Bab 6

Emilia yang sudah rapih dengan pakaian kerjanya, subuh sekali ia menyuruh asisten Gery untuk membawakan baju kerjanya, celana hitam yang di padukan dengan blazer cream yang ia kenakan hari ini.

Verhag yang melihat Emilia yang sudah rapih tersenyum miring, bahkan Emiliasudah mengeluarkan alat makeup yang sebelumnya sudah ia bawa.

Makeup tipis yang Emilia kenakan membuatnya cantik berkali kali lipat, tidak bisa di pungkiri Verhag yang melihatnya tampak terpesona meskipun gengsi untuk mengakuinya.

“Hari ini kau tidak usah bekerja” ucap Verhag

Emilia menoleh mengenyitkan dahinya tak suka “memangnya kau siapa menyuruhku untuk tidak bekerja”

“Kau istriku, jangan lupakan setatusmu yang sudah menjadi ISTRI” ucap Verhag dengan menekan kalimat kalimat istri.

“Istriku istriku” gumam Emilia dengan meniru gaya sang suami

“Jangan seenaknya menyuruhku untuk tidak bekerja hari ini” lanjut Emilia

“Wah kau baru beberapa bulan menjadi istri saja sudah bisa membantah suami, ingat meskipun kau istri di atas kontrak tapi tetap saja kau istri sahku”

Masuknya notif dari ponsel Emilia membuat menghentikan perdebatan keduanya, Emilia mengambil ponselnya yang ada di atas kasur, ia membuka ternyata pesan itu dari atasanya yang menyuruh ia untuk tidak masuk hari ini.

“Beristirahal dengan banyak, saya dengar kamu sedang tidak enak badan hari ini jadi untuk beberapa hari kamu tidak usah pergi bekerja” Emilia membaca pesan itu dengan mulut ternganga. Sejak kapan mengirim surat sakitnya.

Emilia juga membaca notif pesan dari Eva yang tampak sama menyuruhnya untuk beristirahat, karena Emilia  merasa bingung ia menoleh ke arah Verhag yang tampak serius dengan laptop di atas pangkuannya.

“Ini pasti ulahmu” ucap Emilia dengan sengit

Verha mengedikkan kedua bahunya dengan acuh tanpa memperdulikan Emilia yang menatapnya tajam.

“Kau selalu saja mementingkan diri sendiri” ucap Emilia yang memasukan lagi alat makeup nya.

“Aku kan sudah bilang hari kau tidak usah pergi bekerja, kau nya saja yang membangkang tidak menuruti ucapan suamimu” Emilia rasanya ingin seakli menyimpan mulut suaminya dengan tisu yang ada di sampingnya itu.

“Lebih tepatnya kau pemaksaan” tekan Emilia di akhir kalimat.

Pedebatan keduanya terpotong mendengar ketukan pintu dari luar, ternyata salah satu dokter membawa alat untuk mengganti perban luka yang ada di lengan suaminya.

“Selamat pagi tuan Verhag, nyonya Emilia, hari waktunya untuk mengganti perban luka tuan Verhag ” sapa dokter itu dengan ramah.

“Selamat pagi dok, silahkan dok” Balas Emili dengan tersenyum mempersilahkan itu untuk mengganti perban suaminya.

“Lukanya sudah lumayan mengering tuan” ucap dokter Kinan membuka perbannya.

“Apa hari ini saya sudah di perbolehkan pulang?” tanya Verhag datar , setelah dokter kinan itu mengganti perban di lengannya.

“Hari ini sudah di perbolehkan pulang tuan lukanya juga sudah mulai mengering, tuan Verhag bisa mengganti perbannya setiap hari di rumah” jelas dokter kinan.

Emilia yang mendengarkan percakapan keduanya hanya bisa mengangguk.

“Karena sudah selesai, saya permisi keluar tuan Verhag, nyonya Emilia”

“Em iya dok” Setelah kepergian dokter itu Emilia kembali mendudukan dirinya di sofa

“Kau dengar apa yang di katakan dokter Kinan, selama lukanya belum sembuh kau harus menggantinya setiap hari, jadi untuk beberapa hari masa pemulihan kau tidak boleh pergi bekerja”

“Ya terserah kau saja” ucap Emilia dengan pasrah. “Pagi pagi begini sudah mengajakku berdebat” batin Emilia

Segera Verhag menelpon Gery asistennya untuk mengurus semua administrasi.

Sedangkan Emilia ia mengemasi baju kotor miliknya dan juga Verhag ke dalam paperbag  yang sudah ia sediakan, bahkan Emilia juga masih mengenakan setelan baju formalnya.

“Oh ya kau yakin tidak menghubungi kekasihmu itu?” tanya Emilia

“Untuk kau menanyakan itu terus, jangan bilang kau cemburu dengan Lana” jawab Verhag menarik sudut bibirnya

“Ck! Aku kan hanya bertanya, lagian cemburu dengan mu sangat mustahil bagiku”

Keduanya beranjak dari duduknya, setelah Gery mengurus semua administrasi dan menghubungi tuannya, dan Verhag menyuruh Gery untuk menunggu di lobby rumah sakit.

“Sudah beres semuanya” tanya Verhag

Emilia mengangguk “Sudah....”

Langkah Emilia mengikuti Verhag yang ada di depannya menaiki lift untuk ke lantai bawah, dirinya bahkan bukan seperti istri Emilia, tetapi seperti asisten Verhag yang  membawa paperbag di tangannya.

“Cepat lah jalan mu seperti keong sangat lambat sekali” Verhag menarik tangan Emilia supaya berada di sampingnya.

“Langkahmu saja yang terlalu cepat” gerutu Emilia

Di lobby utama Verhag menghampiri asisten Gery yang sedang duduk di deretan kursi sambil memainkan ponselnya.

“Apa sudah kau urus semuanya” Tanya Emilia

Dengan buru buru Gery memasukan ponselnya di dalam saku, “Sudah tuan” jawab Gery

“Biarkan saya yang membawa paperbag itu nona” tawar Gery melihat istri tuannya membawa dua paper bag yang ada ditangannya.

“Tidak usah, biarkan saja saya yang membawanya” Emilia tersenyum ke arah Gery.

“Ehkm....” dehem Verhag meliat interaksi Emilia yang tersenyum kepada asistennya ini. Pada dasarnya istrinya ini memang ramah, tetapi ketika dengan dirinya selalu saja menampilkan ekspresi galaknya.

“Anda tidak papa tuan”

“Tidak papa, Hana biarkan Gery yang membawa paperbag itu” ucapnya datar.

“Tidak biarkan saj........”

“Kau keras kepala sekali, berika paperbag itu biarkan Gery yang membawanya”

Emilia menyerahka dua paperbag itu kepada Gery

.......

Sesampainya di halaman rumah, bi Suroh yang mendengar suara mobil langsung membuka pintunya melihat sang tuan muda berjalan beriringan dengan istrinya yang di sampingnya, dan di ikuti asisten Gery yang ada di belakangnya.

Bi Suroh membelakak matanya melihat lengan tuanya yang di baluti perban.

“Tuan astaga, apa yang terjadi” tanya bi Suroh dengan hebohnya

Verhag mengacuhkan pertanyaan yang di layangkan bi suruh, Verhag memilih meninggalkan semua orang yang ada di bawah menaiki anak tangga satu persatu.

Emilia menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang suami yang tidak ada sopannya, suaminya ini banyak sekali yang harus di rubah sifatnya supaya bisa menghargai.

“Bi ayo masuk, nanti Hana beri tau” ucap Emilia

“Masuklah dulu gery” tawar Emilia

“Tidak usah nona, hari ini saya sedikit terburu-buru untuk menghandle pekerjaan yang harus saya selesaikan”

Emilia menutup pintu itu, melangkahkan kakinya menuju dapur untuk membuat teh hangat.

Rasa penasaran bi suroh sangat besar, terbukti dia membuka suara menyakan lengan tuannya yang tertup perban. Dan Emilia dengan telaten menjelaskan peristiwa yang di alami suaminya.

Bi Suroh sempat ingin menghubungi nyonya besarnya yang ada di anarki, untung Emilia langsung gerak cepat mencegah bi Suroh yang akan menghubungi mertuanya.

”Jadi non Hana waktu itu menghubungi bibi, tuan Verhag sedang di rawat.”

“Iya Bi...”

Happy reading

Halangan lupa like dan dukungannya.

Terima kasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!