Bab 14

Emilia berdiri di depan cermin besar, memegang pipinya yang terkena tamparan oleh kekasih suaminya itu.

tok

tok

tok

ia membuka ponselnya banyak sekali pesan masuk dari kedua temannya yang menagih janji untuk mendengarkan cerita Eva.

Dengan kejadian tadi Emilia menatap lekat langit-langit kamarnya sampai kapan ia harus bertahan dengan situasi ini, Emilia hanya ingin kebebasan meskipun tidak di pungkiri di dalam hatinya ia sedikit memiliki perasaan pada Verhag.

Dia tidak salahkan jika memiliki perasaan pada suaminya itu meskipun hanya sebatas kontrak, terdengar ketukan pintu dari luar memebuat Emilia beranjak dari tidurnya ia membuka pintu itu ternyata Verhag yang sudah berdiri di ambang pintu.

Verhag menerobos masuk tanpa mendengarkan perotesan yang di layangkan istrinya, “Ck kau seenaknya saja masuk tanpa seijinku”, Emilia memutar mata nya dengan malas.

“Pipimu bagaimana, apa tidak papa?” tanya Verhag mengelus pipi Emilia yang terkena tamparan Lana.

Emilia tersentak kaget saat Verhag memegang pipinya, menyingkirkan tangan besar yang mengelus pipinya itu, “Ehmm Aku tidak papa” Jawab Emilia

“Sudah pergilah, aku ingin istrirah.” Anggap saja Emilia tidak sopan mengusir pria yang ada di depannya ini.

“Hmm, kau istirahat lah”, jawab Verhag dengan pelan.

Emilia bersandar pada pintu setelah Verhag pergi dari kamarnya.

Verhag membuka handle pintu, saat ia akan menutup pintu matanya tertuju pada seseorang yang kini sedang duduk dengan menyimpangkan kakinya, pakaian berwarna merah dengan ukuran minim, dengan datar Verhag menghampiri Lana. Ya, perempuan itu Lana yang kini ikut menghampirinya.

“Sejak kapan kau ada di kamarku,” tanya Verhag dingin, ia tidak suka orang yang memasuki kamarnya tanpa ijin meskipun bukan sekali dua kali Lana memasuki kamarnya, tapi tetap saja ia tidak menyukainya.

Dengan santai Lana melangkah memegang tangan verhag denga tangan satunya mengelus dadanya yang masih terbalut baju tidurnya.

Lana semangkin menempelkan tubuhnya, bahkan kedua belahan dadanya menempel sempurna pada lengan kekasihnya, ia tau kekasihnya ini akan luluh jika ia sudah merayunya seperti ini.

Tetapi reaksi Verhag yang biasa saja membuat Lana berdecak kesal, “Aku kesini hanya ingin meminta maaf padamu, maafkan aku honey, sungguh aku tidak tau jika berita itu akan menjadi trending topik” Lana sebisa mungkin membuat Verhag percaya dengannya, satu-satunya cara ia memang harus merayu.

“Aku janji, untuk kedepannya aku akan berubah ini demi kelanggengan hubungan kita” lanjutnya mengelus lengan Verhag dengan elusan halus.

“Kau sudah selesai berbicara?, Jika sudah kau boleh pergi dari kamarku sekarang” Verhag menujuk pintu dengan dingin, kali ini memeng kekasinya ini sudah tidak perduli padanya.

“Apa kau sudah tidak mencintaimu? Iyaa” jawab Lana dengan marah, “Aku yakin kau terhasut oleh istrimu itu” 

“Aku sudah bilang, berhentilah untuk menyalahkan Emilia atas kesalahanmu sendiri, kau selalu saja meminta maaf atas kesalahanmu tetapi apa kau selalu mengulanginya lagi, meskipun kau berjanji”

“Beri aku kesempatan satu kali, aku tidak ingin hubungan kita berakhir, untuk kebaikan kita berdua. Aku yakin Tante Sena akan marah jika kita mengakhiri hubungan kita” satu-satunya cara untuk hubungannya membaik dengan Verhag, Lana menggunakan Tante Sena sebagai senjata terakhirnya.

Verhag menatap tajam Lana, ia tidak suka nama mommynya di bawa dalam masalah yang di ciptakan Lana sendiri, karena Verhag tau mommynya ini akan terus membela Lana.

Mommy nya ini sangat berperan dalam hubungannya dengan Lana

“Pergi dari kamarku”, sentak verhag 

“Jika kau tidak pergi aku akan menyeretmu dengan paksa dari kamarku”

“Kau jahat!, kau bisa-bisanya berubah hanya karen anak dari pelakor itu.” teriak Lana.

“Aku harus memberinya pelajaran.” Verhag mencengkram lengan nya, “Lepas aku akan beri pelajaran pada wanita sialan itu” Lana memberontak tetapi cengkraman tangan verhag padanya sangat kencang.

Verhag mendekap Lana dalam pelukannya, ia menenangkan kekasihnya yang sedang terbalut amarah, “Aku memaafkanku” terdengar isakan dari mulut Lana yang ada di pelukannya, Verhag terpaksa melakukan itu. Ia takut jika Lana berbuat nekat pada Emilia.

Dengan bercucuran air mata Lana menatap dalam mata Verhag yang berbalik menatapnya, “Kau benar sudah memaafkan ku honey,” tanya Lana dengan kembali bersandar pada dada Verhag.

“Iya. jadi kau pergilah dari kamarku, ini sudah malah kau beristirahat lah” melepaskan tangan Lana yang melingkarkan pada tubuhnya.

Cup

Satu kecupan yang Lana kasih pada pipi Verhag, ia menghapus air matanya tersenyum lebar dengan anggukan, “Kau juga tidural lah” Lana meninggalkan kamar itu kembali lagi ke kamarnya.

Pukul 1 malam, Verhag terbangun dari tidurnya ia tidak bisa tertidur kini pikirannya tertuju pada Emilia, ia turun dari kasur nya menutup pintunya dengan rapat, membuka pintu Emilia dan ternyata terkunci.

Verhag mengambil kunci cadangan yang sudah di sediakan untuk semua kamar, berhasil membuka pintunya denga hati-hati Verhag menutupnya kembali pintu itu.

Dia yang melihat Emilia mengenakan piyama mini menelan ludahnya dengan kasar, langkahnya yang pelan membawa pada Emilia yang di depannya.

Ia terkekeh melihat Emilia, Emilia sangat manis jika sudah terlidur begini berbeda jika sudah terbangun mungkin juga Emilia akan menghajarnya karena memasuki kamarnya seperti maling.

Mata nya tertuju pada bibir pink Emilia “Shitt..” Verhag di buat gerah dengan pemandangan di depannya ini, denga perlahan ia mendekatkan bibirnya pada bibir Emilia hanya berjarak beberapa senti, Emilia merubah posisi tidurnya.

Karena tidak ingin ketahuan ia lebih ikut merebahkan tubuhnya di samping Emilia dan merapihka lagi posisi selimutnya pada tubuh istrinya ini.

Biarkan Verhag tidur dengan tenang sebelum paginya akan kena omelan Emilia karena sudah memasuki kamarnya, “Selamat malam", ucap verhag.

Pagi harinya, Saat Emilia ingin menarik selimutnya ia sedikit kesusahan lalu perlahan ia tampak kaget karena ia tertidur bukan sendiri tetapi bersama seorang pria yang membelakanginya, “Akhaaaaa” teriak Emilia sambil mendorong punggung pria sampai terjatuh.

Verhag terduduk di lantang dengan memegang punggungnya, ia berdiri menatap tajam Emilia yang sedang menutup mulutnya.

“K kau, sejak kapan kau ada di kamarku” Emilia kaget dengan pria yang ia dorong ternyata suaminya.

“Sepertinya pagi ini kau harus aku hukum” Emilia menggeleng sambil memegang erat selimutnya agar tidak jatuh, melihat tatapan Verhag yang tersenyum mendekati dirinya sungguh sangat menyeramkan bagi Emilia.

“A-aku tidak salah jadi untuk apa aku di hukum, Salah sendiri kau masuk tanpa ijin kekamarku ” Dengan perlahan Emilia berangsung menjauh.

Verhag memegang kaki Emilia yang akan kabur, lalu mendekatkan wajahnya pada Emilia, hembusan nafas Verhag sangat terasa di permukaan wajahnya, ia tidak siap mebuka matanya.

“Rupanya kau sudah siap untuk aku hukum” Emilia menggeleng pelan, “Bagaimana kau bisa masuk, bahkan semalam aku sudah mengunci pintunya” Demi apapun pagi ini Emilia di buat gugup dengan kelakuan suaminya ini.

“Kau tidak perlu tau, aku masuk ke kamarmu dengan cara apa” Hidung mancung Verhag sengaja ia dekatkan pada pipi Emilia, bahkan Emilia juga merasakan.

Verhag memegang dagu Emilia untuk menatapnya,”Buka matamu, jika kau tidak membukanya” tangannya memegang bibir Emilia “Aku akan menciummu pagi ini” dengan cepat Emilia membukanya. 

Keduanya saling pandang Verhag mendekatkan wajahnya perlahan, bibir Emiia pagi ini sangat menggodanya hanya beberapa senti bibir keduanya akan menempel ketukan pintu dari luar sangat cukup keras di pendengaran keduanya.

“Sebentar aku ingin membukanya.” tetapi Verhag tidak membiarkan dia pergi.

“Biarkan saja” Verhag kembali mendekatkan bibirnya.

Lagi-lagi ketukan pintu dari luar yang cukup keras membuat Verhag beranjak dari tubuh Emilia dengan perasaan kesal, kesal karena kegiatan pagi ini diganggu dengan adanya ketukan dari luar.

Emilia dengan cepat membuka ternyata salah satu pelayan itu memberitahuinya bahwa Verhag susah sekali untuk di bangunkan.

Dengan perasaan bingung, Emilia menoleh Verhag menghamirinya dan mampu membuat pelayan itu tersentak kaget, tatapannya yang tajam membuat pelayan itu menunduk.

Dengan perasaan kesal Verhag meninggalkan keduanya.

Happy Reading guys

Jangan lupa liknya yaa, koreksinya juga kalo ada kata yang typo, Terima kasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!