Bab 5

Di perjalanan menuju pulang Emilia melihat mobil dengan banyaknya polisi sedang mengerumuni mobil itu, karena rasa penasarannya ia mulai berhenti mendekat mobil tersebut.

“Maaf menggangu pak, ehm Apa ada yang terjadi sesuatu?” tanya Emilia pada salah satu polisi itu.

“Terjadinya laka lantas nona” jawab polisi itu.

Emilia mengernyitkan dahinya ketika polisi itu menggeset tubuhnya yang menghalangi mobil itu, karena merasa tidak asing dengan mobil itu Emilia melangkahkan kakinya, dan benar saja ini salah satu mobil milik suaminya yang di pakainya pagi ini.

“Apa korbannya seorang laki-laki pak” tanya Emilia memastikan

“Bener nona, saat ini korban sudah dilarikan di  rumah sakit Jimenez Diaz”

“Terima kasih informasinya pak”

Emilia langsung bergegas menuju rumah sakit yang di disebut oleh pak polisi, ia menancab pedal gas mobilnya, ada perasaan khawatir pada diri Emilia dengan keadaan suaminya.

Karena tidak tahu suaminya ini benar di rawat di sana atau tidak, Emilia bertanya pada resepsionis nya untuk meyakini.

“Permisi, apakah di sini ada pasien yang bernama Verhag” tanya Emilia

“Bisakah anda menyebutkan nama belakangnya, di sini ada beberapa pasien yang bernama Verhag”

“Verhag Van Khalik” jawab Emilia lantang

“Pasien atas nama Verhag van khalik ada di ruangan vvip lantai tiga”

“Terima kasih” resepsionis itu mengangguk

Emilia menaiki lift lantai tiga. Ia berhenti di depan pintu sesuai resepsionis itu bilang, tanpa rasa ragu Emilia dengan cepat membukanya.

Kedua orang yang ada di ruangan itu menoleh melihat Emilia yang berdiri masih mengenakan pakaian kerjanya, keduanya sempat kaget karena satu orang pun yang ada di rumah belum diberi tau jika tuan Verhag mengalami kecelakaan, apa lagi nyonya Emilia bahkan Verhag dan asisten Gery pun tidak memiliki nomornya, karena sudah ada istri tuannya ini asisten Gery keluar dari ruangannya meninggalkan pasangan suami istri itu berdua.

“Karena sudah ada nona Emilia di sini, saya pamit untuk menyelesaikan administrasinya tuan” asisten Gery yang akan menghubungi keluarga tuan Verhag pun di tahan oleh tuannya ini.

“Saya permisi nona Emilia ” Emilia mengangguk membiarkan asisten Gery keluar meninggalkan dirinya dengan Verhag

Emilia yang melihat Verhag berbaring dengan tangan yang di infus, lengan kirinya di perban bahkan di lengannya masih ada sedikit darah yang menembus kain kasa itu.

Keheningan tampak terasa di ruangan itu.

“Kau kenapa bisa tau kalau aku di sini, apa polisi yang memberi tau mu” tanya Verhag memecahkan keheningan

“Iya. saat arah pulang aku tidak sengaja melihat kerumunan setengah orang memenuhi jalan, karena tidak asing dengan mobilnya, aku bertanya dengan para polisi jika ada terjadinya laka lantas, mangkanya setelah polisi bemberi tau aku langsung menemuimu” jelas Emilia

“Apakah kau sudah memberi tau orang tuamu”

“Aku memberi taunya...”

“Apakah aku harus memberi tau kedua orang tuamu” tanya Emilia

“Tidak usah, jangan membuat orang tua ku cemas, kau duduk lah, berdiri terlalu lama membua kaki mu akan sakit” Verhag dengan cepat mencegah Emilia yang sudah membuka ponselnya, jika Hana menghubungi orang tuanya itu akan beresiko untuk Emilia

Bahkan pernikahannya dengan Emilia hanya di ketahui oleh beberapa orang, termasuk kekasihnya yang kini masih bersamanya, bahkan ia membungkam mulut sang kekasih untuk tidak memberi tahu atas pernikahannya dengan Emilia.

Sebelum Emilia melangkah ke arah sofa yang ada di pojok. “Oh ya, kau sudah memberi tahu kekasihnya jika kau mengalami kecelakaan” tanya Emilia

“Kau bisa diam tidak, aku kan sudah bilang hanya kau, orang rumah dan Gery yang tau aku di rawat di sini” ucap Verhag dengan malas, ternyata istrinya ini sangat cerewet jika mengangkut sesuatu.

“Kan hanya bertanya, tinggal di jawab apa susahnya”Emilia  menggerutu mendudukkan dirinya di sofa membuka ponselnya memberi tau Bi suroh jika malam ini ia tidak pulang, dengan alasan menemani suaminya keluar kota, dengan alasan ini Bi Suroh tidak akan menanyakan suaminya juga.

Malam hari, Emilia yang sudah tidak nyama dengan pakaian ia akan melangkah untuk membeli baju gantinya untuk sementara waktu.

“Kau mau kemana” tanya Verhag melihat Emilia yang beranjak dari duduknya.

“Aku tidak nyaman dengan pakaian ini, aku akan keluar sebentar untuk membeli baju” jawab Emilia

“Tunggu lah sini biarka Gery yang membelinya” ucap Verhag mengisyaratkan dirinya untuk duduk kembali.

“Jika asisten Gery yang membelinya, memangnya dia tau ukura celana dalamku dan bra nya” Emilia mengatakan itu dengan lantang bahkan tanpa ia sensor sama sekali.

“Ck! Kau ini bodoh apa bagaimana sekarang jaman nya sudah canggih, kau tinggal duduk diam di sini, biarkan asisten Gery menyuruh kekasihnya untuk membeli barang pribadi mu”

“Hey mana aku tau jika asisten Gery sudah memiliki kekasih” kesal Emilia

“jika Gery belum memiliki kekasih memangnya kau mau apa? Mendekatinya? Iya. untuk menjadikan Gery kekasikmu begitu”

Emili mendelik tidak terima mendengar kalimat yang di ucapkan suaminya.

“Jika iya memangnya kau mau apa?”

“Sudah lah berdebat denganmu membuat lenganku bertambah nyeri” Verhag mengalihkan pembicaraannya, memilih tidak melanjutka perdebatan nya dengan istrinya melangkah mendudukan lagi dirinya di sofa.

Dengan cemberut Emilia membuka ponselnya membalas pesan temannya, bakan ia kini terhibur dengan candaan temannya itu yang tidak pernah akur, karena terbukti Emilia tersenyum menatap layarnya itu.

Verhag yang melihat Emilia tersenyum dengan ponsel di depannya, berdehem berbarengan dengan suara asistennya di luar.

“Masuk lah” Gery masuk dengan membawa dua paper bag sedang yang ada di tangannya.

”Ini nona” Gery menyerahkan paper bag itu, kemudian Gery berpamitan keluar dari ruangan itu.

Emilia yang menerima paper bag itu mulai mengganti pakainya dengan sebuah dress bahkan barang pribadinya seperti celana dalam dan bra sangat pas, mugkin kesasih suaminya itu sama ukurannya dengan dirinia pikir Emilia, ia juga memasukan baju kotor itu kedalam paper bag itu menaruhnya di pinggir wastafel.

Verhag yang melihat Emilia keluar dari kamar mandi, dengan rambut yang di cepol ke atas membuat leher jenjang putih itu terekspos, istrinya ini sungguh sangat cantik,  memang cantik istrimu babang Verhag, kamu nya saja yang ketutup ketiak kekasih mu ituu! Haha jadi ikut greget ya sis.

“Kau pasti belum makan, bukalah paper bag itu”

“Kau bagaimana sudah makan”Emilia malah bertanya balik.

“Belum”

Emilia menyodorkan makanan itu ke arah Verhag. “Makanlah ” ucap Emilia tanpa bersalah.

“Kau buta apa, kau tidak lihat tanganku bagaimana kau suapi aku” mulut Verhag ini benar-benar tidak bisa di kontrol.

“Begitu saja kau marah”

“Kau makanlah terlebih dulu” Emilia mulai melahap makanan nya itu.

Kemudian ia mulai menyuapi Verhag saat makananya sudah habis, Emilia menyodorkan sendok itu ke mulut Verhag yang dengan cekatan Emilia menyuapinya.

Verhag yang melihat istrinya dari jarak yang lumayan dekat bisa melihat kecantikan istrinya yang tidak menggunakan make up sangat berface berbeda jika sedang mengenakan make up terlihat sedikit dewas.

Kulit yang mulus,bibir tipis Yeng berwarna merah jambu hidung macung bahkan di dagunya terdapat tahi lalat kecil.

Sudah larut malam Emilia yang menguap pertanda ia sudah mengantuk bahka matanya mulai sayu, ia mulai merebahkan tubuhnya dengan perlahan mulai memejamkan matanya di bawah alam mimpinya.

Emilia melihat Verhag yang sudah tertidur tersenyum miring jika sedang tertidur seperti ini gadis itu sanga manis, tetapi jika sudah terbangun ia akan menunjukan mimik tidak sukanya, ia juga mulai memejamkan matanya menyusul Verhag yang sudah tertidur.

Happy reading

Jangan lupa like dan dukungannya, jika ada kata typo atau semacamnya tolong koreksinya ya.

Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!