Bab 7

“Bi Emilia di mana” tanya Verhag yang tidak melihat Emilia , setau dia tadi istrinya sedang asik mengobrol dengan salah satu pelaya di rumahnya ini.

“Non Emilia di belakang tuan, katanya mau menyirami tanaman yang kemarin bibi tanam”

“Kalo sudah kembali, suruh dia ke kamarku”

“Siap tuan” jawab Bi Suroh menaikan tangannya tanda hormat.

Selang berapa menit Hana kembali dengan bajunya yang sedikit kotor, setelah ia bercerita dengan ni Suroh , Emilia mengganti pakaiannya dengan baju santai.

Saat Emilia ingin menaiki anak tangga, bi Suroh menghentikan langkahnya“ Non....”bi Suroh sedikit berteriak menghampiri Emilia

“Ada apa bi” tanya Emilia menatap bi Suroh yang ada di depannya.

“Ehm anu tadi kata tuan Verhag berpesan, menyuruh nona menemuinya di kamar” bi Suroh tau jika pernikahan tuan dan nonanya ini buka di landasi cinta,  jadi tidak heran jika Verhag menyuruh istrinya  satu kamar dengannya. Dari semua pelayan di rumah ini bi Surohlah salah satunya yang paling dekat dengan Emilia.

“Tumben sekali, ada apa ya Bi” Emiliamengernyitkan dahinya karena kamar Verhag tidak boleh di masuki siapapun selain dirinya atau pelayan yang membersihkan kamarnya, bahkan kekasihnya pun tidak di perbolehkan untuk masuk ke kamarnya.

“Kalo gitu Hana ke atas dulu ya Bi” dan di jawab anggukan oleh BI Suroh

Emilia melangkah, sebenarnya sedikit ragu tetapi jika Verhag yang menyuruh ia hanya tinggal menurut saja, Emilia malas jika harus berdebat dengan Verhag di siang bolong ini.

Sebelum memasuki kamar Verhag , Emilia berbelok ke kamarnya untuk mengganti bajunya sebentar, karena ia merasa risih juga dengan bajunya yang sedikit kotor.

Emilia sudah berdiri di pintu kamar Verhag, ia mengetuk beberapa pintu itu tetapi tidak ada tanda tanda suara yang menyuruhnya masuk. Emilia memegang handle pintu itu mendorongnya pelan, melihat kamar Verhag yang ternya sangat luas bahkan bisa di bilang luasnya dua kali lipat dari kamar biasanya yang ada di rumah ini.

Emilia menatap sekeliling ia tidak melihat adanya Verhag di kamar ini, deterdengar gemercik arah  kamar mandi.

Rasa penasarannya bembawa Emilia pada ruang ganti baju atau biasa di sebut walk-in closet, ia mendorong pintu anggap saja Emilia lancang memasuki ruangan itu di saat sang pemilik kamar sedang mandi, bahkan mungkin saja Emilia setelah ini ia kena omelan masuk ruang ganti tanpa ijin terlebih dulu.

Saking fokusnya Emilia sampai tidak sadar jika di belakang tubuhnya sudah berdiri hanya mengenakan handuk sebatas pinggang, Emilia membalikan tubuhnya “Akhhh....” teriak Emilia melihat Verhag yang ternyata berdiri di belakangnya.

“Se-sejak kapan kau ada di belakang” tanya Emilia gugup, ia membuang pandanganya ke arah lain. Jika sudah begini Emilia seperti maling yang tertangkap basah pemiliknya

“Seharunya aku yang bertanya, sejak kapan kau berada di ruangan ini”

“Em sudahlah kau tadi kan menyuruhku untuk menemuimu” Emilia melangkah melewatkan Verhag yang menatapnya tajam

“Kau mau kemana” Verhag mencengkram tangan Hana yang hendak keluar “Enak saja kau keluar, jawab dulu pertanyaan ku” lanjut Verhag

“Iss bukanya kau yang menyuruhku untuk menemuimu” Emilia tetap masih membuang pandangannya ke arah lain

“Aku memang menyurumu menemuiku..” Verhag menggantung ucapannya mendorong Emilia, bahkan dapat Emilia rasakan kulitnya bersentuhkan dengan Verhag

“Jangan seperti ini, kau lancang sekali..” Emilia dengan berani menatap Verhag dengan tidak kalah tajamnya.

“Ternyata kau munafik juga melihat tubuhku yang bertelanjang dada seperti ini, kau lahir dari seorang ibu perusak rumah tangga, seharusnya ini bukan hal yang menakutka bagi mu” Emilia tidak terima dengan kalimat yang di lontarkan oleh Verhag dengan sekuat tenaganya yang ia miliki untuk mendorong tubuh  besar itu, Emilia menampar Verhag yang menatapnya tajam.

“Kau...” dengan kasar Verhag menghipit tubuhnya mencium bibir Emilia yang kini memberonk

Emilia mencemkaram sebelah lengan Verhag yang tidak di baluti perban, napas Verhag memburu melepaskan pangutannya dari bibir Emilia.

Verhag melihat Emilia dengan mata yang berkaca kaca menatapnya tajam. “Kau brengsek, kau kurang ajar mengambil ciuman pertamaku.” Emilia memukul dada bidang Verhga dengan berulang kali, Verhag menangkap kedua tangan Emilia yang masih memukulinya.

“Ingat aku bebas menyentuh tubuhmu kapan saja”  ucap Verhag pelan, ada rasa senang dalam hatinya yang sudah mengambil ciuman pertama istrinya, apalagi Verhag merasa tidak percaya gadis sepertinya baru saja merasakan ciuman.

“Keluar lah..” usir Verhag

Setelah kepergian Emilia dari ruangangan itu, Verhag tersenyum miring baru kali ini dia mendapati gadis seperti istrinya yang belum pernah merasakan ciuman, selama ia hidup dua sembilan tahun ia memacari para wanita yang sudah merasakan namanya berciuman.

“Manis” gumam Verhag menggeleng kepalanya, dan baru kali ini juga perempuan yang tidak tertarik dengan dirinya, sedangkan di luar sana berbondong bondong mendekati dirinya termasuk Lana yang sekarang menjadi kekasihnya.

Sedangkan Emilia yang kini sedang mendudukan dirinya di sofa mengumpat kesal ketika Verhag dengan lancang mencium bibirnya, meskipun Verhag suaminya yang memang seharusnya bebas melakukan apa saja pada tubuhnya tetapi kesepakatan yang yang sudah keduanya sepakati termasuk menyentuhnya, Verhag melanggar beberapa poin.

“Dasar basterd” umpat Emilia dengan bersamaan Verhga keluar dari walk in closet itu.

“Tidak usah mengumpat, seharusnya kau beruntung sudah merasakan bibirku” Ucap Verhag santai tanpa rasa bersalah di wajahnya

MikiaE tidak menghiraukan ucapakan Verhga ia menggeser duduknya dan sedikit waspada ketika Verhag mendudukan bokongnya di samping dirinya.

“Tidak usah takut, lagi pula bibirmu terasa pahit tidak ada manis manisnya” Rasanya Emilia ingin sekali memukul mulut itu yang tidak rasa bersalah sudah menciumnya lalu dengan seenaknya dia mengatai bibirnya yang tidak manis.

“Ada apa kau menyuruhku menemuimu” tanya Emilia

“Aku hanya ingin memberitahuimu untuk beberapa hari kau tidur denganku di kamar ini, tidak ada bantahan” Verhag beranjak dari duduknya meninggalkan Emilia yang masih menolaknya, Verhag keluar dari kamarnya menuju ke arah ruang kantor menghiraukan Emilia yang memanggilnya.

“Dia benar-benar sangat menyebalkan”.

.....

Malam hari keduanya sudah berada dalam satu kamar, Emilia membersihkan dirinya karena ia tidur dengan Verhag. Emilia mengenakan stelan piyama panjang, biasanya ia akan mengenakan piyama mini.

Emilia membaringkan tubuhnya ia mulai menyusun bantal untuk pembatas dirinya dengan Verhag.

Verhag yang melihat itu menghampiri Emikia yang sudah membaringkan tubuhnya dan menutup tubuhnya itu dengan selimut sebahu. Emilia yang belum sepenuhnya tertidur menoleh melihat Verhag yang sudah kembali dengan merebahan di sampingnya.

“Jangan sampai keluar batas” ucap Emilia memperingati Verhag

“Aku tidak bergairah melihat tubuhmu itu..” ucap Verhag datar, padahal ia sebelumnya sempat melihat pakaian istrinya yang terbuka dengan belahan dada yang sedikit menyembul.

Keduanya mulai memejamkan matanya mulai meneguk indahnya mimpi.

Happy reading guys

Terima kasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!