Bab 4

Terjerat suami kontrakku

Setelah selesai makan siang keduanya kembali dengan lebih awal, karena pekerjaan keduanya hari ini sangat lebih padat.

Setelah makan siang, Emilia mendudukkan tubuhnya ia mulai sibuk menyiapkan materi meeting untuk siang ini, deringan ponsel yang ada di sampingnya dengan cepat ia mengangkat.

“Oh iya pak, sekarang saya ke sana” jawab Emilia

Dengan telaten Emilia membawa berkas yang sudah ia selesaikan keruangan atasanya, sesuai tadi yang tuan Dika telpon, dan menyuruhnya untuk melanjutkan di ruangannya.

Dengan mengetuk pelan ia masuk keruangan itu setelah suara tuan Dika menyuruhnya masuk.

Tuan Dika yang melihat asistennya langsung menyuruhnya duduk di kursi yang di sebelahnya.

“Bagaimana sudah selesai berkas yang tadi saya mau” tanya tuan Dika

“Sudah beres semua pak, silahkan di lihat” Emilia menyodorkan berkasnya.

Tuan Dika dengan intens membuka memeriksa satu persatu berkas yang sudah asistennya ini selesaikan. “sempurna” ucap tuan Dika tersenyum puas dengan kinerji yang di selesaikan oleh asistennya ini.

“Karena waktu meeting 30 menit lagi, kita lanjutkan selesaikan berkas ini”

“Baik pak”

Karena Emilia terlalu fokus, ia tidak sadar tuan Dika sedari tadi diam diam mencuri pandang ke arahnya.

”Ekhmm ” dehem tuan Dika

“Emm apa tuan butuh air minum, biar saya ambilkan” tawar Emilia, baru saja ia akan berdiri tapi niatnya di urungkan.

“Tidak usah, biarkan office boy yang mengambil” ucap tuan Dika ia menaruh lagi ponselnya.

Ketukan pintu membuat keduanya menoleh, “Masuk...” seorang office boy membawa nampan berisi dua gelas, menyerahkan di masing masing tempat.

“Terim kasih” ucap tuan Dika

“Sama-sama, saya permisi dulu”

Emilia melirik jamnya yang melingkar di pergelangan tangannya, ternyata sisa waktu hanya lima menit lagi “Bagaimana sudah selesai” tanya tuan Dika

“Sudah Tuan” jawab Emilia dengan sopan.

Emilia membawa dokumen penting hasil kerjanya, ia juga membawa beberapa dokumen tersebut dalam bentuk soft copy untuk melaporkan hasil kerja atau menyampaikan perkembangan perusahaan.

Keduanya beranjak dari duduknya Emilia yang di belakan tuan Dika melangkah mengikuti sesuai langkah tuannya memasuki ruangan meeting, ternyata sudah ada beberapa anggota satu divisi dan satu tim lainnya yang sudah datang.

Meeting kali ini dimulai mempresentasikan  perkembangan perusahaan dari bulan sebelumnya, Emilia membawa notes ia juga lebih memilih untuk hal penting dengan tulis tangannya sendiri, selain mudah di mengerti, ia juga lebih memahami hal yang di sampaikan anggota lain dibandingkan hanya mencatatnya lewat laptop.

Pasalnya, rapat atau meeting merupakan aspek penting dalam perusahaan untuk membahas hal-hal krusial.

Seringkali, meeting menjadi ajang para karyawan unjuk gigi di depan para atasan dengan harapan mendapatkan perhatian lebih untung kepentingan karirya.

Setelah selesai meeting semua anggota meninggalkan tempatnya masing masing, di ruangan itu tersisa Emilia dan tuan Dika.

“Kinerji hasil persentasi mu sangat luar biasa” puji tuan Dika

“Saya merasa tersanjung, terima kasih” Tuan Dika terkekeh mendengar ucapan sang asisten.

****

Setelah kembali keruangan, Emilia membereskan sisa berkas yang ada di mejanya, ponsel nya menyala ada satu pesan yang masuk ke dalam ponselnya, ia membaca ternyata dari temannya Eva yang sudah menunggunya di basemant bawah.

“Mau ke basemant bawah?” tanya Dika

“Ehm iya pak”  jawab Emilia

Tuan Verhag mengajak Emilia ke basemant bareng, ia mengiyakan sebenarnya Emilia merasa sungkan karena tatapan beberapa karyawan yang menatapnya sinis, ya. Meskipun hanya menuju basement bareng bukan satu mobil bersama tetap saja beberapa karyawan memandangnya tak suka, tapi Emilia memilih acuh.

Dari ujung sana Eva yang melihat Emilia datang bersama tuan Dika, ia menegakan tubuh merapihkan pakaiannya bahkan ia juga merapihkan rambutnya.

Emilia yang melihat kelakua Eva hanya bisa menggeleng, temannya ini akan bereaksi bersemangat lagi jika melihat para pria tampan.

“Selamat sore tuan Dika” sapa Eva dengan

“Selamat sore”

“Kalo begitu saya duluan” pamit tuan Dika yang melangkah meninggalka keduanya.

“Astaga astaga tampannya” Eva menutup mulutnya lah tersenyum mengedipkan kedua matanya.

Emilia  yang ada di sampinga dengan cepat menepuk pelan lengan sang teman, “Is kau ini seperti tidak pernah melihat pria tampan saja”

“Melihat para pria tampan adalah salah satu semangat dalam hidupku” ucap Eva dengan tersenyum tidak jelas

Emilia memasuki mobilnya meninggalkan Eva sendiri yang masih menatap ke arah perginya tuan Dika.

Dengan sengaja Hana memencet kelaksonya dengan tertawa “Ahkk ......” teriak Eva memegang dadanya menatap kesal ke arah Emilia yang sudah membuyarkan lamunannya.

“Kau mau pulang atau tidak?” tanya Emilia membuka kaca mobilnya.

Eva mendudukkan tubuhnya di samping Emilia yang kini menyalakan mobilnya.

“Kau tau Emil para karyawan perempuan yang mendengar jika hari ini CEO dari perusahaan Eugene akan datang, semuanya girang bahkan berdadan dengan sangat tebal” cecar Eva dengan mimik yang serius.

“Dan ternyata suamimu itu tidak jadi datang, puas sekali aku melihat wajahnya yang terlihat sangat kecewa” lanjutnya

“Kau juga tidak berdandan seperti mereka” tanya Emilia, ia mulai tertarik jika sudah membahas tentang suaminya.

“Suamimu memang tampan bahkan bisa di bilang sangat tampan, tapi aku tidak segila mereka yang bahkan merubah penampilan” sungut Eva

“Bodoh jika mereka terlalu mengharapkan Verhag ” sebisa mungkin Emilia tidak kesal dengan ucapannya ini, rasa kesal Emilia muncul saat tau Eva menceritakan para karyawan perempuan yang terang terangan menunjukan ketertarikannya.

Eva yang melihat mimik Emilia yang sedang menjalankan mobilnya “kau cemburu ya?” Hana tersenyum miring mendengar ucapan Eva

“Cemburu dengannya sungguh tidak ada dalam kamusku” Emilia mengucapkan kalimat itu dengan suara lantang.

“Ya sangkal saja perasaan mu.” kalimat itu yang hanya bisa ia ucapkan dalam hati.

Tidak terasa mobil yang kini melaju dengan kecepatan sedang, sudah sampai di depan komplek di mana rumah Eva yang terletak di palin ujung.

“Kau tidak mampir terlebih dulu” tanya Eva dari luar.

“Tidak,mungkin lain kali saja”

“ya sudah terima kasih hari ini sudah mengantarkan tuan putri Eva yang cantik satu unit komplek” ucap Eva dengan pd nya “ kau hati-hati lah” lanjut Eva

Emilia yang sudah keluar dari komplek itu menginjak pedal gasnya dengan pikirannya yang masih mengingat ucapan Eva katakan barusan

“Kau cemburu ya?” hah cemburu dengannya, sangat mustahil jika cemburu dengan Verhag. “Tidak ada dalam kampusku jika harus cemburu dengan pria sepertinya, yang tidak cukup dengan satu wanita”

mengingat itu Emilia kesal sekali meskipun pernikahannya dengan Verhag, pernikahan kontrak tetap saja ia kesal dengan sikap Verhag yang seenaknya, bahkan Verhag melanggar perjanjiannya dengan membawa kekasinya tinggal satu rumah dengan nya

Jika tau begini Emilia juga bisa membawa pria untuk tinggal satu rumah dengannya, meskipun tidak ada dalam pemikirannya yang bebas seperti suaminya itu.

Happy reading

Jangan lupa like dan dukungannya, jika ada kata typo atau semacamnya tolong koreksi ya.

Terima kasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!