Bab 9

S

berjala jalan di wisata yang berada di Spanyol, Emilia membawa dua paperbag sedang dan kecil, selama di wisata La Rambla, hama membeli beberapa souvernir untuk mengoleksi di kamarnya dan juga sedikit oleh oleh untuk semua orang yang berada di rumahnya.

Setelah mengisi perut. keduanya hendak melangkah menunju parkiran dengan berjalan kaki, ponsel yang berada di dalam sakunya bergetar ia mengambil dan mengangkatnya ternyata dari Gery asistennya, Gery memberi tau jika salah satu rekan kerjanya yang sudah menandatangani kontrak dengan perusahaannya memaksa ingin menemuinya.

Gery mengirim pesan di mana alamat pertemuan rekan kerjanya itu ternyata tidak jauh dari wisata yang ia kujungi dengan Emilia.

Hanya membutuhkan lima menit keduanya sampai di salah satu restoran private room yang dimaksud.

“Kau mau ikut kedalam atau tidak” tanya Verhag mentap Emilia sebelum ia keluar menghampiri rekan kerjanya itu.

“Tidak, aku tetap di dalam mobil saja” jawab Emilia

“Ya sudah kau tunggu saja di sini, aku juga tidak akan lama” Verhag meninggalkan Emilia sediri.

Di dalam, kedatangan tuan Verhag di sambut hangat oleh rekan kerjanya “Selamat sore tuan Verhag”  Verhag mengangguk mendudukan dirinya di kursi yang sudah di sediakan

“Perkenalkan ini istri saya dan anak saya” rekan kerja itu memperkenalkan satu persatu kedua wanita yang ada disampingnya tetapi bagi Verhag memperkenalkan keluarga di saat situasi seperti ini bukan saatnya.

“Perkenalkan aku intan” wanita itu mengulurkan tangannya, karena tidak ada balasan dari tuan Verhag, intan menarik lagi tangannya.

“Maaf sebelumnya tuan Verhag, saya turut perihatin atas kecelakaan yang menimpa anda” karena sebelumnya Gery memberi tahu jika tuanya sedang dimasa pemulihan jadi semua pekerjaan dirinya yang menghandle, tetapi salah satu rekan kerjanya ini kekeuh ingin menemui tuan Verhag, Verhag juga berfikir demikian jika rekan kerjanya ini belum menandatangi kontraknya ia tidak akan menamuinya, toh dia tidak akan rugi jika membatalkan dengan perusahaan rekan kerjanya ini apa lagi bisa di bilang hanya perusahaan kecil.

“Jadi apa yang ingin anda sampaikan, saya tidak ingin berbasa basi” tanya Verhag denga dingin.

Rekan kerjanya ini menjelaskan dengan rinci dan detail membahas keuntungan dan perubahan perusahaannya dalam beberapa hari bekerja sama dengan tuan Verhag

Intan yang baru pertama kali melihat tuan Verhag secara langsung ia terpesona ternyata aslinya jauh lebih tampan di banding yang pernah ia lihat dari televisi atau sosial media.

“Sepertinya anak saya terpesona melihat anda tuan Verhag ” uacapnya melirik anaknya

“Ayah” protes intan yang yang tersipu malu tertangkap basah jika sedang memperhatikan tuan Verhag.

“Ehm apakah tuan Verhag sudah memiliki kekasih?” tanya intan dengan ragu.

“Saya sudah memiliki istri....” jawabnya Verhag

“Apa? Bagaiman bisa, tapi aku tidak pernah mendengar anda jika sudah menikah tuan” yang berada di depannya ini tampak kaget mendengan jawaban tuan Verhag yang sudah menikah.

“Pernikahan ku privasi, tidak semuanya harus tau istriku seperti apa, tetapi istriku sangat cantik” jujur Verhag karena memang ia tidak bisa berbohong jika istrinya itu memang sangat cantik.

.......

Di luar, Emilia yang masih di dalam mobil menunggu Verhag ia menguap ketika rasa kantuknya menyerang dirinya, ia turun dari mobil itu berjalan mendekati sebuah penjual icecream yang tidak jauh dari area parkir, mungkin dengan memakan itu rasa katuknya bisa hilang dengan memakan satu icecream. pikir Emilia

Satu cup icecream yang ada ditangannya ia makan, sekelebat Emilia melihat salah satu pria yang waktu lalu ia pernah lihat, rasa penasaran Emilia membawa dirinya untuk menyebrang jalan, dengan sedikit berlarian Emilia memasuki supermarket itu dengan, bahkan ia mengecek satu persatu ruangan itu tetapi tidak satupun orang yang tadi ia lihat.

Emilia menatap kecewa ketika pria itu sudah tidak ada di tempat, dan lagi-lagi usahanya gagal untuk menemukan pria itu, ia hanya ingin memeluk pria tersebut kala rasa rindunya yang selama ini ia pendam.

Verhag mengetuk pintu mobil itu dengan pelan, tetapi tidak ada tanggapan Emila yang membuka, iya membuka pintu itu ternyat terkunci, lalu Verhag mengintik dari luar jendela ia menyipitkan matanya saat pengemudi itu tidak ada, Ia mulai panik melihat sekeliling tidak ada tanda munculnya sang istri.

“Astaga kemana dia sebenarnya” Emilia memijit pelipisnya, ia akan menghubungi Gery untuk mencari sang istri yang entah pergi kemana, bahkan ia berpikir yang tidak tidak tentang istrinya, ia takut istrinya ini di culik oleh para musuhnya bagaimana pun ia harus berhati-hati.

Verhag mondar mandir di tempat ia beberapa kali menghubungi Gery tetapi tidak satupun panggilannya di jawab, Verhag yang akan pergi untuk mengecek cctv restoran ini niatnya ia urungkan ketika teriakan namanya menggema dari ujung sana

“Verhag....” teriak Emilia melambaikan tangannya

Verhag langsung memeluk Emilia erat, bahkan Emilia dibuat bingung dengan pelukan Verhag , “Is lepas, sebenarnya kau ini kenapa datang datang langsung memeluku” Emilia sebenarnya bukan risih tetap malu melihat tatapan orang orang ke arahnya.

Mendengar prostesan wanita di depannya ini, Verhag mengangkat tangannya mencentil dahi Hana dengan pelan, apa Emilia tidak merasakan rasa khawatir yang di rasakan Verhag

“Kau pergi tanpa memberitahuku, aku kan sudah bilang kau diam saja menunggu di dalam mobil, dan sekarang kau bisa bisanya pergi tanpa memberitahu” Dari suaranya Verhag tampak marah, cepat sekali dia berubah, pikir Emilia.

“Kau lihat ini” sambil menunjukan cup ice cream itu di depan Verhag “Aku baru saja membeli ini, lagian kau pikir aku anak kecil yang ingin keluar saja harus meminta ijin” demi apapun Emilia di buat kesal dengan kelakuan pria yang satu ini.

“Jangan bilang kau menghawatirkan ku” Emilia memicingkan matanya menatap Verhag dengan berani

“Jangan mimpi, aku lebih senang jika kau sekalian pergi, biar aku bisa berduaan dengan kekasihku” mood Verhag yang tadi membaik karena menghawatirkan Emilia, malah buyar ketika prempuan di depannya ini tampak menjengkelkan.

Padahal ia benar benar menghawatirkan perempuan ini, tapi bisa bisanya Emilia tampak biasa saja, sepertinya istrinya ini harus di hukum ketika sudah sampai rumah.

Emilia pun tampak dibuat bingung oleh sikap Verhag, padahal ia cuma ingin membeli ice cream, tapi kenapa ia malah marah marah tidak jelas, lagi pula juga aku kan tida memiliki nomor nya, tidak mungkin memint ijin ketika dia sedang menemui rekan kerjany.

Emilia menggeleng mengikuti langkah Verhag yang meninggalkannya sendiri. ia juga tidak lupa membuang cup ice cream itu ke tempat sampah.

Happy reading

Tolong koreksinya jika ada kata typo atau yang lainnya, Terima kasih..

Hayoo di persilahkan jika mau marah ke Emilia! silahkan hihihi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!