Bab 8

Emilia merasakan guling di depannnya ini berbeda membuka matanya perlahan ternyata yang ia peluk adalah dada bidang Verhag yang kini sedang menatapnya, Emilia langsung menyingkir merubah posisi nya merapihkan rambut dan bajunya yang sedikit terbuka

“Sejak kapan kau sudah bangun” Emilia menatap nyalang, dirinya sedikit malu mengingat semalam ia membuat pembatas di tengah tengah kasur.

“Sejak tadi subuh kau memeluku dengan erat, ah rupanya kau sangat nyaman berada di dadaku” ucap Verhag menopang belakang kepalanya dengan kedua tangannya “Apalagi dadakmu yang menempel ahh rasanya seperti....” Emilia melempar bantal kearah Verhag, ia juga menyilang kedua tangannya di dada saat mata Verhag tertuju pada dadanya.

“Cih omong kosong...” Emilia menepakkan kakinya, wajahnya mulai memerah mendengar apa yang di ucapkan oleh Verhag, sebelum Verhag melihat semburat merah di wajahnya lebih baik Hana meninggalkan Verhag sendiri.

Verhag terkekeh melihat Emilia yang terburu-buru meninggalkan kamar ini, ia tau istrinya itu pasti malu. “Sial, kenapa harus berdiri ” Verhag mengutuk adik kecilnya yang memberontak mengingat dada Emilia yang menempel pada dadanya, di balik longgarnya piyama istrinya itu ternyata memiliki ukuran payudara yang lumayan.

Verhag mengguyur seluruh tubuhnya di bawah shower, air dingin yang membasahi tubuhnya itu mampu meredamkan hasratnya pagi ini.

....

Di kamar lain Emilia mondar mandir menggigit kukunya, pagi ini ia benar benar malu sekali kelakuannya yang ceroboh membuat Verhag melihat belahan dadanya yang tanpa sadar ia membuka satu kancingnya lagi.

“Bodoh bodoh, aku malu sekali” Emilia meringis menghentakkan kakinya menuju kamar mandi untuk menetralisir pikirannya atas kejadian tadi.

Saat Emilia membuka pintu itu dengan pas Verhag juga keluar dari kamarnya, Emilia berusaha acuh memilih melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.

“Selama pagi nona Emilia” sapa pelayan yang lain dengan ramah

“Selamat pagi...” jawab Emilia mendudukan dirinya dikursi.

Di susul Verhag di belakangnya menarik kursi itu di depan Emilia “Berani sekali kau mendagului makan pagi ini” sebenarnya Verhag hanya ingin basa basi saja biar istrinya ini tidak diam saja.

“Jangan mengajakku berdebat pagi ini” Emilia mengambil piring itu, mengambil nasi dengan lauknya menyerahkan kepada Verhag yang sedang terkekeh ke arahnya.

“Jangan mengajakku berdebat sepagi ini” Emilia mengambil piring itu, mengambil nasi dengan lauknya menyerahkan kepada Verhag yang sedang terkekeh ke arahnya.

“Selamat makan” meskipun Emilia sedang kesal ia tetap melayani suaminya pagi ini.

....

Emilia yang merasa bosan menyalakan televisi itu yang berada di ruang keluarga. Berita hangat model cantik sedang tranding topik karena terciduk jalan bareng dengan rekan kerjanya yang sesama model, bahkan foto itu menampilkan keduanya berciuman.

Terakhir Emilia dibuat terkejut dengan beritanya yang menampilkan sosok Lana yang sedang trending topik itu.

“Astaga, dasar pasangan gila”  bisa bisanya Lana berciuman dengan rekan kerjanya yang sama sama seorang model, jika di lihat pria itu jauh lebih tampan Verhag.

Ia jadi teringat hari ini jadwalnya Verhag mengganti perbannya, Emilia mematikan televisi menuju lantai dua.

Verhag menatap ponselnya menampakan Lana kekasihnya sedang berciuman mesra dengan pria lain, Gery pagi ini mengirimkan semua informasi tentang kekasihnya yang berada di luar kota. Ia meremat ponselnya membuang ponsel itu ke sembarang arah, Ternyata Lana masih saja berhubungan dengan pria itu yang di kenal bernama Halski.

“Masuk ” Verhag pempersilahkan orang yang mengetuk pintu ruang kerja untuk masuk.

Emilia mmenyembul dari arah pintu menutup pelan pintu itu, raut wajah suaminya ini berubah dingin, mungkinkah dia sudah tau berita itu, apa lagi dia seorang Verhag yang berkuasa pikir Emilia.

“Ada apa...” tanya Verhag menatap Emilia yang tampak gelisah.

“Ehm perban di lenganmu hari ini seharusnya menggantinya dengan yang baru” ucap Emilia

Verhag Mengangguk membiarkan Emilia mengganti perban lengannya, sebelum Emilia melangkah mengambil perban di kamarnya, Verhag membalikan tubuh Emilia mencium bibirnya, Emilia melebarkan matanya dirasa bibir suaminya menyesap bibirnya, Verhag terus menekan tengkuk istrinya yang masih tidak membalas kecupanya, Emilia bingung ia lebih memilih memejamkan matanya dengan tangannya yang mencengkram baju yang di kenakan Verhag

Dirasa sudah puas Verhag melepas pangutan itu, napasnya mulai memburu terasa di permukaan wajah Emilia, sedangkan Emilia masih tidak bergeming dengan kejadian yang sudah dua kali suaminya ini mencium bibirnya.

Verhag mengusap bibir pink Emilia yang basah, bahkan Dante bisa rasakan bibir itu terasa sedikit bengkak karena ulahnya, Emilia tersadar mendorong Dante “Kau sudah menciumiku dua kali” kesal Emiliaa memegang bibirnya yang tadi Verhag usah

“Ini belum seberapa, kau akan ketagihan jika lidahku sudah bertemu lidahmu”  Sebelum Emilia melangkah,ia mencuri satu kecupan lagi dari Emilia.

“Kau harus terbiasa dengan kecupan ini” lanjut Verhag

Emiliamenghentakan kakinya keluar mengambil kain kasa untuk membaluk luka sang suaminya yang belum juga kering, Emilia menatap cermin itu memegang bibirnya yang tampak merah dan sedikit bervolume. bahkan Emilia menggeleng dengan memikirkan ucapan Verhag yang harus terbiasa dengan ciumannya.

Emilia duduk di depan Verhag ia mulai membuka perban itu dengan telaten, meskipun ia sedikit gugup dengan kejadian tadi tetapi sebisa mungkin Emilia acuh seolah tidak terjadi apa apa.

“ Sudah ”

“Apa kau tidak bosan seharian di rumah” tanya Verhag

Emilia mengangguk jujur memang ia bosan seharian harus di rumah tampak melakukan aktivitas.

“Bersiaplah aku ingin mengajakmu ke suatu tempat”

“Suatu tempat?.” ucap Emilia mengulangi apa yang di ucapkan Verhag

“Iya, aku menyuruhmu bersiap bukan menyanyikan balik ”

“Iss yasudah aku bersiap dulu”

Emilia sudah bersiap mengenakan dress dengan menambahkan cardigan putih untuk membalut dress cantik itu rambut yang di biarkan tergerai dengan di hiasi jepitan rambut di sisi kiri rambut itu.

Ia juga membawa Sling bag untuk menaruh ponselnya.

Setelah perdebatan panjang siapa yang akan membawa mobilnya, karena Verhag tidak mungkin membawa mobil itu karena tangannya yang masih nyeri meskipun lukanya sudah kering, akhirnya Verhag mengalah membiarkan Emilia yang membawanya menuju salah satu mall, tetapi Hana malah membelokan mobilnya bukan kearah jalan mall biasanya.

Emilia malah menghentikan mobilnya di sebuah kawasan di mana yang sangat enak untuk berjalan kaki, La Rambla Barcelona salah satu wisata yang Emilia kujungi hari ini, Verhagmalah tercengan membaca nama wisata itu, wisata ini salah satu yang sangat ia malas kujungi, meskipun tempatnya sangat unik dengan bangunan tua yang sangat indah, tetap saja ia malas jika harus berjalan kaki.

“Yang benar saja kau membawa ku ketempat wisata ini” protes Verha

“Memangnya kenapa? Kau tadi mengajakku kesuatu tempat mangkanya aku memilih wisata La Rambla Barcelona ”

“Terserah kau saja”

“Nah begitukan kau terlihat suami sungguhan bagi ku” ucap Emilia dengan sedikit keras.

Kali ini Emilia mengunjungi wisata Rambla de Sant Josep, bagian paling berwarna dan beraroma di La Rambla dengan di penuhi toko bunga dan tanaman yang mencerahkan matanya, di are ini juga terdapat pasar Boqueria.

Setelah beberapa kali Emilia dan Verhag mengunjungi wisata yang ada di Spanyol, terakhir Emilia dan Verhag mengunjungi  Rambla de Santa Monica kawasan yang di penuhi bar dan restoran, keduany pergi ke restoran untuk mengisi perut keduanya.

Happy reading guys

Terima kasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!