Bab 11

Lana yang mendapat telepon dari manajernya mengigit bibirnya dengan pelan ia juga meremas rok pelan, dengan buru buru ia langsung mematikan sambungan telepon itu, beranjak dari duduknya menghampiri Verhag yang masih pokus dengan data penting perusahaanya.

“Sayang aku pergi dulu, tadi manajerku menghubungi ada pemotretan dadakan hari ini” Lana memeluk verhag dari belakang mengelus pundak itu dengan pelan, dan memberikan ciuman di pipinya.

“Aku tinggal sebentar sayang...”

Verhag dengan terpaksa tersenyum ke arah kekasihnya itu, setelah Lana sudah tidak terlihat dari pandangannya ia segera menghubungi Gery asistennya untuk menyelidiki kekasihnya.

“Kau ikuti Lana” perintah Verhag di balik telepon.

Saking terburu-burunya Lana sampai sampai tidak sadar menabrak sebuah ember yang berisi air, ia menggeram kesal melihat office girl dan office boy sedang membersihkan lantai yang terkena tumpahan kopi oleh karyawan.

“Dasar kurang aja, apa kalian tidak melihat saya yang sedang berjalan” Kedua OB itu menunduk, keduanya tau perempuan di depannya yang sedang menatap tajamnya ke arahnya adalah kekasih atasanya, bahkan keduanya tampak berkeringat dingin.

“Maafkan kita berdua Nona” ucap salah satu OB itu, bahkan dari suaranya saja tampak bergetar, meskipun ini bukan sepenuhnya salah sang OB tetapi untuk membela diri pun rasanya tidak mungkin, karena keduanya tau siapa perempuan yang ada di depannya ini.

Keributan dari luar membuat beberapa karyawan tampak terganggu, akhirnya para karyawan keluar untuk melihat ada kejadia apa di luar sampai harus berteriak.

Para karyawan yang melihat itu di buat terkejut menutup mulutnya melihat dua orang OB yang sedang menunduk tampak sedang marahi oleh kekasih tuan Verhag, para karyawan memang sudah tau prempuan itu adalah kekasih tuan Verhag yang seenaknya memerintah.

“astaga kasihan sekali dia harus berusaha dengan nyi lampir itu”

“sepertiny akan ada drama pemecatan seenaknya”.

“Baru kekasih saja sudah seenaknya, apa lagi jika sudah menjadi istrinya”

“Hari yang sial bagi OB itu, yang di mana harus berususan dengannya”

“semoga saja dua OB itu tidak kehilangan pekerjaanya”

Anggap saja orang yang membicaran nona Lana orang yang munafik, karena membicarakannya dari belakang.

Para karyawan itupun berbisik-bisik membicarakan kekasih atasannya, bahkan ada yang melayangkan tatapan ketidak sukaanya.

Para karyawan di perusahaan ini memang semuanya sudah tau seperti apa kelakuan kekasih atasanya ini, para karyawan bukannya tidak berani dengan nona Lana tetapi semua orang ada di perusahaan ini tidak mau harus berurusan dengan nona Lana.

Kedua OB itu berlutut meminta atas perminta maafanya “Maafkan kita berdua nona, lain kali kita akan lebih berhati-hati lagi”

Masih dengan rasa kesalnya Lana meninggalkan keduanya yang masih menunduk, para karyawan yang tadi melihat itu pun langsung berbondong-bondong berbalik arah seolah tidak tau apa yang terjadi.

Gery yang melihat Lana memasuki mobil merah di depannya, ia menyalakan mobilnya menancap pedal gas mobilnya mengikuti perginya mobil yang menjemput kekasih tuannya.

Mobil merah itu berhenti pada sebuah hotel, Gery memfoto dari dalam mobil untuk memberi bukti kemana kekasih tuannya ini pergi.

“Kenapa tuan Verhag masih mau menjalani hubungan dengan perempuan seperti nona Lana” asisten Gery pun terheran kepada tuannya yang masih mempertahankan kekasihnya.

Gery keluar dari mobil itu melangkah mengikuti Lana yang semangkin hilang dari pandangannya, ternyata Lana berganti menaiki mobil hitam yang kini menjauh “Sial..” umpat Gery dengar berlarian menaiki mobilnya dengan terburu-buru.

Gery memukul stir mobil itu dengan perasaan kesal, mobil di depannya ini sudah tidak ada dalam pandanganya, ia kehilangan jejak ketika lampu merah menyala.

.

.

.

Di kantor

Verhag yang masih menunggu informasi dari Gery, menatao serius layar handphone nya, tangannya membuka sebuah aplikasi sosmed mulai mencari nama istrinya, ia malas menanyakan kehidupan pribadi Emilia, bahkan nomor ponsel nya pun ia tidak mempunyai ya.

Tangannya mengetik nama sang istri, “Banyak sekali nama Emilia di sini” Verhag memencet akun itu yang berada di atas dengan nama Emilia kimberly, ternyata bener itu Instagram milik istrinya, Verhag juga melihat lihat foto sitrinya ketika masa sekolahnya, ternya wajah istrinya ini tidak berubah sama sekali masih sama bareface, hanya saja sekarang berbeda karen makeup meskipun masih semangkin menambah kecantikannya.

Verhag memnecet tombol back pada handphone, ia tersadar sudah sejauh ini dia mencari tau seseorang dengan sendirinya, biasanya ia akan menyuruh Gery untuk mencari tahu, tapi kali ini dia.......?

Verhag melangkah menuju balkon menghisap rokok  di tangannya yang baru saja ia nyalakan.

Ting

Suara pesan masuk dari Gery yang memberi tahu jika kehilangan jejak kekasihnya, Verhag membalas pesan Gery menyuruhnya untuk mengcek Cctv hotel itu dan juga menyuruh Gery supaya mengcek monitor Cctv yang ada di jalan itu.

Verhag mematikan handphone ia melihat pencakar bangunan yang mejulang tinggi dari balkon ruangannya. Jam yang melingkar di pergelangan tangannya menujukan pukul setengah enam, ia juga memakai jasnya dan merapihkannya kembali.

Sampainya rumah Verhag mebuka pintu intu tampak sepi, biasnya para pelayan berkeliaran jika dia sudah pulang.

“Tumben sekali sepi, apa Emilia berada di rumah” tanya Verhag dengan datar.

“Nyonya berada di atas tuan, tapi nona Emilia sedari tadi tidak keluar kamar” Jawab pelayan itu jujur, karena memang bener nona Emilia siang ini tidak terlihat batang hidungnya.

“Kalian tau nona Emilia tidak keluar kamar kenapa tidak memeriksanya” Verhag menaiki tangga itu dengan tergesa gesa

Pintu itu Verhag ketuk dengan sedikit keras, pelayan yang tadi pun menghampiri tuan verhag yang berteriak, karena pelayan itu juga khawatir dengan nona Emilia.

Emilia mendengar ketukan pintu beberapa kali, ia melihat jam yang di atas nakas ia melebarkan matanya ternyata dia tertidur cukup lama.

“Emilia apa kau berada di dalam” teriak Verhag

“Jika kau masih membuka pintunya, aku akan mendobraknya” lanjut Verhag

Emillia membuka pintu itu, melihat Verhag dan tiga pelayan yang sedang berdiri di pintu kamarnya, rambut yang masih sedikit berantakan para pelayan itu bernapas lega jika tau nona Emilia baru saja bangun dari tidurnya.

Verhag terus menatap Emilia yang masih dengan muka bantalnya, wajah istrinya ini jika bangun tidur kenapa terlihat menggemaskan dengan anak rambut yang masih berantakan, Verhag mengisyaratkan ketiga pelayan itu untuk meninggalkan keduang, para pelayan mengangguk.

“Kau tau ini sudah jam berapa” Emilia mengangguk dengan pertanyaan Verhag.

“Bisa bisanya kau baru terbangun dari tidurmu”

“Maaf, tadi aku hanya ingin memejamkan mata saja, ternyata aku malah ketiduran” Emilia menguap.

Emilia yang melihat Verhag menatap dirinya tidak berkedip melangkah mundur kala tatapanan itu akan menerkamnya, “Kalo begitu akuu...” Emilia yang bersiap akan pergi niatnya diketahui Verhag, dan terbukti Verhag malah menutup pintu itu membiarkan keduanya berada dengan satu kamar.

Happy reading

Jangan lupa like, Terima kasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!