknya menarik tangan Eva yang masih menatapnya dengan intens

“Sudah ayo, kau sudah tampil sempurna hari ini” Emilia segera mengalihkan pembicaraan, ia tidak memperdulikan Eva yang di sampingnya yang masih menatapnya serius.

Keduanya berjalan menuju kantin, biasanya jika waktunya maka siang keduanya akan ke pantry untuk makan di sana, untuk menghindari kebisingan apa lagi pantry hanya boleh di masuki orang yang ternting di kantornya.

Tapi untuk hari ini keduanya memilih maka siang di kantin dengan karyawati yang lain.

keduanya memilih kursi yang ada di belakang pojok kanan, makanan yang ada di mejanya mulai keduanya santap dengan masing masing makanan yang di pilih.

“Ternyata sangat seru jika makan beramai ramai seperti ini” ucap Emilia

“Betul, bahkan makannya pun sangat enak enak” jawab Eva dengan mulut yang hampir penuh makan.

Setelah selesai makan siang keduanya kembali dengan lebih awal, karena pekerjaan keduanya hari ini sangat lebih padat.

Happy reading

Jangan lupa like dan dukungannya, jika ada typo atau kesalahan yang lainnya tolong koreksinya.

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Bipana Telaija Gurung

Bipana Telaija Gurung

❤️Karakter-karakter dalam cerita ini begitu hidup dan membuatku empati padanya.

2024-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!